Miles melihat Instagram adalah alat pemasaran yang mudah dijangkau dengan pengikut dan pengguna banyak dan inilah sasaran empuk dijadikan pelanggan bagi produsen karena penggunanya memang ketagihan dan ketergantungan.
Pasar di Instagram terlebih makanan sangat mudah menarik konsumen untuk lebih konsumtif karena memainkan emosi pengguna "jika belum merasakan makanan ini ketinggalan dan ga gaul" intinya demikian, dan buku ini memberikan petuah bahwa memang visual yang baik akan mendongkrak pasar dengan sendirinya, hanya karena estetika, tidak heran jika geliat kuliner itu selalu paling laris setelah pakaian.
Karena cita rasa seseorang dipermainkan pasar dan popularitas dengan dibumbui viral. Siapa yang tidak mau ketinggalan dalam hal ini ?Â
Apa Saja yang Biasa diposting Para Instagrammer untuk Instagenic Food?Â
Semenjak ada banyak pemengaruh atau influencer makanan dan minuman, tentunya magnetnya postingan dan menjadi tren adalah makanan-makanan yang tidak biasa dan bukan makanan keseharian, banyak sekali hal-hal mustahil bagi beberapa pengguna Instagram lainnya dan pada akhirnya para pengguna rela mengeluarkan banyak uang hanya demi mencoba karena penasaran dan terbawa suasana setelah melihat postingan.Â
Biasanya memiliki daya tarik visual yang bikin ngiler, warna-warna pun cerah sesuai dengan teknik presentasi fotografi yang menggugah selera dan membuat khayalan rasa bahwa makanan atau minuman ini akan amat sangat nikmat bahkan akan membuat status sosial terdefinisikan termasuk kalangan bukan orang biasa (manusia kan ingin seperti itu pada kenyataannya, suatu pengakuan atau validasi sekali), terlepas makanan ini lokal atau bukan.Â
Rumusnya hanya: menarik dan viral. Soal cita rasa itu bukanlah prioritas.Â
Ada beberapa jenis makanan yang disukai para instagrammer untuk memposting Instagenic Food diantaranya:Â
- Sajian buah-buahan dengan campuran smoothie ditaburi beberapa toping sereal (apakah makanan seperti ini yang biasa disantap setiap pagi ketika berangkat sekolah, bekerja, bahkan harga havermuth saja sudah mencapai 15 ribu untuk 1 onsnya, secara realita apakah pendapatannya bisa menjawab postingannya ?)
Gaya santapan dan kudapan orang-orang Eropa bahkan ala-ala keluarga raja-raja Eropa, memang tidak ada yang salah, namun melihat perkembangan budaya pop dengan kondisi ekonomi yang jika secara jujur melihat ke tempatnya langsung amat sangat berbeda.
Maka dari itu kedai-kedai kecil orang lokal dengan tampilan seadanya akan sangat ketar-ketir yang biasanya menyajikan menu dadar gulung dengan kopi hitam hangat atau teh hangat jeruk nipis akan tidak instagenic food.Â
Hal ini akan sangat jauh sekali jika yang diusung selalu kedaulatan pangan atau kuliner, karena selalu berbanding terbalik dengan postingan dan keinginan berbagai generasi.Â