Mohon tunggu...
Reni P
Reni P Mohon Tunggu... Buruh - Saintis yang lagi belajar nulis

Seneng guyon Visit renipeb.medium.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Khadijah, Wanita Berdaya dari Abad Delapan

9 Maret 2018   21:56 Diperbarui: 9 Maret 2018   22:07 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mona Haydar - Hijabi (Wrap My Hijabi)

Rasul di tahun kedukaannya, ketika dakwah serba sulit, embargo di sana sini, ia pun harus rela ditinggalkan oleh Khadijah dan juga pamannya. Padahal, seperti saya sebutkan. Peran Khadijah maupun pamannya sangatlah penting. Baik dukungan moril maupun materil mereka berikan berapapun untuk kemajuan dakwah Islam saat itu. Saat itulah Rasul secara psikologis sangat tertekan dan mungkin boleh saya katakan, beliau berada di titik terendah kehidupannya. 

Motivationless. Dan Allah pun akhirnya meng-isra-miraj-kan Rasul untuk menerima perintah shalat sebagai motivasi dakwah Rasul untuk selalu konsisten dalam mengurus umatnya.

Inilah yang menjadi motivasi saya juga untuk berdaya..

Tapi, tak cukup di situ...

Sempat saya terhenyak ketika saya mendeklarasikan diri ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun, respon-respon yang saya dapat malahan "perempuan itu ujung-ujungnya memasak dan menimang anak suaminya." Karir dilepas, anak dan suamilah yang dipikirkan. Apakah itu maksudnya?

Apakah saya tidak setuju dengan hal itu?

Saya tekankan, saya perempuan dan saya punya rahim. Dengan potensi yang saya miliki saya berkeinginan bila menikah nanti saya ingin menimang anak saya sendiri, dan mencoba berlatih untuk memasak makanan yang enak untuk memanjakan perut suami. Saya bisa mencuci, menyetrika, menyapu, mengepel, menjemur kasur, hingga ngangkat galon, YA SAYA BISA.

TAPI, TOLONG. Jangan jadikan 'kodrat' klasik tersebut menjadi legitimasi bahwa perempuan tak diizinkan untuk berkarya. Perempuan, termasuk saya, punya potensi yang jauh lebih baik dari hanya sekadar meng-handlemasalah kamar dan dapur.

Teman, perempuan itu adalah manusia. Setengah jumlah populasi spesies yang berakal adalah saya dan milyaran betina lainnya di dunia ini. Kalau peradaban hanya dibebankan pada kaum berjakun saja, siap-siap saja kecepatan perkembangan peradaban akan laun setengahnya. Khususnya, Indonesia. Saya kira dengan pembangunan yang terus digaungkan oleh pemerintah, perempuan pun harus diberi potensi yang sama untuk berkarya dan menyalurkan potensinya.

Yang jelas, yang bisa saya ambil dari hari perempuan ini adalah pengingat semangat kita para perempuan untuk terus berjuang karena kita jauh lebih hebat dari apa yang kita pikirkan. Agama apapun itu, suku apapun itu, ras apapun yang ada di Indonesia tidak berhak melabeli bahwa perempuan tidak boleh berdaya.

Dan terakhir saya sampaikan. Saya tak hendak merendahkan kaum adam, akang, mas, om, dan bapak yang terhormat. Justru menurut saya, dengan mengambil sekilas hikmah dari perjuangan Khadijah tadi, siapapun itu kita tak lagi berhak untuk berbicara siapa subjek dan siapa objek, yang mana yang lebih kuat dan yang mana yang lebih lemah. Tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun