Perjalanan harian Wallace, membawanya pada tepian pantasi berpasir dan bertemu dengan orang Tomore/Tomori yang sekarang dkenal dengan penduduk Desa Bacan, Halmahera Selatan - Maluku Utara.Â
Kemudian melewati jalan pintas yang berisi rawa-rawa sagu ditemukan juga pada penyelidikan bahwa orang-orang di sini tidak melakukan pembukaan lahan, hidup sepenuhnya hampir dari L sagu, buah, ikan, dan binatang buruan; dan jalan itu hanya mengarah ke gunung berbatu yang curam. Wallace menjelaskan ini sama-sama tidak praktis dan tidak produktif.
Mereka mengunyah sirih atau merokok tanpa henti; makan keringsagu dan sedikit ikan asin. Mereka juga jarang bernyanyi saat mendayung, kecuali saat bersemangat dan ingin mencapai tempat perhentian, dan tidak banyak bicara.Â
Mereka kebanyakan orang Melayu campuran etnis Alfuros (Suku Alifuru datangnya dari Belanda dengan bahasa belandanya Alfuren), tinggalnya di Halmahera, dan Papua dengan menggunakan bahasa Gebe atau Waigeo berlokasi di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
Wallace sampailah di Desa Teluti/ Telutih dimana merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, berpenduduk padat, tetapi terjal dan sangat kotor.Pohon sagu di sini menutupi sisi gunung, bukannya tumbuh seperti biasa di rawa-rawa rendah tetapi tumbuh di rawa-rawa tertutup bebatuan lepas yang menutupi tanah, dan yang terus terisi penuh kelembaban oleh hujan.Â
Sagu ini merupakan sumber mata pencaharian penduduk, yang tampaknya hanya menanam beberapa petak kecil jagung manis dan kentang. Wallace mencatat : Orang-orang kaya pada saat itu pakaiannya bagus, lampu huniannya cantik, dan memiliki koleksi barang-barang Eropa yang mahal, namun setiap hari makan sagu dan ikan sama sih menyedihkannya dengan yang lainnya.
Komoditas seperti : Kelapa, ubi jalar, kue sagu dan sampah kacang tanah setelah minyaknya diekstraksi dengan cara direbus akan membentuk makanan utama ini bagi rakyat. Efek dari pola makan yang buruk dan tidak sehat ini terlihat dalam frekuensi erupsi dan penyakit kulit kudis, dan banyak luka yang merusak wajah anak-anak pada saat itu. Wallace juga melihat mereka melakukan sistem barter seperti : kain, kue sagu bersama penduduk pulau sekitar. Wallace pun menuju Papua Nugini.Â
Wallace menepi ke Pulau Seram, Pulau Seram terletak di sebelah utara Pulau Ambon, Provinsi Maluku. Penduduk desa daratan Seram membawa sagu mereka, yang dengan demikian didistribusikan ke pulau-pulau bagian timur, sedangkan beras dari Bali dan Makassar bisa dibeli dengan harga sedang.Â
Wallace berada di distrik sagu terbesar di Seram Timur, yang memasok sebagian besar pulau-pulau di sekitarnya dengan roti untuk kebutuhan pangan harian mereka.Â
Pohon sagu adalah pohon palem, lebih tebal dan lebih besar dari kelapa, meskipun tidak tinggi dan memiliki daun yang berduri menyirip namun besar, akar sampai batangnya menjalar seperti pohon nipah Nipah adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut.Â
Wallace pun menuju Ambon dan menemukan pelepah sagu dilipat dan diikat berdampingan dengan pelepah ilalang,hasil batangnya adalah makanan pokokÂ