Mohon tunggu...
ren Muhammad
ren Muhammad Mohon Tunggu... -

heart peacemaker editor in @NouraBooks (Mizan Group); author; writer; ceo @khatulistiwamda; president & editor-in-chief @SquadPost; lovers of beauty and life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pangeran Jenius dari Nusantara

12 Juni 2015   10:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, Sosrokartono tak harus bersusah payah menggali data melalui para ajudan tersebut, karena yang bertugas menjadi penerjemah kedua utusan negara yang bertikai itu adalah dirinya sendiri. Secara logis, penulis sangat meyakini analisa yang kedua ini. Maka bukan soal yang sulit bagi Sosrokartono untuk menuliskan berita perdamaian itu menjadi sebuah berita yang saat itu sedang dinantikan dunia internasional. 

 

 

 

 

Tak lama setelah Perang Dunia I usai, kemampuan bahasa Sosrokartono juga mengantarnya menjadi juru bahasa tunggal di Volken Bond atau Liga Bangsa-Bangsa, sedari 1919 sampai 1921. Meskipun pada kemudian hari ia geram menyaksikan politik organisasi cikal bakal PBB itu, yang ia nilai tak netral. Ia pun meninggalkan Jenewa, tempat Volken Bond bermarkas, dan pindah ke Prancis untuk menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, jurusan psikometri dan psikoteknik.

Sosrokartono tertarik mendalami ilmu kejiwaan setelah mendapat arahan dari seorang dokter di Jenewa, Swiss. Dokter itu sempat melihat Sosrokartono menyembuhkan seorang anak kerabatnya, berusia 12 tahun, yang tak sadarkan diri setelah terserang demam tinggi, hanya dengan meletakkan telapak tangannya di dahi si anak. Tapi Sosrokartono tak lama kuliah di Sorbonne. Pada 1921, pemerintah Prancis mengangkatnya sebagai pegawai tinggi dengan jabatan atase Kedutaan Besar Prancis di Den Haag.

Jenis pekerjaan yang ditekuni Sosrokartono jelas berbanding lurus dengan pendapatannya. Pada masa itu ia telah mengumpulkan gaji mencapai US$1.250 per bulan. "Dengan gaji sebanyak itu, ia dapat hidup sebagai miliuner di Wina," tulis Hatta dalam memoarnya.

Namun dibalik karir yang melejit itu, Sosrokartono tetap menyusun langkah merebut kemerdekaan negerinya tercinta dari jarak ribuan kilometer. Dalam semua literatur tentang Sosrokartono, ia telah ikut mendirikan Indische Vereeniging di Belanda pada awal abad ke-20 itu. Hal itu bisa dibuktikan dalam dokumen pendirian Indische pada 1908 yang kemudian berubah nama dua kali menjadi Indonesische Vereeniging (1922), dan Perhimpunan Indonesia (1925), dengan membubuhkan nama Sosrokartono bersama Hussein Djajadiningrat, Noto Soeroto, Notodiningrat, dan Soemitro Kolopaking.

Hussein Jayadiningrat, adik Achmad Jayadiningrat, pada kemudian hari berhasil mencatatkan namanya sebagai peraih summa cum laude dalam bidang kajian sejarah di Leiden dan tampil sebagai peraih gelar doktor pertama dari Nusantara—setelah beberapa tahun sebelumnya Sosrokartono digagalkan oleh Snouck.

Perjalanan Sosro berakhir di Southampton, Inggris, saat ia menulis surat perpisahan kepada pasangan Abendanon dari kapal Grotius, 5 Juli 1925. Surat ini beserta dua surat lain dimuat di Surat-Surat Adik R.A. Kartini terbitan Djambatan (2005).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun