Mohon tunggu...
Reni Rosmawati
Reni Rosmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku

30 November 2022   20:31 Diperbarui: 30 November 2022   20:34 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Sakit sekali rasanya mendengar perkataan itu, sedangkan aku dengan Ana berteman dari kami kecil, kami tumbuh bersama. Aku tak pernah sedikitpun mencoba mengkhianati persahabatan aku dengan Ana. Sesibuknya aku untuk survive, selalu aku sempatkan kejutan kecil disetiap moment bahagia Ana.

            Tak berhenti disitu, penderitaanku bertambah ketika aku dinyatakan tidak lulus di perguruan tinggi manapun dikarenakan nilaiku yang kecil. Itu semua buah dari aku yang terobsesi oleh perlakuan manis Chandra. Memang benar jika sedang meniti ilmu, jangan ada laki-laki diproses mu.

            Frustasi tentu saja, aku tidak punya masa depan rasanya. Teman tak punya, orang tua yang sudah dimasa tuanya tentu saja sudah tidak produktif. Aku yang masih menjadi beban ini ingin sekali rasanya mengakhiri hidup.

            Sambil hilang arah dan harapan, aku berdoa dan meminta agar diberi jalan dan dimudahkan setiap urusaku. Dengan kemapuanku yang apa adanya aku nekat membangun bisnis sendiri. Aku banyak bersyukur karena aku diberikan pundak yang kuat untuk pulih sampai ditahap aku mempunyai bisnis sendiri. Mungkin remaja seumuran aku, akan merusak masa depannya ketika dihadapkan oleh hal diluar nalar mereka, atau memilih mengakhiri hidupnya saja seperti niatku pada saat itu.

            Namun, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah hidup para remaja. Justru akan ada masalah baru. Jika memilih bunuh diri, maka ia akan meninggalkan kesedihan dikedua orang tuanya ataupun orang yang bersyukur memiliki dia. Jika ia menghancurkan masa depannya maka nantinya akan ada penyesalan dan susah untuk bangkit kembali dari penyesalan itu.

            Kini diumurku yang menginjak 22 Tahun, aku sudah mempunyai usaha tetap, punya sekitar 150 karyawan, dan hal yang sangat aku banggakan aku mampu mewujudkan salah satu mimpiku yakni mendirikan perpustakaan ditengah pusat kota, dan semua masyarakat mulai dari kalangan remaja, anak-anak atau bahkan lansia dapat datang ketempat itu dan boleh membawa pulang buku yang diinginkan tanpa transaksi apapun. Dengan seperti itu aku harap anak-anak jalanan yang tidak mampu bersekolah dapat belajar membaca secara gratis dari buku yang aku sediakan. Kini hidupku bahagia. Aku mampu menghapus gelar kemiskinan dari diriku dan keluargaku. Tak lupa aku lanjutkan lagi pendidikan ku yang tertinggal. Aku maafkan juga Ana dan Chandra sebagai batu loncatan untuk aku bisa berada dititik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun