Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Meneropong Agenda 2030 Komoditas Pangan Kunci

5 Januari 2023   13:48 Diperbarui: 8 Januari 2023   08:13 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Ikan 

Sumber: unsplash.com
Sumber: unsplash.com
Ikan menjadi alternatif protein hewani yang harganya di bawah daging bahkan ada yang memposisikannya sebagai protein hewani utama bagi beberapa penduduk yang tinggal di pesisir, pantai, pelabuhan, sungai. 

Hal ini dikarenakan ikan memiliki daya beli yang cukup tinggi di beberapa negara dan banyak budidaya ikan dengan cara tradisional. 

Untuk Indonesia sendiri jika berbicara pangan air, memang ragamnya banyak per provinsi pasti punya pangan air unggulan, yang menjadi masalahnya adalah ketersediaannya yang sudah menurun, sehingga budidaya pangan air rumahan akan sangat bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan pangan air ini. 

Misalkan setiap rumah berisi 4 orang memiliki akuarium cadangan pangan air akan mudah menikmati pangan air segar, karena ikan kolam biasanya untuk keperluan usaha. 

Yang masih memiliki kolam ikan secara tradisi adalah orang-orang lokal di perkampungan dan hal ini jika memiliki waktu yang fleksibel bisa menjadi alternatif aset kepemilikan kedepannya dan bisa memikirkan potensi pangan air ini terutama ikan air tawar yang masih banyak digemari karena kekuatan hidangan Indonesia dibantu oleh keberadaan warung nasi, warung tegal, dan rumah makan lokal. 

Itulah beberapa komoditas pangan kunci yang sedang disiapkan menuju tahun 2030, memang masih lama, namun tidak salahnya mempersiapkan ketersediaan pangan menjadi suatu kebiasaan, karena hal yang paling parah dari permasalahan pangan adalah kelaparan, imunitas rendah, dan kematian karena kerusakan biologis dan ekologis dari pencemaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun