Mohon tunggu...
Reni P
Reni P Mohon Tunggu... Buruh - Saintis yang lagi belajar nulis

Seneng guyon Visit renipeb.medium.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hati-hati Menggunakan Istilah "Bahan Kimia"

20 Februari 2018   21:23 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:35 5220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Stock-clip.com

Sebagai alumni dari cabang ilmu kimia, saya merasa bertanggung jawab untuk meluruskan kekeliruan dalam penggunaan istilah "bahan kimia", yang selalu dimaknai sebagai bahan-bahan yang berbahaya. 

Di masyarakat luas, istilah ini selalu dikaitkan dengan simbol dari bahan-bahan perusak tubuh, baik dalam hitungan waktu yang relatif panjang ataukah hitungan menit bahkan detik. Hal yang paling sering saya dengar dari orang adalah:

"Eh, jangan dekat-dekat! Itu ada bahan kimianya!", "Jangan langsung dimakan! Di kulitnya ada bahan kimianya!", "Mecin itu merusak, karena mecin adalah 'bahan kimia'".

Padahal, kalau anda cermati pernyataan tersebut, sama rupanya dengan perkataan "Wajar sih si Mawar matrek, dia kan cewek." atau "Wajar sih mantan kamu brengsek. Maklum. Dia kan laki." Lha,apa hubungannya? Gak ada kan?

Itu yang jadi masalah. Kenapa ketika seseorang bernama Mawar itu statusnya perempuan, lantas diwajari berperilaku matrek? Konsekuensi dari statement tersebut adalah pikiran yang menganggap rata bahwa semua cewek itu matrek. 

Jelas saya tidak sepakat. Kan gak ada hubungannya antara dia cewek dan dia matrek. Jadi mestilah kebanyakan populasi cewek matrek itu tidak sama dengan S E M U A cewek bersikap matrealis.

Begitu juga dengan pernyataan yang konsekuensinya menganggap semua lelaki itu brengsek. Meskipun saya sering sepakat di masa-masa tertentu, tapi jelas, tak semua lelaki begitu. Benarkan?

Kemalangan yang sama terjadi dengan istilah "bahan kimia"

Mungkin, anda seringkali memahami bahan kimia ini adalah kelompok-kelompok bahan setipe bom nuklirnya Amerika, formalinnya Firaun, pewarna gincunya Kylie Jenner atau bahkan mecinnya tukang mie ayam. Percayalah, bahan kimia bukan hanya sekadar itu.

Bila anda mau menilik ke dalam tubuh anda sendiri, ada triliunan unsur kimia yang menyusun entah rantainya pendek atau pun panjang, dari yang sederhana hingga yang super kompleks. Tapi yang pasti, ikatan-ikatan kimia ini akan menyusun ikatan yang lebih makro seperti, sel yang kemudian menjadi jaringan, hingga terbentuk organ tubuh.  

Saya bisa pastikan, dari ratusan unsur yang ada, ada 3 unsur yang sama-sama menyusun antara tubuh kita dengan racun kopinya Almarhum Mirna. Yaitu, Hidrogen, Karbon, dan Nitrogen. 

Bedanya, kalo di kopinya Mirna cuman ada milyaran molekul yang insyaallah homogen, yang mana ketiga unsur tadi saling berikatan membentuk HCN atau Asam sianida. Sedangkan tubuh kita, ditambah dengan unsur-unsur yang lain, khususnya oksigen, membentuk molekul yang sangat beragam, rantainya panjang, dan luar biasa kompleks.

Poinnya adalah tubuh kita pun adalah bahan kimia. Termasuk makanan-makanan yang anda anggap sehat seperti gandum, sayuran, buah-buahan, susu, atau daging-dagingan. Mereka pun dibentuk oleh bahan kimia. 

Semua materi ini disusun oleh bahan kimia. Termasuk bumi kita. Bahkan udara yang anda hirup, air yang anda pakai untuk mandi, baju yang anda pakai ketika panas ataupun dingin. Semua itu adalah bahan kimia. Yang membendakan antara satu dengan yang lainnya adalah susunan, komposisi, dan juga pembentukannya.

Anda mungkin pernah menemukan perbedan bentuk bahkan rasa telur yang direbus, digoreng, diasap, dikocok, dan dimixer hasilnya akan jauh berbeda. ini adalah masalah pembentukan. Ketika anda mrebus terus tak ada udara yang masuk, protein yang ada dalam telur ketika bertemu suhu yang tinggi akan menggumpal menjadi telur rebus oval yang sering jadi teman makan bubur. 

Berbeda ketika digoreng dengan cara diceplok, minyak dalam penggorengan anda sudah mencapai suhu >100oC, kontan ketika isi telur turun ke penggorengan protein yang ada dalam langsung menggumpal. 

Istimewanya, proses penggorengan adalah hidrogen yang ada dalam telur ditarik oleh minyak dan hanya mnyisakan karbon yang menjadikan telur tersebut berwarna coklat. Bila anda memberi waktu lagi, maka telur anda menjadi gosong. 

Maka, di sanalah telur anda tidak jauh berbeda dengan arang yang hanya menyisakan karbon yang ikatannya sangat rapuh. Dan proses-proses lainnya selalu ada subtansi membongkar, memisahkan, menyatukan, hingga menyusun ulang unsur-unsur kimia.

Jadi, jelas yah bahwa semua yang ada di alam semesta ini yang berbentuk materi itu adalah bahan kimia. Cuman memang ada yang dibutuhkan, aman, dan bahkan bahaya bagi tubuh. 

Lantas, apakah mecin itu bukan bahan kimia? 

Ya, tetep bahan kimia. Cuman, kasih tambahan yah jadi "bahan kimia sintetis", karena asumsinya sintetis itu buatan manusia. 

Selain itu, unsur-unsur di alam jarang yang introvert, diem saja sendiri gak gabung sama unsur yang lain. Yang kalau diambil udah mandiri sendiri. Enggaklah, yang bikin mereka homogen atau murni itu biasanya manusia-manusia itu lagi. Jadi yah sintetis-sintetis lagi.

Nah inilah masalahnya, biasanya yang dibuat-buat itu emang suka bikin ga enak dan beresiko. Kaya mecin, nuklir, pewarna tekstil, dan bahan-bahan kimia lainnya yang berbahaya.

Sehingga, kalau anda berada di dalam tim marketing dari suatu produk makanan, jangan pakai label atau embel-embel "tanpa bahan kimia". Jelas itu keliru. Udah jelas anda jual makanan. 

Kalau saya yang beli, saya akan tanya "ini beneran makanan, apa isinya malaikat, jin, setan, atau konsep keadilan? Kok gaada bahan kimia" Kan sedih. Mau makan aja ribet. Emang saya ini kaya ibu-ibu sosialita yang rewel kalo ada yang bilang tas Louis Vuitton ga dieja leveuthong.

Tapi, kan kebenaran itu layak disebarkan. Supaya ga maluin-maluin yah kalau ketemu ilmuwan. Hehe.

Sekian, wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun