Mohon tunggu...
Rennata Heriatna
Rennata Heriatna Mohon Tunggu... blogger -

Seorang Blogger yang baru belajar menulis. Lihat tulisan saya yang lainnya di www.Rennata62.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Dunia ke 3, Sudah Siapkah Kita?

9 April 2017   19:46 Diperbarui: 10 April 2017   04:00 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sudah sering mendengar isu tentang kejadian Perang Dunia ke 3 yang sebentar lagi akan terjadi. Negara- negara adikuasa sedang bersiap diri melengkapi perlengkapan perang mereka untuk mengalahkan lawan- lawannya. Mulai dari Nuklir sampai dengan perang ekonomi. Bagusnya, itu semua masih berupa isu. Tapi bagaimana jika itu benar dan terjadi besok?

Kita semua adalah generasi muda dimana tidak ada dari kita yang merasakan seperti apa keadaan saat perang dunia pertama dan kedua berlangsung. Namun, dari sejarah kontemporer, kita semua tahu bahwa perang dunia adalah sesuatu yang sangat mengerikan.

Saat itu merupakan saat dimana kekuasaan dunia terbagi menjadi dua. Negara lemah bergabung dengan negara yang kuat demi mendapatkan perlindungan, jutaan peluru melesat cepat tanpa ada yang mampu menghalangi, bom meledak tanpa peduli tubuh siapa yang hancur, ribuan tentara tewas saat tugas dan lebih banyak lagi orang yang menderita karena kehilangan sanak family, harta benda, penyakit, kelaparan, amputasi, bahkan menjadi bulan- bulanan tentara lawan.

Perang dunia adalah sejarah yang tidak akan mungkin bisa dilupakan oleh masyarakat dunia. Begitu banyak penderitaan disana walaupun juga ada pelajaran yang bisa diambil agar kesalahan pada masa itu kembali terulang lagi. Tapi ada satu pengetahuan baru yang didapatkan dari kejadian sejarah ini, manusia tidak selamanya manusiawi.

Banyak yang mengatakan bahwa perang dunia ke 3 merupakan hoax. Tidak akan terjadi. Isu- isu yang bersifat politik. Namun apakah itu benar? Bagaimana jika perang dunia ke 3 sebenarnya sudah sangat dekat namun berita kedatangannya tertutup rapat dari masyarakat luas dan tiba- tiba…. Apakah kita sudah siap?

Siapa yang berkuasa di dunia saat ini? negara mana yang memiliki kekuatan yang cukup besar untuk ‘mengguncang’ dunia? Amerika? Rusia? Tiongkok? Korea? Kita tidak akan membahas itu. Kita akan membahas ‘sudah seberapa siap kita jika itu benar- benar terjadi?’

Mari kita berhenti melangkah sejenak. Hilangkan pikiran tentang pekerjaan apa yang sudah menunggu besok hari, makan apa kita besok, atau apakah kita akan mandi besok pagi. Mari kita merenung sudah seberapa besar persiapan kita untuk menghadapi ‘kejadian besar’ yang, semoga saja tidak, akan terjadi sebentar lagi.

Seperti kita semua tahu bahwa perang merupakan sebuah kejahatan. Itu merupakan tindakan yang tidak mencerminkan kemanusiaan, menghabiskan biaya, menelantarkan negara, merusak alam, ataupun hal- hal negatif lainnya. Namun sayangnya, tidak semua orang setuju dengan pendapat ini.

Saat perang terjadi, katakanlah ada dua negara besar yang terlibat perang, negara- negara yang berperang akan menjadi pusat perhatian dunia. Dan ketika perang semakin membesar, negara- negara lemah akan bergabung menjadi sekutu negara kuat demi mendapatkan perlindungan. Itulah saat dimana dunia terbelah menjadi dua bagian: blok timur dan blok barat. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?

Seperti kita semua tahu, perang identik dengan peluru, meriam, granat, kawat duri, ataupun tank dan pesawat serta nuklir. Namun satu hal yang sering kita lewatkan, perang membutuhkan biaya.

Negara- negara yang terlibat perang biasanya adalah negara- negara super power. Mereka adalah negara yang sangat dihormati, disegani, bahkan negara yang dijauhi. Dan salah satu indikator sebuah negara disebut sebagai negara super power adalah jumlah uang yang dimilikinya. Namun sayangnya, terkadang uangnya itu kebanyakan di pinjamkan kepada negara- negara kecil dan berkembang. Dan jika mereka terlibat perang, mereka membutuhkan biaya, negara- negara yang berhutang kepada mereka akan menjadi korban. Negara kecil yang ditagih hutang seperti seorang pengangguran di tagih cicilan motor oleh lising. Bingung, panik, tersudut, sedih, melarat, dan tidak bisa melakukan apa- apa.

Selain uang untuk membiayai perang, negara- negara yang berperang juga membutuhkan makanan untuk tentara- tentaranya. Dan jika mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan tentaranya sendiri, otomatis mereka akan membeli makanan dalam jumlah besar dari negara- negara yang memiliki stock makanan. Inilah masalah kedua.

Singkatnya seperti ini. Negara A adalah negara agraris yang memiliki lumbung makanan dan merupakan eksportir bahan- bahan makanan ke negara- negara disekitarnya. Banyak negara yang menjadi langganannya. Tapi kemudian perang meletus dan melibatkan negara B. Karena tentaranya memerlukan makanan, negara B mengimport bahan- bahan makanan dari negara A dalam jumlah besar sehingga negara- negara yang biasa mengimport makanan dari negara A tidak kebagian jatah impor dan mengalami krisis  makanan. Pertanyaannya, Indonesia itu negara A atau negara B? atau justeru Indonesia merupakan negara yang akan kelaparan?

Indonesia adalah negara agraris yang sangat kaya. Baik sumber daya alam, sumber daya mineral, ataupun sumber daya manusianya. Tanahnya subur, airnya bersih, bahkan kondisi alamnya mendukung untuk melakukan apapun. Namun sayangnya, walaupun negara agraris, jumlah petani di Indonesia semakin tahun jumlahnya semakin timpang hingga akhirnya Indonesia memutuskan mengimport bahan makanan. Salah satu alasan jumlah petani timpang adalah: lahan pertanian yang semakin sedikit dan kesejahteraan petani yang semakin minus hingga mengakibatkan banyak generasi muda memutuskan untuk menjadi karyawan atau pengusaha ketimbang petani. Padahal, ini bibit permasalahannya.

Jika memang Perang Dunia ke 3 benar- benar terjadi, mungkin uang tidak akan memiliki nilai sebesar saat ini. Karena bukan itu yang di butuhkan. Seperti dikatakan diawal, bahan makananlah yang menjadi berharga. Kenapa? Karena jumlah bahan makanan sedikit, rakyat semakin banyak, dan negara tidak lagi bisa mengimport bahan makanan. Akan tiba saatnya dimana negara- negara pengeksport bahan makanan akan menyimpan makanan untuk dirinya sendiri. Lalu bagaimana dengan negara yang selalu mengimport bahan makanan? Kelaparan.

Jika besok perang dunia tiba- tiba terjadi, secara otomatis nilai mata uang akan berubah. Segalanya menjadi mahal, semakin banyak praktek korupsi, orang miskin makan tanah, demo, anarki, dan mungkin setelah itu uang tidak akan berguna lagi. Harta sebenarnya menjadi sepiring nasi.

Pernah tidak puasa saat hari pertama bulan ramadhan? Menjelang siang perut mulai lapar tapi tidak ada makanan apa- apa dirumah. Oke, nyari makan diluar. Tapi ternyata, tidak ada warung makan yang buka. Semakin lelah mencari, semakin menjadi laparnya. Apa yang kita rasakan? Menderita. Sebanyak apapun uang yang ada di kantong serasa tidak ada gunanya ketika tidak ada makanan. Bahkan mungkin sebagian dari kita akan memilih restoran mahal untuk menghilangkan lapar. Jika setengah hari saja sulitnya seperti itu, apa yang akan terjadi jika ini berlangsung dalam waktu yang lama?

Jika saat ini mereka yang korupsi adalah musuh banyak orang, mungkin jika saatnya tiba, mereka akan dibiarkan begitu saja. Karena semua orang tahu bahwa uang tidak bisa dimakan. Orang- orang akan lebih sibuk menghakimi maling ayam ketimbang koruptor karena mereka tahu seekor ayam dapat menyambung hidup mereka walaupun hanya sehari.

Banyak orang akan menjual kendaraan yang berderet- deret dirumahnya demi mendapatkan beras 10 karung. Kasih sayang hanya untuk satu keluarga. Ngapain kamu minta makan sama saya? Emang keluarga kamu mana? tidak ada kasih sayang karena semua orang dalam keadaan serba sulit dan serba kekurangan.

Tidak ada yang menghendaki tarjadinya perang. Namun kita semua menyadari, bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ada terlalu banyak hal yang hanya Sang Pencipta saja yang bisa mengendalikan. Dan jika itu terjadi, apalah daya kita?

Mungkin kalian akan mengatakan saya ini seorang pengkhayal. Karena tidak mungkin perang dunia ke 3 itu terjadi. Dan bisa saja saya cuma mengada- ada.  Oke, tidak apa- apa. Tapi apakah ada orang yang sudah memikirkan kearah sana hingga mampu memberikan kita semua peringatan untuk lebih waspada?

Apa yang sudah kita lakukan selama ini? menabung? Sekolah setinggi eksosfer? Karir gemilang? Ataukah hidup bergelimang harta? Apa yang ada di dunia sekarang ini seakan- akan membuat sebagian dari kita terlena sehingga tidak lagi memikirkan apa yang seharusnya kita persiapkan untuk hari esok.

Saya pernah memutuskan untuk bertani beberapa waktu lalu. Tapi apa yang dikatakan orang tua saya? Susah, masa depan gak jelas, lebih baik cari kerja di Jakarta dan hidup normal kayak orang lain. Dan benar, hidup sebagai petani memang cukup susah diawal, kerja keras, lembur, kurus, kulit terbakar, dan tidak ada gaji bulanan. Tapi dibalik itu, petani memiliki kelebihan tersendiri. Mereka tahu cara untuk hidup.

Bagaimana jika ketika kita bangun tidur besok pagi perang dunia baru saja terjadi beberapa jam sebelumnya. Google, Yahoo, Bing, atau media- media lain mulai memberitakan semua yang ada di dunia mulai kacau balau. Ipoleksosbudhankam, semuanya terkena imbas dan tidak ada cara lain untuk hidup selain bertahan hidup. Dan jika saat itu tiba, apa hal yang sangat berharga? Uang? Mercedes? Ducati? Apartemen? Istri cantik? Suami tampan menawan? Atau justeru ilmu bercocok tanam? Satu- satunya jalan untuk bertahan hidup saat terjadi kolaps, jika perang dunia ke 3 terjadi, adalah menciptakan makanan.

Makanan menjadi hal yang sangat vital. Tanpa itu tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup. Namun sayangnya, makanan dapat habis jika terus dikonsumsi. Dan salah satu cara agar terus bertahan hidup hanya menciptakan makanan itu sendiri. Salah satunya bertani. Adakah diantara kita, orang perkotaan, yang mengerti cara menanam kangkung dengan benar? Tidak ada orang perkotaan saat ini yang mau sibuk- sibuk memikirkan cara menanam kangkung jika mereka bisa membelinya.

Saya hanya berandai- andai. Karena menurut saya, introspeksi diri, saya tidak memiliki apa- apa dan tidak mampu melakukan apa- apa. Saya hanya manusia super kecil diantara raksasa- raksasa perkotaan. Tidak dianggap. Dan ketika raksasa itu saling bertengkar, saya pasti akan mati terinjak seketika itu juga.

Dunia selalu berubah. Waktu selalu menunjukan dunia yang tidak pernah berhenti berubah kepada kita. Dia hari-hari di musim hujan. Pagi hari mendung, siang panas membara, dan sore hujan hingga tengah malam, dan tiba- tiba ada kabar berita bahwa orang kampung sebelah tewas terendam banjir saat tidur malam. Tidak bisa diprediksi. Itulah kenapa kita sering mendengar kalimat: sedia payung sebelum hujan. Waspada.

Kenapa saya tiba- tiba berfikir bahwa Perang Dunia ke 3 sebentar lagi akan terjadi? Tidak tahu. Tiba- tiba saja itu melintas dan saya cepat- cepat menulisnya. Atau mungkin kalian tahu jika memang benar perang itu akan terjadi? Atau kalian ingin mengatakan saya mengada- ada dan tukang khayal? Jika saya salah, lalu apa yang sedang kalian pikirkan tentang masa depan? Mercedes? Ducati? atau rumah mewah? Beritahu saya dan pembaca lain.

Salam.

Rennata Heriatna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun