Reaksi pengendapan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator yang dapat menyebabkan terbentuknya endapan jika mekanisme reaksi berhasil. Ada tiga jenis indikator yang  berhasil dikembangkan dengan menggunakan garam perak. Salah satunya adalah metode Mohr, yang menggunakan ion kromat untuk membentuk kromat perak  berwarna coklat. Penggunaan ion Fe3+ pada proses Volhard membentuk kompleks  berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Menggunakan indikator adsorpsi dalam metode Fajans.
 Ada banyak cara untuk menentukan apakah titik akhir titrasi telah tercapai, yaitu:
- Guy-Lussac
 Karena kecenderungan AgX  untuk mengendapkan dan membentuk larutan koloid dengan adanya ion sejenis yang berlebih, tidak ada indikator yang digunakan dalam menentukan titik akhir dalam metode tersebut. AgX tidak mengendap dan berawan merata. Ketika titik ekivalen (1% sebelum ekivalensi) semakin dekat, larutan koloid akan mengeras karena muatan pada ion pelindung tidak lagi cukup kuat untuk menahan aglomerasi.  AgX mengendap dalam bentuk presipitat (gumpalan) pada larutan induk  bening.  Titik akhir titrasi tercapai ketika kekeruhan hilang setelah ditambahkan setetes titran.Â
- Metode Mohr.
 Jumlah ion klorida dan bromida (Cl- dan Br-) dapat ditentukan dengan menggunakan metode Mohr. Kalium kromat dalam bentuk terlarut dapat digunakan sebagai indikator.  Solusinya harus memiliki suasana netral, pH berkisar antara 6,5 hingga 10. Pada pH di atas 10, oksida perak terbentuk dalam bentuk endapan dan diubah menjadi Ag2O, sedangkan pada pH di bawah 6,5 (asam),  ion H+ bereaksi dengan kromat.
2Ag^+ + CrO42- Ag2CrO4
            Endapan Merah Bata
Larutan berada dalam keadaan netral atmosfer, yaitu nilai pH berkisar antara 6,5 hingga 10.Pembentukan Perak Pada pH > 10, oksida dalam bentuk endapan berubah menjadi Ag2O. Namun jika pH di bawah 6,5 (asam), Â ion H+ akan bereaksi dengan ion kromat membentuk Cr2O7^2-.
- Metode Volhard
 larutan garam perak dititrasi dengan larutan tiosianat  menggunakan larutan besi (Fe3+ ) sebagai indikator dalam lingkungan asam, menghasilkan larutan  kompleks feritiosianat berwarna merah. Fe3+ + CNS- Fe(CNS)2+ Larutan merah Tentukan jumlah klorida, bromida, iodida, dan tiosianat dengan menggunakan metode Volhard. Larutan standar AgNO3 yang berlebih ditambahkan ke dalam larutan dan kelebihan AgNO3 dititrasi lagi dengan larutan tiosianat. Hidrolisis ion Fe3+ dapat dicegah pada lingkungan asam (Yusaerah dkk., 2022).
2. Penetapan Kesadahan Air
Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia yang menggambarkan kualitas air bersih. Tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Baku mutu air untuk air bersih dan air minum memiliki kesadahan maksimum yang diijinkan sebesar 500 mg/L (sebagai Ca) dan kesadahan minimum yang diijinkan sebesar 75 mg/L. Kesadahan air dibagi menjadi dua kategori yaitu  kesadahan sementara dan kesadahan permanen. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya  senyawa bikarbonat (HCO3) di dalam air, yang jika dipanaskan akan terurai menjadi CO2 dan O, meninggalkan endapan yang dapat dipisahkan. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan cara direbus sehingga membentuk kulit pada alat perebusan. Kesadahan permanen disebabkan oleh pengikatan ion kalsium (Ca2+) atau ion magnesium (Mg2+) pada Cl-, SO42- , dan NO3-.  Kesadahan permanen hanya dapat dihilangkan dengan menambahkan zat lain atau dengan perlakuan khusus (Cholil et al., 2016).
Tingginya kandungan garam mineral Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 menyebabkan kesadahan air.  Air sadah berkontribusi penting terhadap asupan kalsium dan magnesium bagi makhluk hidup, terutama manusia. Disisi lain, air sadah memiliki dampak negatif terhadap kebersihan lingkungan. Tingginya tingkat kesadahan air tanah menyebabkan jumlah busa yang dihasilkan oleh deterjen saat mencuci berkurang.  Air sadah juga dapat menyebabkan korosi pada perabot rumah tangga. Selain itu, air sadah mempunyai dampak terhadap kesehatan, antara lain  penyumbatan pembuluh darah di jantung, kanker, kerusakan  sistem saraf pusat, penyakit Alzheimer, diabetes, batu ginjal, kesehatan reproduksi, dan pengeroposan tulang. (La Kilo, 2018).