Sayangnya, mengutip kata-kata dr. Arthur Simon, Sp.KK dari penjelasan soal vaksin Covid-19 di Instagramnya, kita nggak bisa memilih mau "paket terinfeksi Covid-19" yang mana. Mau yang nggak bergejala, gejalanya ringan, sedang, atau berat.
Alhamdulillah, ya. Puji Tuhan, kerabatmu nggak ada yang bergejala berat sehingga kamu bisa lebih tenang dan menganggap bahwa Covid-19 itu nggak berbahaya sama sekali.
Tapi, nggak melihat yang bergejala berat, bukan berarti tidak ada.
Ini hanya masalah sudut pandang. Apa kita mau melihat sudut pandang lain?
Untuk kita yang nggak bersinggungan langsung setiap hari, mungkin memang nggak terlalu banyak melihat yang berat-berat. Tapi, orang-orang seperti tenaga kesehatan, sudah menyaksikan banyak orang terinfeksi dengan gejala berat. Bahkan, berakhir meninggal.
Nggak jarang, mereka harus memilih, mau siapa yang diselamatkan ketika ada 2 orang antre untuk masuk ke ICU, tapi hanya 1 yang bisa diterima. Kalau dengan segala pertimbangan medis, prioritas mereka bukan kerabatmu, gimana?
Terus, buat apa vaksin kalau nggak ada jaminan aman? Malah nambah risiko masukin bahan uji coba ke dalam tubuh...
Pandemi selalu berlomba dengan waktu. Bagaimana caranya agar virus tidak terus meluas dan bisa segera diredakan.
Vaksin yang kini beredar di masyarakat juga semua telah disetujui oleh WHO. Tentu sudah melalui berbagai uji coba.
Selain itu, meskipun vaksin nggak bisa menjamin 100%, risiko terinfeksi dengan gejala berat bahkan kematian terbukti menurun.Â
Efek sampingnya bahaya tapi!
Vaksin Covid-19 mana pun memang memiliki efek samping, layaknya seluruh hal medis. Paracetamol yang bisa dikonsumsi hampir seluruh khalayak juga bisa mendatangkan efek samping berupa kematian bagi mereka yang alergi paracetamol (reaksi anafilaksis).Â
Yaah, kalau mau melihat balik lagi ke analogi membangun tembok (vaksin) sebagai upaya membangun sistem imun:
Bocor, sih, tapi kita nggak kebasahan hujan.
Terinfeksi (flu, Covid-19), sih, tapi gejalanya (mudah-mudahan) nggak berat.