Mereka bertahan dengan membeli ikan kecil, memakan merpati dan kakak tua dan dimakan dengan nasi serta sagu, bahkan tidak makan sama sekali.Â
Seorang pedagang suku Bugis yang tinggal di sana, dan Senaji atau kepala suku, antan pembantu Rombongan Wallace  membekali sayuran, dan yang terakhir memanggang kue sagu segar, memberi beberapa unggas, sebotol minyak, dan beberapa labu. Kemudian Wallace pergi menuju Wilayah Kayoa. Kayoa adalah nama salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Halmahera Selatan, provinsi Maluku Utara dengan mencicipi kue sagu hangat.Â
Wallace pun sampai di Pulau Salawati, Salawati adalah salah satu dari empat pulau utama di Kepulauan Raja Ampat di Provinsi Papua Barat dan berada di bagian barat laut Papua Nugini, di mana ia sering mengunjungi pohon berbunga, terutama sagu dan pandan, terkadang menghirup aroma bunga.Â
Akhir Perjalanan WallaceÂ
Itulah Perjalanan Wallace dalam penemuan sagu di Timur Indonesia, kata sagu tidak murni dicetuskan namun hasil migrasi pendatang, bangsa eropa menyebutnya sagoo, dan nama latin pun Metroxylon sagu, sagu itu dibakukan pada bahasa indonesia untuk mendefinisikan gara-gara atau rumbia. dimana jika merujuk folklore sagu dengan ceritanya, sagu ditemukan oleh leluhur suku asmat. Tentunya perlu pendalaman etnoekologi dan etnobotani tentang sagu lebih lanjut.Â
Selengkapnya literasi sagu bisa disimak tayangan ulang pada instagram @hellomaknakata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H