Mohon tunggu...
Renita Dian Eswanti
Renita Dian Eswanti Mohon Tunggu... Guru - GURU SMK MUHAMMADIYAH CAWAS

Bersyukurlah selagi masih diberi kenikmatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Edupreneurship dalam Meningkatkan Wirausaha Siswa SMK

17 November 2022   23:58 Diperbarui: 18 November 2022   00:20 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan berkaitan erat dengan perubahan teknologi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan merupakan bentuk investasi jangka panjang yang memberikansumbangan besar terhadap pembangunan ekonomi. Investasi pendidikan memberikan nilai balik yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. 

Sebuah temuan dapat ditunjukkan bahwa keuntungan ekonomi dari investasi pendidikan, tingkat baliknya ternyata lebih tinggi daripada investasi fisik dengan perbandingan rata-rata 15,3% dan 9,1%. Ini menunjukkan bahwa investasi di bidang pendidikan sangat menguntungkan, baik secara sosial maupun ekonomi (Nanang Fattah, 2012: 41).

Salah satu jenis pendidikan di Indonesia adalah pendidikan kejuruan, hal ini dinyatakan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pendidikan merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pendidikan adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sejalan dengan hal ini Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan dengan sangat jelas bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bertujuan untuk mengembangkanpotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Fokus pada poin pembentukan karakter cakap, kreatif dan mandiri sebagaimana disebut dalam UU No. 20 Tahun 2003 ini Pendidikan Islam secara eksplisit mempunyai konsep tersendiri tentang pendidikan kewirausahaan (edupreneurship).

Edupreneurship merupakan bagian dari enterpreneurship yang di bidang pendidikan. Entrepeneurship adalah usaha kreatif atau inovatif dengan melihat atau menciptakan peluang dan merealisasikan menjadi sesuatu yang memliki nilai tambah ( Ekonomi ,Sosial, dll).

Entrepeneurship di bidang sosial disebut sosiopreneurship, di bidang edukasi disebut edupreneurship, di inter perusahaan disebut interpeneurship, dibidang bisnis teknologi disebut teknopreneurship (Ikhwan Alim ,2009). Konsep edupreneurship ditekankan pada usaha kreatif atau inovatif yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh prestasi sekolah dan menambah income. 

Lembaga pendidikan unggul diharapkan mampu memberdayakan peserta didik agar mereka memperoleh sukses dikemudian hari. Untuk memperoleh sukses tersebut, pendidikan diharapkan mampu membekali peserta didiknya supaya memiliki kepekaan sosial untuk menembus sector bisnis dan membawa perubahan. Sebagian lulusan dapat memperoleh prestasi akademik tinggi tetapi belum tentu mampu beradaptasi kreatif, inovatif, dan kompetitif dalam menghadapi dunia kerja.

Dalam teaching factory, siswa SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja, cerdas, kompetitif dan memiliki kemampuan dan pengetahuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sistem manajemen edupreneurship diharapkan mampu menghasilkan calon orang-orang yang sukses serta memakmurkan lembaga pendidikan tanpa membebani orang tua dan pemerintah (Pengembangan edupreneurship di SMK 2014). 

Seperti di SMK Muhammadiyah Cawas Kepala sekolah yang menjadi edupreneurs adalah seorang yang mampu mengatur dan mengelola sebuah lembaga sekolah dengan penuh inisiatif, senantiasa berinovasi dan berani menanggung resiko. 

Perilaku kepala 6 sekolah agar menjadi kepala sekolah edupreneur setidaknya ada 5 yaitu: bertindak sebagai agen perubahan; memimpin tanpa pamrih, membawa budaya baru yang diharapkan dengan penuh keyakinan; mendukung pengambilan risiko dan belajar terus menerus; bersedia berinvestasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada bahkan ketika sumber daya langka-pun pemimpin juga mau berinvestasi (Oxford Project, 2012). 

Sekolah menjadi peran utama untuk memberikan pengetahuan atau pembelajaran budaya berwirausaha. Pengembangan kompetensi ini ditujukan agar siswa mendapat bekal untuk terjun di dunia industri dengan berbagai ketrampilan yang dimiliki. Melalui business center siswa melakukan praktik bisnis dengan mengambil barang dari sekolah dan dijual kepada kemasyarakat. Siswa diberikan kebebasan dalam menganalisis pasar, menetapkan harga, cara menjual barang dan membuat laporan hasil penjualan (tri kuat,2017).

Pendidikan kewirausahaan ini bertujuan untuk melatih siswa-siswi SMK untuk memiliki jiwa wirausaha, sehingga nantinya dapat membuat lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus (adi, 2011). Harapan yang tinggi pada pendidikan SMK menjadi pemikiran bersama untuk mewujudkan pendidikan yang mampu bersinergi dengan kebutuhan dunia industri maupun menyiapkan lulusanya dengan sikap enterpreneurship yang baik. Implementasi edupreneurship di sekolah menengah kejuruan dilaksanalan melalui teaching factory dan business center.(Mulyatiningsih E, 2014).

Model Pembelajaran Teaching Factory dengan memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki Sekolah alam menciptakan suasana industri di sekolah untuk mencapai kompetensi satu atau beberapa mata pelajaran produktif.

Siswa diberi pengalaman langsung suasana kerja seperti di industri meskipun di sekolah dengan dihadapkan pada pekerjaan nyata sesuai kompetensi yang harus dimiliki dari satu atau beberapa mata pelajaran produktif baik yang bersifat produk maupun jasa. Sehingga kompetensi yang dicapai sesuai dengan yang seharusnya dan tidak terjadi kesenjangan kemampuan/ kompetensi antara kebutuhan/tuntutan industri dengan kemampuan /kompetensi yang dikembangkan di sekolah.(Hidayat D, 2015).

Penanaman karakter edupreneur kepada peserta didik yang dilakukan melalui Pendidikan saat ini selaras dengan tujuan perubahana dan revolusi mental yang digaungkan oleh pemerintah. Maka dari itu mengubah paradigma berpikir anak bangsa yang dapat menjadikan Indonesia ke depannya sebagai bangsa yang berani, kreatif, memiliki mental kewirausahaan, sedikit demi sedikit dapat diatasi kemudian dapat membentuk kesejahteraan dan Kesehatan masyarakat lebih terjamin, serta kemajuan negara dapat diwujudkan. Edupreneurship juga ditujukan untuk mampu memperbaiki kualitas hidup dan menyiapkan warga negara yang siap untuk menghadapi tantangan hidup.(Assingkily dan Rohman, 2019.) Karakteristik Kewirausahawan

a. Memiliki Kreatifitas Tinggi Kuratko dan Huredgetts mengungkapkan bahwa kreatifitas merupakan sifat manusia yang dibawa sejak lahir. Namun beberap pengamat entrepreneurship membantah pendapat tersebut, bahwa kreatifitas bukan sesuatu yang semata- mata factor genetik, namun merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Baru kemudian Matherly dan Goldsmith menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengembangkan gagasan dan merealisasikannya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas system. Menurut Soemanto pemikiran kreatif didorong oleh dua hal, yaitu daya imajinasi dan berpikir ilmiah.(Darojat dan Sumiyati, 2015.) 

Menurut Teodore Levit, kreatifitas ialah kemampuan seseorang untuk berfikir yang baru dan berbeda. Juga menurut Zimmer, ia mengungkapakan bahwa ide kreatifitas berfikir sesuatu yang baru dan berbeda ketika wirausahawan melihat sesuatu yang lama. Dari arti ini, kreatifitas mengandung beberapa pengertian, yaitu : (Kurniawan, 2013.) 1. Memunculkan sesuatu yang tidak ada. 2. Memperbaiki masa lalu dengan cara yang baru. 3. Mengganti sesuatu dengan yang lebih sederhana dan lebih baik.

b. Memiliki prilaku inovatif Inovasi merupakan kemampuan seseorang unutuk menciptakan hal baru. Hal ini sangat dibutuhkan bagi seorang entrepreneur. Karena situasi dan kondisi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, maka dari itu inovatif mesti dimiliki oleh entrepreneur. Menjadi entrepreneur tidaklah mudah, namun juga tidak sesulit yang ada dibenak kebanyakan orang. Fakta sejarah membuktikan bahwa entrepreneur yang berhasil banyak juga dari orang biasa, seperti Sebeer Bathia yang meluncurkan Hotmail.com yang kemudian dijual seharga 400 juta dollar AS kepada Bill Gates.(Kurniawan 2013.)

c. Memilki komitmen dalam bekerja, etos kerja dan tanggung jawab. Untuk menjalankan usaha, seseorang seharusnya memiliki tekad yang kuat. Pengusaha yang sukses selalu bertekad untuk mengembangkan usaha yang ia jalani. Ia tidak setengah[1]tengah dalam menjalankan usaha sehingga berhenti di tengah jalan. 

Berani mengambil resiko, kerja keras, dan mampu membaca peluang pasar. Tanpa usaha yang sungguh[1]sungguh, usaha yang dijalankan akan gagal. Oleh karena itu sangat perlu sekali seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaan yang ia geluti.(Kurniawan, 2013.) Komitmen juga merupakan aspek paling pokok dari seorang wirausaha. Dengan begitu ia dapat mengabdikan diri secara total terhadap usahanya. Dalam memulai usaha dan mengembangkan usaha, sering sekali komitmen wirausaha yang diuji terlebih dahulu, misalnya kesediaan menjaminkan harta benda. Jadi wirausaha harus siap untuk mengorbankan tenaga, pikran, dan waktunya.

Russell Knight sendiri mengemukakan bahwa kunci kesuksesan dari seorang wirausaha yaitu kemauan yang sungguh- sungguh dan keteguhan hati. Kemudian Soemanto juga berargumentasi bahwa kesungguhan merupakan kekuatan untuk menggapai tujuan. Maka dari itu jalan untuk dapat mencapai suatu tujuan yaitu jika seseorang memiliki kemauan yang keras. Hanya orang yang berkeinginan keras yang berhasil dalam hidupnya, sebaliknya orang yang keinginannya lemah akan mudah tumbang apabila dihadapkan dengan kesulitan dan tantangan.

d. Mandiri atau Tidak Ketergantungan Berdasarkan karakteristik kewirausahaan yaitu mampu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan tindakan inovatif guna menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup,maka dari itu sifat kemandirian untuk menjalankan hal tersebut sangat dibututhkan. Dengan bersikap mandiri maka seorang wirausaha dituntut untuk mampu menciptakan peluang dan menemukan solusi sendiri dalam berusaha. (Kurniawan, 2013.) 

Perlu diketahui bahwa tidak bergantung disini bukan berarti wirausaha membuat karya sendiri atau mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan orang lain. Namun yang dimaksud mandiri atau tidak bergantung maksudnya yaitu tidak suka menunggu atau mengharap uluran tangan dan bantuan dari pemerintah atau orang lain dari masyarakat. Bahkan wirausaha tidak menggantungankan diri pada alam seperti cuaca dan kondisi alam. Justru wirausaha berusaha sekuat tenagan untuk bagaimana supaya mampu bertahan dari tekanan alam ataupun bahkan bila perlu menundukkan alam. Maka dari itu setiap usaha yang wirausaha lakukan menunjukkan kehidupan dirinya dan keluarganya.

e. Berani Mengambil Resiko Wirausaha tidak berpangku tangan pada keberuntungan. Ketika ia memutuskan untuk memulai usaha, maka dari itu ia sudah siap untuk menghadapi resiko yang akan terjadi dengan perhitungan dan kehati- hatian. Ia juga sadar bahwa setiap usaha tidak akan berakhir dengan baik- baik saja, namun ada kemungkinan akan berakhir dengan kegagalan.

 Wirausaha selalu dihadapkan dengan resiko kegagalan, namun ia harus tetap memulai usaha dengan perencanaan yang matang, karena kesuksesan tidak akan ada jikalau tidak dimulai. Seperti kata pepatah semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang menerjang. Semakin besar usaha yang dilakukan maka semakin kompleks tantang dan semakin besar resiko kegagalan yang dihadapi. (Darojat dan Sumiyati, 2015.) Richard Cantillon sebagai orang pertama yang mengenalkan istilah entrepreneur pada abad ke- 18, menyatakan bahwa wirausaha adalah orang yang siap menanggung resiko. 

Dalam melakukan suatu tindakan, wirausaha tidak bertindak secara spekulatif, namun memperhitungkannya dengan matang. Dengan adanya perhitungan terlebih dahulu, ia berani mengambil resiko terhadap tindakanya dan resiko yang diambil resiko moderat, yaitu resiko yang tidak terlalu tinggi dan resiko yang tidak teralu rendah. Keberanian wirausaha dalam mengambil resiko dan komitmen yang kuat menjadikannya terus berjuang mencari peluang sampai mendapatkan hasil.(Kurniawan, 2013.)

Adapun cara untuk dapat meningkatkan keberanian untuk mengambil resiko yaitu keyakinan pada dirii sendiri, keseriusan untuk mengoptimalkan kemampuan sepenuhnya untuk dapat mengubah keadaan demi keberhasilan, kemampuan untuk menganalisis resiko secara realistis dan kemampuan untuk dapat mengubah kesempatan atau kemungkinan yang terjadi.

f. Selalu mencari peluang Menanggapi peluang yang ada dengan positif untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dan masyarakat merupakan esensi dari kewirausahaan. Cara yang etis dan produktif untuk meraih tujuan serta sikap untuk merealisasikan tanggapan juga merupakan bentuk kemampuan dalam membaca peluang. 

Kemampuan mencari peluang merupakan kemampuan yang sangat penting, hal ini yang akan membantah bahwa keberhasilan wirausaha bergantung pada nasib atau kemanjuran. Akan tetapi keberhasilan wirausaha didukung oieh kemampuan mereka membaca peluang sehingga situasi dan kondisi seperti apapun tidak menghambat mereka untuk menjalankan usahanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun