Seharusnya Abu Sufyan, Abu Jahal, dan orang-orang yang melakukan perencanaan licik terhadap kemajuan peradaban Islam, sudah dijamin masuk surga. Bukan malah dijanjikan siksa api neraka.
Bukankah sering dinarasikan salah satu tokoh orientalis Belanda sejak zaman SD, Snouck Hourgronje? Dia pun salah satu skill-nya, ya berbahasa Arab.
Dalam menaklukan Aceh, mengadu domba, mengatur paradigma masyarakat menggunakan seperangkat dalil yang dipelintir dengan sedikit kredibilitas berbahasa ala Rasul.
Dan hari ini pun saya jamin 100 persen, yang bisa bahasa Arab bukan hanya orang Islam. Bahkan tidak sedikit ateis yang bisa berbahasa Arab, apalagi orang Yahudi dan Nasrani yang bermukim di Yerussalem.
Dengan saya berkata seperti ini tidak berarti orang yang bukan Islam itu j a h a t. Tapi, saya hedak menekankan pengkultusan orang Islam terhadap manusia yang pandai berbahasa Arab sudah kelewat keterlaluan!
Justru, harapannya dengan kita menjadi sadar terhadap peluang penyetiran degan kepentingan-kepentingan yang malah memecah belah.
Bahasa Arab pun hanya alat!
Karena bahasa hanya alat, bukan sesuatu yang disakralkan. Untuk pikiran yang menyangsikan memegang sesuatu yang berbahasa Arab pun sangatlah tidak berdasar.
Apa hubungannya anatara mengungkapkan rasa lewat Bahasa Arab dengan meluruhnya rahim di periode tertentu?
Apalagi jika Quran diterjemahkan lebih jauh sebagai referensi ilmu, maka apakah wanita dibiarkan sampai mereda baru boleh lagi mencari ilmu?
Apa yang anda pikirkan tentang kata-kata berikut: