Mohon tunggu...
Dr. Renny Tade Bengu
Dr. Renny Tade Bengu Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Guru, Penulis, Editor, Peneliti dan Pengarang

Memasuki ide hingga menjadi tenunan kata, kalimat dan paragraf menjadi masakan lezat bergizi...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran "Deep Learning": Mewujudkan Pendidikan Berkualitas di Era Digital

1 Februari 2025   16:55 Diperbarui: 1 Februari 2025   16:55 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi Pembelajaran /Dokpri

Pendahuluan

Di tengah perkembangan pesat teknologi dan tantangan global yang semakin kompleks, sistem pendidikan dituntut untuk beradaptasi agar mampu menghasilkan individu yang kompeten dan siap menghadapi masa depan. Salah satu pendekatan yang relevan dalam menjawab tantangan ini adalah Pembelajaran Mendalam (PM). Konsep ini menekankan pengalaman belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) guna menciptakan suasana belajar yang optimal dan holistik.

Latar Belakang

Perubahan zaman yang sulit diprediksi menuntut sistem pendidikan untuk membekali siswa dengan keterampilan abad ke-21, seperti literasi, numerasi, kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills - HOTS), serta kesiapan menghadapi ketimpangan mutu pendidikan. Dalam konteks ini, PM hadir sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

Konsep Pembelajaran Mendalam (PM)

PM mengacu pada pendekatan yang holistik dan terpadu, yang melibatkan aspek:

Olah Pikir (Intelektual): Mendorong pemikiran kritis, reflektif, dan kreatif.

Olah Hati (Etika): Menumbuhkan kesadaran diri dan empati dalam proses belajar.

Olah Rasa (Estetika): Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif.

Olah Raga (Kinestetik): Mengembangkan keseimbangan fisik dan mental dalam pembelajaran.

Pendekatan ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran serta menekankan kontekstualitas, karakter, dan refleksi dalam proses pendidikan.

Tokoh dan Teori Pendukung

Konsep PM mendapatkan dukungan dari berbagai pemikir dan teori pendidikan, antara lain:

Thich Nhat Hanh (Mindfulness in Education): Mengedepankan kesadaran penuh dalam proses belajar.

George Siemens & Stephen Downes (Connectivism): Menekankan pentingnya konektivitas dan pengalaman digital dalam pembelajaran.

John Hattie (Visible Learning): Menggarisbawahi pentingnya umpan balik dan tujuan pembelajaran yang jelas.

David Kolb (Experiential Learning): Menekankan pembelajaran berbasis pengalaman nyata.

Ken Bain (What the Best College Teachers Do): Memastikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan relevan.

Benjamin Bloom & John Biggs (Taksonomi Bloom & Taksonomi SOLO): Mendorong pembelajaran berbasis pemahaman yang mendalam dan aplikatif.

Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Mendalam

Taksonomi Bloom, yang direvisi oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl, mengklasifikasikan tingkat keterampilan kognitif dalam pembelajaran sebagai berikut:

Mengingat (Remembering): Menghafal dan mengenali informasi dasar.

Memahami (Understanding): Menjelaskan dan menginterpretasikan konsep.

Menerapkan (Applying): Menggunakan informasi dalam situasi baru.

Menganalisis (Analyzing): Memisahkan informasi menjadi bagian-bagian dan memahami hubungan antar bagian.

Mengevaluasi (Evaluating): Menilai atau membuat keputusan berdasarkan kriteria tertentu.

Mencipta (Creating): Menggabungkan elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang baru atau orisinal.

Sementara itu, Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa berdasarkan kompleksitas respons mereka:

Prestruktural: Siswa belum memahami materi.

Contoh: "Saya tidak tahu apa-apa tentang ini."

Unistruktural: Siswa memahami satu aspek materi tetapi terbatas.

Contoh: "Kucing adalah hewan."

Multistruktural: Siswa memahami beberapa aspek tetapi belum mampu mengintegrasikan informasi.

Contoh: "Kucing adalah hewan yang punya ekor, telinga, dan berbulu."

Relasional: Siswa mampu mengintegrasikan berbagai aspek menjadi satu pemahaman yang bermakna.

Contoh: "Kucing adalah hewan peliharaan yang memiliki ekor, telinga, dan berbulu. Mereka hidup di rumah bersama manusia dan membutuhkan makanan serta perawatan."

Abstrak Diperluas: Siswa dapat membuat generalisasi dan mengaitkan materi dengan konteks yang lebih luas.

Contoh: "Kucing adalah contoh spesies mamalia yang beradaptasi hidup bersama manusia. Ini menunjukkan hubungan simbiosis antara spesies."

Sintaks Taksonomi SOLO

Sintaks dalam Taksonomi SOLO memberikan tahapan berpikir yang bertingkat dari pemahaman dasar hingga refleksi yang lebih dalam. Tahapan ini dapat diterapkan dalam perencanaan pembelajaran:

Prestruktural: Siswa tidak memiliki pemahaman tentang topik tertentu.

Unistruktural: Siswa memahami satu aspek dari materi yang diajarkan.

Multistruktural: Siswa memahami beberapa aspek dari materi, tetapi belum dapat menghubungkan aspek-aspek tersebut.

Relasional: Siswa dapat menghubungkan berbagai aspek untuk membentuk pemahaman yang lebih kompleks.

Abstrak Diperluas: Siswa mampu menggeneralisasi dan menghubungkan konsep dengan situasi atau teori yang lebih luas.

Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

PM dirancang berdasarkan beberapa elemen utama:

Praktik Pedagogis: Strategi mengajar yang menekankan pengalaman belajar autentik, keterampilan berpikir kritis, dan kolaborasi.

Pemanfaatan Teknologi Digital: Sebagai alat untuk meningkatkan interaktivitas, kolaborasi, dan akses terhadap sumber belajar.

Lingkungan Pembelajaran: Integrasi ruang fisik dan virtual yang fleksibel untuk mendukung eksplorasi dan refleksi.

Kemitraan Pembelajaran: Keterlibatan guru, peserta didik, orang tua, dan komunitas sebagai ekosistem pembelajaran.

Tahapan Pembelajaran Mendalam

Memahami: Siswa mengonstruksi pengetahuan dari berbagai sumber dan konteks.

Mengaplikasi: Siswa menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.

Merefleksi: Siswa mengevaluasi dan mengatur proses belajarnya secara mandiri.

Transformasi Peran Guru

Dalam ekosistem PM, peran guru mengalami pergeseran dari sekadar pemberi materi menjadi:

Activator: Menginspirasi dan memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri.

Collaborator: Berperan aktif dalam interaksi dengan siswa, orang tua, dan komunitas.

Culture Builder: Membangun budaya belajar yang positif, inovatif, dan kolaboratif.

Kesimpulan

Pembelajaran Mendalam bukan sekadar metode, melainkan sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yang bertujuan menciptakan pengalaman belajar yang lebih kontekstual, reflektif, dan inspiratif. Dengan mengintegrasikan aspek intelektual, etika, estetika, dan kinestetik, PM dapat menjadi solusi dalam membentuk lulusan yang kompetitif dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun