Mohon tunggu...
Dr. Renny Bengu
Dr. Renny Bengu Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Guru, Penulis, Editor, Peneliti dan Pengarang

Memasuki ide hingga menjadi tenunan kata, kalimat dan paragraf menjadi masakan lezat bergizi...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Mitos Atau Fakta Gigi Tonggos pada Anak yang Mengisap Jari

8 Juli 2023   18:40 Diperbarui: 8 Juli 2023   21:46 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengungkap Mitos Gigi Tonggos pada Anak yang Mengisap Jari: Fakta dan Tips untuk Mencegahnya

Untuk mengetahui mitos-mitos seputar anak yang sering ditemui dan melihat penjelasan fakta yang mendukung atau membantah mitos tersebut. Berikut tips pintar dalam menghadapi atau mencegah dampak negatif dari mitos-mitos tersebut.

Mitos-mitos seputar anak sering kali ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun beberapa orang masih mempercayai mitos-mitos tersebut, penting bagi kita untuk memahami fakta-fakta yang ada. 

Berikut ini adalah beberapa mitos seputar anak dan penjelasan fakta yang mendukungnya, serta beberapa tips pintar dalam menghadapinya:


1. Mitos: Gigi Tonggos pada Anak yang Mengisap Jari

Mitos ini berpendapat bahwa anak yang memiliki kebiasaan mengisap jari giginya akan memiliki gigi depan yang tonggos. 

Fakta : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi anak, namun hal ini juga tergantung pada berbagai faktor seperti lamanya anak tersebut mengisap jari, seberapa sering ia melakukannya, dan besarnya tekanan isap yang dilakukan oleh anak. 

Kebiasaan mengisap jari yang berlangsung antara 38 -  48 bulan dapat meningkatkan risiko gigi depan menjadi tonggos. 

Tips pintar: Jika Anda memiliki anak yang memiliki kebiasaan mengisap jari, cobalah untuk mengubah kebiasaan tersebut dengan kegiatan positif yang menarik minat anak, seperti bermain permainan tradisional yang menggunakan tangan.

 Jangan lupa memberikan penghargaan atas prestasinya. Meskipun belum terbukti bahwa kebiasaan mengisap jari dapat menyebabkan gigi tonggos, disarankan untuk menghentikan kebiasaan ini sejak usia dini.

2. Mitos: Anak Gemuk adalah Lucu dan Sehat

Mitos ini menyatakan bahwa anak yang gemuk adalah lucu dan sehat. 

Fakta : menunjukkan bahwa anak yang mengalami kegemukan dan obesitas memiliki risiko mengalami berbagai penyakit. Penelitian telah membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami kegemukan cenderung memiliki peningkatan risiko mengalami gangguan kardiovaskular, serangan jantung, stroke, hipertensi, dan mereka juga rentan mengalami depresi saat remaja.

Selain itu, anak yang mengalami obesitas juga dapat mengalami rendah diri di masa dewasa. Oleh karena itu, penting untuk tidak terlalu bersemangat dalam membuat anak menjadi gemuk. Sebagai gantinya, upayakan agar anak tetap dalam status idealnya. 

Tips pintar: Waspadai hipotiroid pada anak, karena kondisi ini dapat menghambat metabolisme anak dan menyebabkan lambannya pertumbuhan berat badan hingga obesitas. Pengobatan dini terhadap hipotiroid dapat meminimalkan dan menyembuhkannya.

3. Mitos: Bayi yang Diinjakkan Kakinya Ke Rumput-Rumput yang Berembun Akan Cepat Berjalan

Mitos ini mengatakan bahwa jika bayi terpapar rumput-rumput yang masih berembun, maka bayi tersebut akan cepat berjalan. Faktanya, tidak ada bukti yang mendukung mitos ini. Umumnya, bayi mulai belajar berjalan pada usia sekitar 11 bulan, yang sesuai dengan perkembangan otot kaki dan kematangan tulang. 

Tips pintar: Jika Anda ingin bayi Anda cepat berjalan, berikanlah stimulasi yang cukup bagi bayi Anda, tetapi jangan dipaksakan. Biarkan bayi mengembangkan kemampuannya secara alami. Selain itu, setiap bayi memiliki perkembangan yang berbeda-beda, jadi jangan terlalu khawatir jika bayi Anda tidak berjalan pada usia yang sama dengan bayi lain.

4. Mitos: Ayan Disebabkan oleh Kutukan

Mitos ini mengklaim bahwa penyakit ayan atau epilepsi disebabkan oleh kutukan.

 Faktanya, epilepsi adalah penyakit yang umumnya diturunkan dalam keluarga dan disebabkan oleh abnormalitas listrik di otak. Penyakit ini tidak memiliki hubungan dengan kutukan atau faktor lain seperti stres atau kutukan. Penting untuk diingat bahwa epilepsi bukanlah penyakit menular.

 Tips pintar: Dukung anak yang menderita epilepsi dengan pemahaman dan perhatian yang tepat, serta berkonsultasilah dengan dokter anak atau ahli kesehatan terkait jika Anda memiliki kekhawatiran.

5. Mitos: Susu Membuat Anak Menjadi Cerdas

Mitos ini menyatakan bahwa minum susu akan membuat anak menjadi cerdas. 

Faktanya, kecerdasan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, stimulasi lingkungan, dan nutrisi yang baik. Susu memiliki peranan dalam nutrisi anak, namun nutrisi yang baik juga diperoleh dari berbagai jenis makanan sehat yang dikonsumsi anak. Susu hanyalah salah satu pelengkap nutrisi tersebut. 

Tips pintar: Berikan nutrisi seimbang dari berbagai jenis makanan sehat kepada anak Anda, dan pastikan stimulasi lingkungan juga dilakukan agar anak dapat tumbuh dengan baik.

6. Mitos: Baby Walker Membantu Bayi Berjalan Lebih Cepat

Mitos ini mengatakan bahwa penggunaan baby walker dapat membantu bayi berjalan lebih cepat. 

Faktanya, bayi yang menghabiskan waktunya dengan menggunakan baby walker justru belajar duduk, merangkak, dan berjalan lebih lambat dibandingkan bayi yang belajar berjalan secara alami. 

Penggunaan baby walker dapat membatasi gerakan otot dan berbahaya. 

Tips pintar: Biarkan bayi belajar berjalan secara alami tanpa menggunakan baby walker. Dukung keingintahuannya yang masih besar dalam mengembangkan keterampilan motoriknya.

7. Mitos: Gula Membuat Anak Hiperaktif

Mitos ini menyatakan bahwa gula dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif. 

Faktanya, belum ada bukti yang mendukung mitos ini. Gula tidak menyebabkan anak-anak menjadi terlalu aktif atau memiliki defisit perhatian pada anak yang normal. 

Namun, pada anak dengan kondisi tertentu seperti sindrom autis atau hiperaktif, konsumsi gula perlu dibatasi. 

Tips pintar: Berikan gula dalam jumlah yang tepat, dan pastikan anak menjaga kebersihan gigi dengan baik setelahmengonsumsi makanan manis. Terlalu banyak mengkonsumsi gula juga tidak baik untuk kesehatan gigi.

Dalam menghadapi mitos-mitos seputar anak, penting untuk selalu mencari informasi yang akurat dan berbasis fakta. Konsultasikan dengan dokter anak atau ahli kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran terkait kesehatan anak Anda. 

Selain itu, berikan stimulasi yang tepat kepada anak Anda, perhatikan pola makan yang sehat, dan teruslah belajar dan memperbarui pengetahuan Anda sebagai orang tua yang bijak.

Mitos-mitos dapat memberikan warna dan kekayaan dalam budaya dan kepercayaan masyarakat. Namun, tetaplah bijak dalam menyikapinya dengan memisahkan antara mitos dan fakta yang didukung oleh penelitian ilmiah. 

Dengan memahami fakta dan menjalankan tips pintar, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kesehatan dan perkembangan anak-anak kita.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun