Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Hanya Inggris, Indonesia Juga Punya Kebiasaan Menikmati Cita Rasa di Sore Hari

25 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 29 Januari 2023   08:34 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skinner dapat mengeksplorasi bagaimana gerakan ini terjadi dan mengungkap berbagai cara minum dan menikmati teh dan kejadian kolonialisme yang bersinggungan, baik di dunia kolonial maupun pascakolonial. 

Ya, Afternoon tea di Inggris populer karena keberadaan Raja Charless II yang sebetulnya tujuan dari ini adalah hanya mengganjal rasa lapar, karena menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh kalangan bangsawan, maka hal ini menjadi populer bersama perkembangan sajiannya, bahkan hari ini sudah banyak pariwisata di Inggris Raya yang menawarkan paket berlibur untuk menikmati teh.

Itulah sebuah tranformasi tradisi yang bisa diadopsi oleh Indonesia, tentunya dengan kebiasaan orang-orang Indonesia pada umumnya, sehingga bisa dinikmati oleh lintas generasi. 

Kebiasaan Menikmati Cita Rasa di Sore Hari 

Jika menggunakan studi komparatif (sebut saja membanding-bandingkan), kebiasaa menikmati cita rasa di sore hari yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia itu sangat beragam.

Mari melihat sekeliling saja, kurangnya adalah sesuatu yang tidak estetik dan minim dokumentasi sejarah. Bahkan saking sudah menjadi hal biasa jadinya biasa saja dan pada akhirnya tidak penting.

Namun, ketika masuk pada kajian budaya, sebenarnya budaya makan yang mana yang mendefinisikan kebiasaan makan dan menikmati suatu hidangan dari orang Indonesia? Tidak bisa satu suara, tentunya harus banyak suara, itulah hebatnya Indonesia jika selalu kompak menyuarakan cita rasa yang dinikmatinya. 

Indonesia Masih Punya Generasi 50,60,70-an 

Jangan dulu diejek lansia ga berdaya, hanya karena usianya. Mereka adalah sumber informasi otentik dalam hal cita rasa kuliner asli tanpa topping macam-macam.

Silakan saja ikuti bagaimana mereka nongkrong di sore hari. Di Tasikmalaya sendiri tongkrongannya sambil menikmati bersama-sama keluarganya dan koleganya seperti menikmati:

Kupat tahu mangunreja, sorabi haneut isi oncom, ulen bakar, colenak, awug beras, bubur kunyit dan pacar cina kuah kinca dan santan, kue putu, kue lumpur, mie godog, sate gibrig, sate sunda bumbu kacang, soto ayam kampung, bubur ayam original dengan topping emping. 

Sumber: tripadvisor.co.id
Sumber: tripadvisor.co.id

Dan perlu diingat menu-menu tersebut masih berjaya hingga saat ini, dengan tempat andalan langganan, hanya waktu saja yang bisa menjelaskan betapa eksisnya makanan-makanan tersebut dan tidak mudah menghilang dan bukan tren sekali saja. Karena penikmatnya turun-temurun. 

Kekuatan Cita Rasa Generasi 80-90-an 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun