Dari sepoi angin yang membelai tubuh keringku, aku sungguh bersyukur boleh ke tempatMu ini. Sekadar memuji atau mengagumi karyaMu nan Ilahi.
Walaupun aku baru pertama kemari, ini semua karena perempuanku ini, Gusti. Raga yang bisa melangkah kemari karena mendapat sanggahan semangat tak kunjung padam darinya.
Bahkan dalam kesadaran akan kian rapuhnya raga karena usia, ia tetap ingin menyatakan segala kasihnya dengan bisa mengantarkanku ke sini.
Terima kasih untuk boleh mempertemukan diri dengannya. Jika niat masa lalu tak terwujudkan menjadi seperti sekarang atau bahkan kalau aku harus bersanding dengan yang lain, semua mungkin tak pernah sempat terasakan seumur hidupku.
Matur nuwun, Gusti...
Dan, aku memandang perempuanku terkasih ini.
Berulangkali.
Ia sungguh indah dan sempurna.
Kasihku padanya tak kan terjelaskan dengan apa pun yang pernah terjadi. Bahkan jika memang tabung oksigen atau jarum infus ini harus terlepas dari tubuhku.
Ia tahu itu. Amat sangat tahu.
Dan, kalau aku menyatakan kasih dengan berlalu darinya, itu karena memang peziarahanku harus berlanjut.