Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

The Blue Foods (Pangan Air) Indonesia yang Terlupakan

6 Juni 2022   17:48 Diperbarui: 6 Juni 2022   18:05 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem pangan berkelanjutan masa depan yang diagendakan berbagai negara bahkan benua mengkategorikan berbagai jenis sumber daya pangan dari isi bumi. Bahkan, komisioner yang dihadiri para ahli lintas bidang dengan para elit politik dunia telah membicarakan berbagai komoditas pangan.

Jika hadir dan berpartisipasi dalam forum pangan dunia seperti Blue Food Assessment dengan inisiator dari Stockholm Resilience Centre, Center for Ocean Solutions, Center on Food Security-Universitas Stanford beserta Lembaga Non Profit kaliber EAT telah melakukan kajian dan bahasan tentang Pangan Air ini atau bahasa populer di dunia internasional sebutannya adalah "The Blue Foods"

Bagaimana Indonesia dengan kemegahan kisah negara maritim yang selalu diagung-agungkan dalam berbagai selebrasi bahwa kekayaan maritim, sumber daya perairan, hasil tambak, budidaya air payau, atau bahkan komoditas dari sungai dan empang. 

Apakah masuk kategori The Blue Foods yang akan membanggakan negara ini ? 

Sejenak melihat hasil tangkap nelayan, para pelaku budidaya perikanan dan hasil kolam skala rumah tangga, komoditas pangan air sering terlupakan bahkan tidak ada perhatian dan akhirnya tidak penting sama sekali. 

Padahal, ketika mengecek gerobak sayur abang-abang yang berkeliling komplek hasil tangkap komoditas air pasti akan berlimpah. 

Namun, terabaikan karena bergelut dengan promosi bahwa makanan sehat adalah makanan dari tumbuh-tumbuhan.

 Menilik, kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah zat gizi makro dan mikro yang tidak hanya sebatas : karbohidrat, vitamin, mineral saja. 

Zat gizi seperti protein dan lemak juga diperlukan misalnya kandungan asam amino, omega-3, Docosahexaenoic acid (DHA), dan zat gizi seperti inilah yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. 

 Jika, zat gizi ini dikonsumsi oleh golongan rawan seperti :  ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-anak dengan gizi kurang maka akan sangat membantu pemulihan dan meningkatkan derajat kesehatan individu bahkan terhindar dari berbagai gejala penyakit karena kekebalan sistem imun yang terbentuk dari penyerapan makanan dalam tubuh. 

The Blue Foods (Pangan Air) Indonesia tidak perlu muluk-muluk dengan harga yang tidak terjangkau oleh berbagai kalangan, potensi komoditas seperti : remis, kerang, ikan seribu (burayak, endol), ikan nilem (nila) kolam, budidaya lele kolam, ikan gurame dari kolam pertanian subsisten masyarakat lokal, lubang (mirip dengan belut), belut sawah, mata lembu (sejenis kerang protein tinggi dari pesisir), bahkan rumput laut sekalipun bisa menjadi The Blue Foods dari Indonesia. 

Tidak melulu hasil pangan air dari samudera, dari pantai, dari laut yang dikategorikan "seafood", disekitar rumah pun masih ada sumber daya tersebut, tentunya jika lingkungannya resik karena sumber daya akan berlimpah dengan sendirinya, ekologi ini akan berfungsi. 

Tidak perlu berkecil hati dengan komoditas dari luar sana, memang dari rupa komoditas- komoditas dari Eropa, Amerika, China akan menggiurkan karena tampilan yang memuaskan. 

Hasil Pangan Air dari Negara-negara Asia terutama Indonesia nyatanya bisa bersaing dari cara budidaya, harga, bahkan kandungan zat gizi jika diolah dan dikonsumsi dengan benar, hal ini bisa terwujud jika masyarakatnya menaruh perhatian dan kepedulian pada sistem pangan air. 

Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah merubah kebiasaan makan, jika sehari-hari dominan dengan protein hewani dari unggas, hasil ternak bisa sesekali mengganti dengan hasil pangan perairan, tidak perlu mewah sederhana saja jika anggaran kebutuhan dapur terbagi-bagi, bisa dengan memilih : ikan cue, ikan kembung, ikan mujair, ikan tawes, udang sawah, tutut, rajungan, balakutak, dan masih banyak komoditas pangan air potensial lainnya dengan gizi tinggi. 

Sudah saatnya, masyarakat Indonesia sejahtera dalam keragaman lauk-pauk pada setiap isi piringnya, setidaknya statistik kelaparan akan sedikit terlupakan sejenak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun