Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Setop, Memaklumi Kesalahan Anak dengan Dalih "Namanya Juga Anak-anak"

22 November 2019   01:53 Diperbarui: 22 November 2019   20:40 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak coret coret tembok (Ilustrasi: Orami)

Sebagai orang dewasa kita harusnya memberitahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan saat berada di rumah orang lain. Ini masalah norma kesopanan dan tata krama. Jangan sampai karena kita memaklumi anak-anak dengan dalih, "Namanya juga anak-anak", lantas hal itu bisa merugikan orang lain.

Membaca bersama anak (Dokumentasi pribadi)
Membaca bersama anak (Dokumentasi pribadi)
Beberapa saat yang lalu saya juga merasa perihatin saat mendapati berita di sebuah forum pencinta kucing. Di berita tersebut diceritakan bahwa ada anak berusia 7 tahun yang dengan tega menguliti kepala kucing hidup-hidup. 

Astaga, membayangkannya saja saya ngeri! Dan lebih ngerinya lagi, kenapa hal sekeji ini bisa dilakukan oleh anak yang masih berusia 7 tahun? Apa yang salah dalam hal ini?

Atas kejadian ini, tentu saja hal itu memancing kemarahan banyak warganet. Sehingga ada banyak warganet yang membully si anak ini. Sebagai orangtua tentu saja si ibu anak ini melindungi anaknya. Saya tentu saja tak setuju dan mengecam perbuatan tercela seperti ini, tapi bukan berarti saya juga setuju dengan perlakuan netizen pada si anak ini. 

Bagaimana pun dia masih anak-anak, tidak etis juga kalau mendapat hujatan dari para orang dewasa. Si ibu pun juga tidak salah, karena pada hakikatnya dia seorang ibu yang punya naluri ingin melindungi si anak.

Tapi kembali lagi bahwa tak ada asap jika tak ada api. Perilaku menyimpang si anak ini bisa jadi karena ulah orangtuanya. Setahu saya anak-anak memang sangat suka bermain dengan kucing, sehingga tanpa sadar mereka kadang menyakiti si kucing tersebut. Saya sendiri sering kali mendapati anak-anak di dekat rumah saya yang suka mainan kucing. 

Mereka kadang menggenggamnya begitu erat hingga si kucing ini mengeong-ngeong, kadang juga ada yang memasukan kucing tersebut di dalam got. Anehnya, para ibu-ibu si anak-anak ini duduk di depan mereka dan tidak mengatakan apa-apa.

Melihat hal semacam ini, bisa jadi kelakuan si anak usia 7 tahun itu diakibatkan sikap pemakluman dan masa bodoh dari orangtuanya. Si orangtua ini membiarkan saja si anak bermain dengan kucing dengan cara mereka. Tak bisa menutup kemungkinan, dari kejahatan-kejahatan kecil tersebut timbullah ide untuk melakukan kejahatan yang lebih serius lagi.

Sudah seharusnya para orang dewasa itu bersikap tegas. Jika memang si anak berbuat salah, maka jangan ragu untuk menegur atau menasihati mereka. Tak hanya itu, jika memang mereka melakukan suatu kesalahan yang sudah mereka ketahui itu salah, maka jangan ragu untuk menghukum atau member sanksi tegas pada mereka. 

Namun perlu dipahami, menghukum di sini bukan berarti kita melakukan tindak kekerasaan. Hukuman yang saya maksud sewajarnya saja dan tidak berlebihan untuk seorang anak. Itu hanya untuk mengajari si anak bahwa setiap hal yang ia lakukan harus ia pertanggungjawabkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun