0 Advanced issues found▲
Pernah sekali waktu seseorang yang sebenarnya belum lama saya kenal mengajak ke Gua Maria Karmel di Lembang. Dia ingin tahu tempat itu rupanya. Kebetulan dia seorang muslim.
Begitu kami sampai di sana, hal pertama yang dia rasakan adalah kesejukan dan kenyamanan berada di tempat yang relatif sepi. Jauh dari hingar bingar kota. Memang memberi kesan refresh buat yang sudah lama berkutat kesehariannya di kota yang padat.
Ketika memasuki areal. berulangkali dia minta izin atau bertanya tentang apa saja yang tidak dia ketahui tentang hal-hal yang ada di sana. Karena niatnya ingin melihat-lihat, ya nggak apa. Toh, banyak juga umat non kristiani sering ke sana. Bahkan penjual makanan sekitarnya juga banyak para umat muslim.
Begitu sampai di Gua Maria, ganti saya minta izin untuk berdoa dulu. Kebetulan bentuk tempatnya undak-undakan tangga yang di belakangnya itu tempat duduk teduh. Ada kanopinya. Saya minta dia menunggu sebentar di sana saja.
"Enggak. Aku pengen di samping kamu aja, boleh?"
Jelas boleh. Maka saya biarkan dia duduk di samping saya.
Dia perhatikan sungguh apa saja yang saya keluarkan dari dalam tas kecil saya. Rosario, buku doa dan tadi sempat membeli lilin dulu buat dinyalakan.
"Aku mau juga nyalain, boleh?"
Saya berikan satu lilin yang saya beli untuk dia nyalakan juga di sebuah tempat, tepat di bawah patung Bunda Maria berada.
Begitu saya sudah siap berdoa, saya buat tanda salib dan membiarkan si teman memperhatikan saya.