Walaupun secara fisik manusia memiliki dua daun telinga dan satu mulut, tapi secara harfiah, hampir semua manusia memiliki naluri untuk didengar ketimbang harus mendengar. Sehingga ketika ada sesi curhat dengan orang lain, tak jarang hal itu menjadi moment yang kerap berujung menjadi ajang adu nasib atau malah toxic positivity. Orang yang tadinya datang pada kita untuk curhat dan ingin didengar, justru malah mendapat curhatan.
Meski kedengarannya menjadi pendengar itu merupakan hal yang tidak mudah, tapi bukan berarti hal tersebut tak bisa dilakukan. Semua orang pada dasarnya bisa kok untuk menjadi seorang pendengar yang baik. Untuk menjadi seorang pendengar yang baik, kita bisa menggunakan teori milik Carl Rogers. Meski sebenarnya teori person-centered therapy ini digunakan konselor pada kliennya yang melakukan konsultasi, namun menurut saya teorinya ini cukup relate jika digunakan sebagai landasan kita dalam menjadi seorang pendengar untuk orang lain. Nah berikut beberapa Tips ala Rogers yang bisa dicoba:
1. Penerimaan positif tanpa syarat
Seperti yang kita tahu bahwa Rogers ini merupakan salah satu tokoh psikologi yang menganut paham humanistik. Di mana Rogers sangat menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers juga menyebutkan dalam teorinya bahwa kebutuhan manusia itu salah satunya positive regard, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penerimaan, hormat, dan afeksi dari orang lain.
Meski kedengarannya sederhana, namun penerimaan positif tanpa syarat ini sangat berdampak besar bagi orang lain. Manusia akan merasa 'ada' ketika kehadirannya diterima di tempat itu. Begitu juga orang-orang yang datang pada kita yang ingin bercerita. Mereka butuh positive regard tersebut untuk memperkuat konsep dirinya.
Tentu kita sendiri bakalan senang kan ya, kalau kita bisa cerita dengan orang lain tanpa harus menggunakan topeng? Menjadi diri sendiri dan bisa diterima segala kekurangan, perbedaan pemikiran ataupun paham yang dianut. Sehingga ketika cerita kita tak perlu mendapatkan penghakiman, nasihat yang 'ndakik-ndakik', atau saran panjangnya kayak sinetron di televisi.
Sebagaimana pemahaman aliran humanistik yang amat sangat menjunjung tinggi dalam memanusiakan manusia, maka ketika kita akan menjadi seorang pendengar yang baik tak ada salahnya untuk belajar menerima orang lain tanpa syarat.
2. Mendengarkan dengan cara empati bukan simpati
Banyak pendengar yang sering terjebak dalam zona simpati ketika mendengarkan cerita orang lain. Ujung-ujungnya kita akan membayangkan dan menempatkan diri sebagai orang yang sedang curhat tersebut. Hal ini tentu sangat tidak disarankan oleh Carl Rogers. Menempatkan diri menjadi lawan bicara yang tengah bercerita, akan membuat kita melankolis dan tidak obyektif dalam memandang masalah. Hal ini tentu akan membawa toxic tersendiri bagi kita.