Mohon tunggu...
Rennie Meyo
Rennie Meyo Mohon Tunggu... -

Seorang blogger di www.renniemeyo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

DeJavu - Part 1

28 Desember 2016   08:52 Diperbarui: 28 Desember 2016   14:23 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By : Rennie meyo

Kamu tau De Javu? De Javu berasal dari bahasa perancis yang berarti 'Pernah melihat' adalah fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang sedang terjadi saat ini, pernah dialami di masa lalu.

Ada yang bilang bahwa itu adalah ingatanmu tentang kehidupan sebelumnya, atau biasa disebut dengan reinkarnasi. Ada yang percaya bahwa sebelum kita dilahirkan, kita diperlihatkan tentang hidup yang akan kita jalani, karena itulah kadang kita merasa pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Tapi ada juga teori yang menyebutkan bahwa itu hanyalah fals memory dan itu berarti hanya kesalahan pada ingatanmu saja.

Disini, aku ingin memberitahumu alasan yang sebenarnya mengenai De Javu. Rahasia ini, hanya segelintir orang yang tau, salah satunya adalah aku.

Karena ini adalah catatan dibuku harianku.

Bagaimana kalau sebenarnya De Javu itu sama sekali bukan tentang semua teori diatas yang ku tuliskan tadi ? Bagaimana kalau sebenarnya De Javu jauh lebih tinggi daripada sekedar permainan pikiran? Ya, itu kenyataannya.

Karena sebenarnya, De javu terjadi saat ada seseorang, ingin memperbaiki sebuah kejadian, dengan cara memutar waktu.

Kau belum mengerti? Biar ku jelaskan lebih jauh mengenai itu.

Jika kau percaya bahwa ada beberapa orang terlahir dengan kelebihan alami, atau yang disebut dengan manusia indigo, maka kau juga akan menemukan bahwa ada beberapa orang yang punya kemampuan untuk mengendalikan waktu. Ini sedikit lebih tinggi dari sekedar indigo, dan biasanya mereka pun disebut dengan manusia indigo. Hanya saja tidak semua indigo bisa melakukan ini.

Aku menyebut mereka dengan istilah 'De Javer'.

Kau pernah menonton film yang menceritakan kisah tentang seseorang yang punya kemampuan bisa menembus waktu ? Dia bisa kembali ke masa lalu atau bisa berlari ke masa depan? Tapi tidak. Itu sungguh konyol dan berlebihan. Aku bercerita tentang orang-orang berkemampuan alami yang bisa memperbaiki keadaan dengan cara memutar sedikit waktu. Mereka cuma bisa mengembalikan beberapa detik waktu untuk menghindari kejadian tragis, seperti kecelakaan atau hal-hal semacam itu.

Saat seseorang melakukan ini, kekuatan alam akan membantu. Aku menyebutnya dengan 'alam menghentikan nafasnya' itu seperti alam sedang menghapus imgatanmu akan kejadian yang baru saja terjadi. Karena jika alam tidak membantu, maka semua orang akan menyadari apa yang terjadi. Semua akan mengingat kejadian yang terulang dan itu akan menjadi kacau.

Tapi sayangnya, karena De Javer tersebar di berbagai negara dengan situasi hidup yang ada disekitarnya, maka kadang mereka memutar waktu secara bersamaan. Kekuatan alam menjadi tidak sempurna. Itu menyebabkan ada lubang-lubang waktu kecil yang terbuka. Dan lubang-lubang itu adalah pikiran seseorang.

Karena itulah orang jadi mengenal istilah 'De Javu' karena beberapa lubang itu berhasil dirasakan oleh mereka. Dan juga mungkin dirasakan olehmu ...

Sore yang mendung. Kami berjalan beriringan memasuki sebuah gang, menuju rumah kami. Angin kencang mulai meluruhkan dedaunan kering dari pohon-pohon tua disepanjang gang. Bisa dipastikan, sebentar lagi turun hujan. Itu terlihat dari awan hitam yang menggantung di langit terlihat semakin rendah.
 
 Biasanya, aku dan dia menyukai suasana seperti ini. Sedikit gelap, udara yang basah, disertai angin kencang. Dia bilang suasana seperti ini seperti membawamu kedunia yang berbeda. Dan aku mempercayainya. Aku memang tidak merasakannnya, tapi aku sepenuhnya mempercayai sahabatku, Shan.

 Biasanya kami membicarakan banyak hal saat berjalan pulang kuliah seperti ini. Tapi saat ini, kami lebih banyak berdiam. Ehm- terutama aku. Karena, entahlah- aku merasa seperti akan kehilangan sesuatu yang sangat penting.

Aku menoleh padanya. Dia.

Pemuda berwajah oriental, berusia 23 tahun, bertubuh tinggi sedikit kurus, dan bersikap pendiam. Dia sahabatku. Dia sahabat terbaik yang aku punya.

Dia tinggal tepat disebelah rumahku. Sejak kelurganya mengadopsi Shan, aku menyukainya. Karena menurutku dia anak yang baik dan jenius. Hanya saja sifatnya terlalu tertutup. Jadi saat itu semua anak kompleks kami mengucilkannya, termasuk Richie, saudara angkatnya sendiri.

Aku ingat pertama kali aku menyapanya, dia sedang duduk di jendela kamarnya, malam itu langitnya cerah. Kulihat dia berbicara pada bintang dilangit. Aku tersenyum. Aneh. Tapi aku suka. Lalu aku berjalan diatas dinding-dinding penghubung rumah kami, lalu memanjat jendela kamarnya. Dia terkejut, tapi kemudian aku tersenyum dan mengulurkan tanganku padanya. Dan menyebutkan nama kecilku. Shibell. Saat itu usia kami tidak berbeda jauh. Aku 6 tahun, dan dia 7 tahun.

Sejak itu hampir setiap malam kami mengobrol dijendela kamarnya. Tentunya tanpa sepengetahuan orang tua kami. Shan memberitahuku banyak hal yang aku tidak pernah dengar dari orang lain. Tentang hal-hal yang akan terjadi besok, lebih tepatnya dia selalu memperingatkanku sebelum ada hal buruk terjadi. Aku tidak tau darimana dia tau apa yang akan terjadi, dia juga tidak memberitahuku, tapi aku mempercayainya. Dia cuma bilang padaku, ada rahasia-rahasia alam yang kita tidak boleh mengintip apalagi menceritakannya pada orang lain, dan jika kita berkeras, maka alam lah yang akan memberi hukuman pada kita. Dengan cara alami, yang kita tidak bisa memprediksikannya. Karena itulah aku tidak banyak bertanya, aku hanya mempercayai kalau dia bermaksud melindungiku.

Shan tidak bahagia disini, aku tau. Keluarga angkatnya tidak sepenuhnya menerima kehadirannya. Karena itu, saat beberapa waktu lalu, akhirnya ada yang mengabarkan bahwa keluarga sebenarnya sedang mencarinya, Shan terlihat bahagia. Keluarganya berniat mengambil Shan kembali. Mereka semua setuju. Ya, Shan akan kembali bersama keluarga kandungnya. Aku senang. Tapi, aku juga sedih. Karena keluarga kandung Shan tinggal di Jepang. Dan itu berarti, Shan akan pindah kesana.

 Lalu aku ?

Aku menoleh padanya. Menatap wajah tampan dengan mata hitam tajam. Manusia favoritku. Sahabatku. Pahlawanku. Dan jika aku boleh mengatakannya, dia lebih dari semua itu.

Dia menoleh, dan tersenyum padaku, "Jepang nggak sejauh itu. Kita masih bisa chat di medsos, ngobrol ditelfon, dan aku juga akan datang kesini untuk liburan kan?" ucapnya menenangkanku.

Itu juga kelebihannya, selalu tau apa yang aku pikirkan.

 "Tapi, nggak ada yang bisa aku liat dijendela kamarmu lagi, kan?" suaraku menjadi serak karena rasa sedih. Aku tau, Shan selalu menyebutku cewek cengeng. "lebih mudah meninggalkan daripada ditinggalkan. Karena ditinggalkan berarti kita masih ditempat yang sama, dimana semuanya cuma bisa diingat aja." mataku mulai berkaca-kaca.

 Shan melepas topi rajut berwarna putih yang ia pakai, dan memakaikannya padaku. Ternyata tetes-tetes air mulai turun.

 "Kamu bilang, kamu bahagia kali aku bahagia. Trus kalo aku pergi sambil liat kamu nangis, kamu pikir aku bisa bahagia?" tanya Shan.

 Aku menggeleng.

 "Jadi jangan menangis." ucapnya.

 Aku terdiam. Kami bertatapan lama. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku merasa kami baru saja saling menyatakan cinta. Aku tidak tau kenapa. Tapi itu benar, sangat terasa nyata.

 Lalu aku memeluknya, dengan airmata yang tidak terbendung lagi.

 "Shan, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku pelan.

 "Hmmm," dia mengiyakan.

 "Kalau aku dan keluargamu ada dalam situasi bahaya, siapa yang kamu selamatkan?"

 Dia menatapku, tapi kemudian mengacak rambutku.

  "Ayo pulang, hujannya mulai deras." dia menggandeng tanganku dan mengajakku berlari-lari kecil dibawah tetes-tetes hujan.

 #go to the next part.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun