Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurangi Kantong Plastik di Warung Sembako Itu Tidak Semudah Membalikan Telapak Tangan

7 Januari 2024   10:03 Diperbarui: 7 Januari 2024   10:07 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita tahu di supermarket dan minimarket sudah lama meniadakan kantong plastik gratis. Kalaupun masih ada maka sistemnya sudah beralih ke berbayar. Saya sangat setuju sekali dengan kebijakan seperti itu. Yah, gimana ya penggunaan kantong plastik itu memang begitu tinggi dan akhirnya hanya akan menjadi tumpukan sampah yang nantinya akan mencemari lingkungan. 

Sebagai seorang pembeli, sudah cukup lama saya selalu membiasakan diri membawa kantong belanjaan sendiri ketika berbelanja. Tak hanya ketika belanja di supermarket, namun belanja di warung atau pasar pun saya juga selalu membawa kantong belanja sendiri. Bahkan untuk berbelanja ikan, biasanya saya membawa kantong plastik bekas dari rumah supaya tidak banyak kantong plastik yang menumpuk di rumah.

Tapi semua berubah menjadi rumit ketika saya membuka warung sembako. Ini bukan perkara pelit atau hitungan usaha ya, tapi sungguh setiap harinya saya bisa mengeluarkan kantong plastik begitu banyak. 

Biasanya dalam sehari saya bisa habis 10 sampai 15 pack kantong kresek dan sekitar 5 pack kantong plastik kecil. Padahal dalam satu pack kresek itu terdapat 50 pcs. Bisa dibayangkan dalam sehari saya menyumbangkan sampah kresek 500 pcs. Kalau dikalikan sebulan berapa coba? Lalu kalau Setahun?

Yah, gimana ya, di warung sembako itu item dagangannya kebanyakan barang-barang yang cukup berat. Misalnya beras, gula, tepung, garam bata, dll. Jika hanya menggunakan satu kantong plastik, tentu tak akan kuat menahannya. Sehingga untuk satu pelanggan itu minimal sekali membutuhkan dua kantong plastik untuk dobelannya. Belum lagi saya jualan beras eceran, sehingga ini sangat mustahil sekali kalau saya tidak menyediakan kantong plastik kan ya.

Sebenarnya saya tidak hanya pasrah dan berdiam diri menghadapi semua ini, saya juga sudah berusaha cukup keras untuk berinovasi. Berikut beberapa langkah yang sudah saya tempuh untuk mengurangi sampah plastik dari warung saya.

1. Membuat poster ajakan membawa kantong belanja sendiri

Untuk tahap awal, saya membuat poster ajakan membawa kantong plastik sendiri dari rumah agar tidak memperbanyak sampah plastik. Poster besar tersebut sudah seperti poster layanan masyarakat yang cukup meyakinkan. Saya sudah menempelnya tepat di atas kasir, sehingga para pembeli ini sudah bisa dipastikan membacanya.

Tak cukup di sana, saya juga mengkampanyekan secara langsung kepada setiap pembeli untuk membawa kantong belanja sendiri. Seperti halnya para politisi yang berkampanye, saya sepertinya juga sudah cukup meyakinkan secara detail tentang dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik. Namanya juga usaha kan ya. walaupun saya tahu, mengubah kebiasaan dan mindset seseorang itu nggak semudah itu. Supermarket dan minimarket itu sasaran pembelinya adalah orang-orang dari kalangan menengah ke atas, sedangkan warung ini sasarannya adalah mereka yang berasal dari kelas menengah ke bawah. Bukan apa, tapi faktor lingkungan semacam ini juga cukup berpengaruh terhadap tingkat kesadaran masyarakat.

Kalian nggak tahu kan, saya sering sekali dibilang pelit sama pembeli gara-gara mengkampanyekan itu. "Halah, bilang aja biar ngirit nggak keluar duit buat beli kresek!" Hmmm~

2. Menyiapkan kardus dan karung goni bekas

Setiap harinya kardus dan karung goni bekas di warung cukup banyak sekali. Biasanya saya manfaatkan untuk mengemas belanjaan pembeli. Untuk beras dalam jumlah banyak biasanya saya karungi, padahal beras kemasan juga sudah saya sediakan tapi masih ada banyak pembeli yang ingin membeli beras eceran dan dikarungi sendiri. Padahal ya berasnya sama saja.

Apakah ini cukup membantu? Ya, cukup mengurangi walaupun persentasenya masih tinggi. Yah, gimana ya, sulit sekali melepas kantong kresek di lingkungan masyarakat saya. Kadang ada yang nggak mau jika dikemas dengan kardus. Ada yang bilang susah membawanya kalau memakai kardus. Ada yang bilang kardusnya tidak muat di bagian depan motor. Ada yang bilang kalau memakai kardus motornya susah buat belok. Ada juga yang sudah saya karungi kardus dan karung goni, tapi minta dobelan kresek besar coba. Akhirnya manusia-manusia seperti inilah yang tetap melestarikan dan menjadikan kresek bagian dari kehidupan sehari-harinya.

3. Memberikan totebag gratis

Membuat poster tak mempan dan mengganti kardus serta karung goni tak berpengaruh signifikan, maka akhirnya saya mengeluarkan jurus pamungkas dengan membagikan totebag gratis ke beberapa pembeli tetap yang setiap harinya belanjanya cukup banyak. Sehari dua hari hal ini memang cukup bekerja, tapi lama-lama yah kembali ke setelan awal. Kebanyakan sih beralasan lupa bawa. Hmmm~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun