Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia Darurat Plentiful Food untuk Ketahanan Pangan Skala Keluarga sampai Negara

14 April 2023   09:30 Diperbarui: 14 April 2023   17:44 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketahanan pangan| Sumber gambar: Pexels.com

Artinya impor pangan sudah ada sejak zaman Belanda namun tidak ada dokumen administratifnya karena pemerintah Indonesia pada saat itu menganggap hal ini hanya barang bawaan saja. 

Impor pangan ini dimulai pada abad ke-19 dan meningkat pesat karena melihat peluang terbuka lebar dan makanan Belanda sengaja disimbolkan menjadi makanan elit, simbol kemajuan peradaban, simbol modernitas, dan diyakini simbol makanan mewah bagi penduduk Indonesia dari berbagai kalangan termasuk dipengaruhi oleh orang-orang Belanda juga. 

Dari penelitiannya Protschky ini, maka Indonesia menghadapi tantangan ketahanan pangan, karena terpengaruh oleh Belanda, jadinya kebijakan pangan pun berfokus pada ekspor tanaman-tanaman asli dari Indonesia seperti kopi, gula, rempah-rempah dikembalikan lagi ke Indonesia dengan sudah diolah dan bisa dinikmati, namun pengolahan dan proses industrialisasinya di Belanda. 

Sungguh hebat sekali bukan? 

Hal ini menjadi pengingat bahwa potensi sumber daya pangan atau tumbuhan di Indonesia memang lah sepotensial itu, hanya saja kurang pada manajerialnya, sumber daya manusia terlatih, dan ribetnya izin usaha dengan berbagai program labelisasinya yang tidak semua mampu memiliki akses informasi dan teknologi tingginya. 

Maka, jika ingin membalaskan transformasi sistem pangan secara maksimal, segeralah ciptakan dan dukung sumber pangan melimpah/plentiful food agar kuliner Indonesia semakin berjaya dan akses makanan pun sudah bukan masalah vital lagi, dan yakinlah dengan terpenuhinya ketersediaan pangan dari tahap individu berbagai usia, maka potensi manusia di bidang apapun akan melejit dengan cepat karena sudah tidak berpikir tentang kondisi perutnya. 

Ketahanan Pangan Indonesia pasca kemerdekaan jika merujuk data FAO tahun 2019, memang Indonesia dinilai dalam situasi krisis pangan namun tidak terlalu darurat hanya beberapa bagian wilayah saja yang terhitung terindikasi kelaparan pada tahun 1966-1967 karena adanya kegagalan panen dan kebijakan ekpor beras untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri

Dari kondisi inilah pemerintah pun meningkatkan ketahanan pangan dan kebijakannya terutama dalam produksi pangan dalam negeri beserta dukungan infrastrutur distribusi pangan, serta dilengkapi subsidi pangan. 

Darurat Plentiful Food 

Ada banyak pelajaran/lesson learned dari berbagai kajian historis, budaya, sosial, ekonomi, lingkungan, bahkan bencana dalam berbagai peristiwa yang mengancam sistem pangan di Indonesia. 

Sebagai label negara agraris, seharusnya sudah mengarah pada pangan berlimpah/plentiful food, caranya bisa macam-macam dengan berbagai dukungan sesuai kesanggupan dari potensi sumber daya manusia lokal per wilayahnya, dan jangan lupakan pelibatan masyarakatnya, bukankah pemerintah sering mendengungkan kata kolaborasi dalam setiap pesan-pesan global yang dilokalkan. 

Plentiful food merupakan makanan yang berlimpah yang terdiri dari beragam komoditas pangan untuk berbagai keperluan dengan akses yang mudah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun