Mohon tunggu...
Reno Maratur Munthe
Reno Maratur Munthe Mohon Tunggu... Penulis - Reno

Munthe Strategic and International Studies (MSIS)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Seandainya Zelensky Belajar Geopolitik Soekarno

27 Maret 2022   06:21 Diperbarui: 19 Juni 2023   18:11 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keystone-France/Gamma-Keystone via Getty Images

Di awal tahun 2022 ini kita semua dikejutkan dengan serangan dari negeri beruang merah, Rusia kepada tetangganya Ukraina.

Dengan alasan kuat karena Ukraina ingin bergabung menjadi negara anggota NATO, membuat Rusia berang dan ingin menggagalkannya.

Sampai saat ini serangan tersebut belum juga berhenti dikarenakan beberapa wilayah termasuk ibukota Ukraina, Kiev belum juga mampu ditaklukkan Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky atau yang akrab disapa Zelensky juga terus melawan dengan tidak bergeming sedikitpun untuk meninggalkan wilayah Ukraina.

Zelensky yang di dalam karir selama hidupnya ini dikenal publik sebagai seorang komedian, pengisi suara sampai pemain film dengan yang cukup memiliki banyak penggemar di negaranya serta cukup membuat hati warga Ukraina untuk tertarik menyaksikan setiap laganya di layar kaca.

Bahkan, pada beberapa aktingnya dalam beberapa film cukup membuat namanya melambung dan menjadi buah bibir se-antero negeri bekas pecahan Uni Soviet tersebut saking hebat dan jeniusnya ia memainkan peran yang dilakoninya. 

Tawaran serta iklim demokrasi di Ukraina pun membuat suami dari Olena Zelenska ini untuk ikut ambil bagian pada pesta demokrasi terbesar di negerinya tersebut.

Hingga pada akhirnya Zelensky ikut juga mendaftar sebagai Calon Presiden Ukraina sampai akhirnya di tahun 2019 terpilih untuk menduduki posisi tersebut, dimana hal itu cukup mengagetkan banyak kalangan termasuk dunia internasional mengingat kapasitas dan kapabilitasnya Zelensky di dunia politik yang belum matang pengalaman.

Pada dasarnya keterpilihan Zelensky sebagai orang nomor satu di Ukraina pada satu sisi cukup membuat iklim demokrasi disana semakin kuat, dimana seseorang yang bukan dari kalangan elit ternyata juga bisa menjadi Presiden.

Namun banyak sekali pilihan-pilihan serta langkah-langkah politik yang diambilnya tidak memberikan dampak yang signifikan sehingga juga cukup disayangkan oleh banyak kalangan dan masyarakat, termasuk langkah yang diambil saat ini.

Seharusnya Zelensky dapat dengan matang dalam menganalisa langkah Ukraina utnuk bergabung dengan NATO dan UE sebagai sebuah langkah yang tepat.

Namun ternyata langkah tersebut justru ibarat pisau bermata dua yang saat ini membuat masyarakatnya menderita dan mengungsi ke banyak negara penyangga yang ada di sekitaran mereka.

Membaca geopolitik yang ada, seharusnya Zelensky dapat memainkan peran di kawasan sebagai pihak yang benar-benar dibutuhkan kedua pihak penguasa di Eropa yakni Amerika Serikat dan Rusia.

Andai saja Zelensky tidak condong memihak ke salah satu pihak seperti saat ini, mungkin akan sangat banyak dampak positif yang akan dinikmati oleh Ukraina.

Zelensky sebenarnya dapat mencontoh dan meniru gaya berpikir seorang pemimpin yang besar di era 40--60an yakni Bung Karno atau Soekarno yang memainkan perang dingin blok barat dan timur saat itu dengan mendirikan sebuah blok baru yakni Gerakan Non Blok.

Dengan ingin bergabungnya Ukraina dengan NATO membuat Rusia geram dan justru menegaskan pada dunia kemana arah politik Zelensky yang membawa negaranya menjauh dari pengaruh Rusia.

Hal ini sangat disayangkan karena dari letak wilayah, bahasa, serta pengaruh para oligarki atau pengusaha-pengusaha konglomerat di Ukraina yang lebih condong ke Rusia. 

Bahkan banyak sekali masyarakat Ukraina yang berbahasa Rusia dalam kehidupan sehari-harinya membuat peran dan pengaruh Rusia di Ukraina tidak dapat terlepaskan.

Dengan memainkan peran geopolitik yang netral dan memihak pada kedua belah pihak, dimana bisa saja Zelensky membagi Ukraina - yang wilayahnya cukup besar ini - untuk sebagian (wilayah barat) lebih dipengaruhi barat dan sebagian lagi (wilayah timur) dipengaruhi Rusia. 

Seandainya saja Zelensky dapat berpikir dan memosisikan geopolitik negaranya seperti itu, tentunya kerugian dan dampak yang mereka rasakan saat ini tidak akan terjadi.

Itulah mengapa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Hanya sedikit dari mereka yang dapat berhasil tanpa begitu banyak pengalaman dan proses politik sebelumnya.

Namun untuk menjadi seorang yang dapat berpikiran tenang dan bijak dalam mengambil sebuah kebijakan, seseorang tersebut harus menjalani setiap prosesnya baik itu dari lingkup kecil, kelompok, golongan, wilayah hingga akhirnya menjadi pemimpin sebuah bangsa.

Menjadi seorang politisi handal memang tidak harus belajar secara akademis di sekolah-sekolah secara langsung, namun alangkah baik dan matangnya bilamana juga dimulai dari hal-hal kecil sehingga pertimbangan-pertimbangan yang diambil dapat dipelajari hasilnya untuk dipakai bilamana diperlukan di kemudian hari.

Akhir kata, kita harus kembali mengingat sebuah ungkapan bijak dari John Mazwell, "Seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain."

(RM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun