Mohon tunggu...
ren Muhammad
ren Muhammad Mohon Tunggu... -

heart peacemaker editor in @NouraBooks (Mizan Group); author; writer; ceo @khatulistiwamda; president & editor-in-chief @SquadPost; lovers of beauty and life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pangeran Jenius dari Nusantara

12 Juni 2015   10:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohammad Hatta (1982), juga menjuluki Sosrokartono sebagai manusia jenius, berdasar kisah perjamuan makan para kaum etis (Mr. Abendanon, Mr. CT van Deventer, Christiaan Snouck Hurgronje, dan Prof. Hazeu) yang dihadiri Sosrokartono sebagai intelektual yang disegani. Kaum etis itu ingin mengemplang utang kolonial mereka dengan, antara lain, membantu Sosrokartono merampungkan disertasi doktoralnya. Namun, Sosrokartono menjawab tawaran itu dengan sebuah satir:

Sorry heren werden geëerd, de schuld is de enige van mijn schatten. Ik koester de enige die ook zal nemen van mijn heer? (Maaf tuan-tuan yang terhormat, utang itu adalah satu-satunya harta saya. Harta saya satu-satunya itu akan tuan ambil juga dari saya?)”

Jawaban tersebut jelas meluncur dari mulut seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, kemampuan berbahasa mumpuni, dan kecanggihan nalar yang teruji dengan baik. Sosrokartono memang menolak mentahmentah tawaran tiga tokoh yang cukup disegani pemerintah Belanda itu. Namun yang bisa kita garis bawahi adalah, jawaban itu ia sampaikan di negeri mereka. Bukan di Hindia Belanda. Sebuah tolok ukur bagi kita tuk memahami betapa sosok Sosrokartono memiliki keberanian khas seorang kesatria tanah Jawa.

 

Wartawan Perang dan Perantau yang Kaya Raya

DALAM ranah jurnalistik, menjadi wartawan perang adalah tantangan besar, bukti kematangan meliput berita, sekaligus tonggak posisi bagi seorang wartawan setelah masa tugas bertahun lamanya. Sosrokartono berhasil meraih posisi tersebut usai meninggalkan ranah akademik karena ditelikung oleh Snouck Hurgronje. Di tengah perantauannya, bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, pada 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, menerbitkan edisi International Herald Tribune di kota Wina, Austria.

The New York Herald adalah koran yang diterbitkan di New York dan bertahan hidup sedari 1835 sampai 1924. Pada Perang Dunia I, koran ini juga terbit dalam edisi Eropa. Surat kabar ini kemudian menggabungkan diri dengan The New York Tribune, menjadi The New York Herald Tribune yang terbit sampai hari ini. Sosrokartono berhasil merebuat posisi sebagai wartawan perang mereka, setelah menyisihakan para pesaingnya yang gagal menyusun berita dalam 30 kata. Sedang Sosorokartono menyusun berita itu (sebagai bagian dari persyaratan) jadi 27 kata dalam bahasa Prancis, Inggris, dan Rusia.

Selama bertugas sebagai wartawan perang, Sosrokartono diberi gelar mayor oleh The New York Herald Tribune tapi ia tak mau memegang senjata. Alasannya sederhana sekali, “Saya tidak akan menyerang orang, karena itu saya pun tak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata?” kata Kartono, seperti dikutip dalam naskah Drs. RMP Sosrokartono, Sarjono-Satrya Pinandita karya Amin Singgih.

Belgia, Jerman, Prancis, Swiss, dan Austria, adalah area tugas Sosrokartono sebagai koresponden harian Amerika The  New York Herald Tribune selama Perang Dunia I (1914-1918) berkecamuk. Salah satu keberhasilan Sosrokartono sebagai wartawan perang adalah ketika berhasil memuat hasil perjanjian rahasia antara tentara Jerman yang menyerah dan tentara Prancis yang menang perang.

Padahal perundingan antara Stresman yang mewakili Jerman, dan Foch yang mewakili Prancis itu berlangsung secara rahasia dalam sebuah gerbong kereta api di sekitar hutan Compaigne, Prancis, dan dijaga sangat ketat. Tak sembarang orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Menilik kemampuannya bergaul dengan begitu banyak orang, belum lagi posisi sosial yang ia nikmati di Eropa, ada dua kemungkinan yang bisa penulis ajukan terkait bagaimana cara Sosorokartono bisa melansir berita perdamaian Perang Dunia I itu.

Pertama, ia melakukan pendekatan sangat persuasif pada para para ajudan dari kedua utusan negara itu. Kendati mereka tak terlibat dalam pembicaraan perdamaian, setidaknya mereka mendengar apa yang dibicarakan-disepakati oleh Stresman dan Foch mewakili negara masingmasing. Maka para ajudan itu jelas menjadi sasaran empuk bagi Sosrokartono dalam menggali berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun