Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Inovatif dari 7th UNWTO Forum Pariwisata Gastronomi Dunia untuk Para Pegiat Gastronomi

4 Januari 2023   10:55 Diperbarui: 4 Januari 2023   11:36 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari rasakan secara jujur di Indonesia sendiri, adalah pemandu wisata muda yang dipekerjakan pemerintah setempat dalam mendampingi wisatawan ? Bahkan tukang parkir saja banyak oknumnya. 

4. Jepang memikirkan dan peduli Isu lingkungan dari Sampah Pangan.

Sumber: unplash.com/japantourist
Sumber: unplash.com/japantourist
Lihatlah dalam beberapa acara, jika ada peserta atau penontonnya orang Jepang, maka lokasi akan bersih dan rapi seperti semula dan tidak ada jejak sampah. Karena sadar sampah sudah menjadi budaya yang melekat dan tertancap dalam nalurinya bahwa lingkungan yang bersih akan berpengaruh pada kesehatan dan keindahan, terlebih dalam perlakuan limbah dan sampah pangan di Jepang. 

Di Indonesia, jika ada lokasi wisata baru maka jejak yang terlihat adalah sampah dari material apapun tidak hanya pangan. Dan kesadaran dari setiap individunya masih belum peka, ini perlu kerjasama semua pihak. 

Sesekali mari kepung saja orang-orang yang buang sampah pangan sembarangan. Dan edukasi di tempat. Apakah harus dengan cara seperti ini memperlakukannya untuk hal spele : sampah pangan/makanan dibuang ditempatnya. Tidak menghabiskan waktu 10 menit. 

5. Konsep mereduksi sampah pangan Jepang dari dampak Pariwisata Gastronomi.

Sumber: unsplash.com/disposal
Sumber: unsplash.com/disposal

Menurut Eijiro Yamakita, CEO JTB Corporation. Penerapan reduksi sampah bisa dengan 4 cara yaitu : Procurement (Pengadaan), Preparation (Persiapan), Consumption (Konsumsi), dan Disposal (Pembuangan).

Pengadaan dari segi kelengkapan logistik, sumber daya manusia, bahkan robot diikutsertakan dan disediakan. Persiapan dalam memilah dan membuat kategori sampah pangan dengan menyediakan tempat pembuangannya yang banyak di area umum sehingga bisa terpantau oleh petugas kebersihan. 

Konsumsi dapat disediakan dari pengolah makanannya dalam pengemasan dan penyajian bahkan pemilihan bahan pangan. Dan terakhir pembuangan, ada tempat khusus untuk sampah pangan dimana teknologi dan inovasi dilibatkan dan digunakan untuk penguraian sampahnya sehingga masih bisa bermanfaat dan selalu dilakukan penelitian.

Di Indonesia penanganan sampah pangan sudah ada yang terintegrasi, namun masih sangat sedikit belum menyeluruh dan merata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun