Mohon tunggu...
Reni Patiola
Reni Patiola Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Bercita-cita sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama bisa menjadi seorang penulis profesional, berkepribadian introvert jadi lebih suka menuangkan ide-ide lewat tulisan, bercerita lewat tulisan dan berargumen lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Pendidikan Sebagai Gerbang Awal Merdeka Belajar

22 Mei 2022   23:31 Diperbarui: 23 Mei 2022   00:15 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain itu juga memperbaharui sistem pendidikan di Indonesia khususnya kurikulum yang diterapkan di seluruh sekolah baik itu jenjang sekolah dasar sampai kepada perguruaan tinggi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah sistem kurikulum 2013 meskipun dalam proses penerapannya banyak dilakukan perbaikan. 

Salah satu contoh tindak lanjut dari perbaikan kurikulum 2013 adalah program merdeka belajar. Menteri pendidikan Nadim Makarin menjelaskan bahwa kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan dalam merespons pandemi Covid-19.

Merdeka Belajar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan 2020 adalah suatu pendekatan di mana siswa dan mahasiswa berkesempatan memilih pelajaran yang diminati, dengan asumsi bahwa mengoptimalkan bakatnya maka semua orang akan memberikan sumbangan terbaik dalam bekarya, sehingga masyarakat akan menjadi lebih maju. 

Program Merdeka Belajar merupakan adaptasi dari sistem kurikulum KTSP 1996 dimana siswa diberikan kesempatan untuk menggali potensi daerah dan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga sekolah dapat memberikan mata pelajaran terbaik kepada siswa. 

Namun kurikulum KTSP 1996 tidak cukup berhasil mencapai tujuan yang diinginkan karena faktor tidak adanya pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dan kepala sekolah dalam menyusun kurikulum dan ujian nasional yang menyita perhatian sekolah untuk menjadi sasaran pencapaian, rangking hasil ujian nasional pun hampir dipukul rata. Pada akhirnya tidak ada sekolah yang dikenal unggul pada bidang tertentu seperti seni, olahraga, dan lainnya.

Merdeka belajar merupakan salah satu hasil evaluasi dari sistem kurikulum sebelumnya yang pernah diterapkan di Indonesia, setelah mengevaluasi kekurangan dan keunggulan dari kurikulum tersebut kemudian dihasilkan pembaharuan yang mampu menjawab persoalan yang dihadapi sebelumnya. 

Adapun yang termasuk dalam program Merdeka Belajar adalah Kampus Merdeka. Dikutip dari situs web kampus merdeka langsung bahwa Kampus Merdeka  merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang memberikan kesempaatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. 

Adapun yang masuk dalam program Kampus merdeka yaitu: Bangkit, IISMA (Indonesia International Student Mobility Awards), Kampus Mengajar, Study Independent GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya), Magang, Membangun Desa (KKN Tematik), Pejuang Muda Kampus Merdeka, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, dan Proyek Kemahasiswaan.

Merdeka belajar merupakan program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dibuat oleh Mendikbud Nadim Anwar Makarin. Nadim membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan, hal ini juga dilatar belakangi dari hasil penelitian Programmer for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2019 yang menunjukan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia yang menduduki posisi ke-6 dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negera. 

Menyingkapi permasalahan tersebut, Nadim memutuskan untuk membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, diantaranya; literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi tidak hanya mengukur kemampuan membaca, melainkan juga kemampuan menganalisis isi bacaan dan memahami konsep dibaliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun