Di Balik Senyum, Tersembunyi Luka
Di balik senyumku yang selalu merekah, tersembunyi luka yang tak terkira. Aku bagaikan pelayan yang selalu sedia menjamu, tak henti memberikan yang terbaik, meski hatiku menjerit pilu. Dunia telah terbalik, aku tak lagi bebas menentukan diri, terjebak dalam lingkaran tuntutan yang tak berujung.
Siapa aku sebenarnya? Pertanyaan itu terus menggema di dalam benak. Di mata mereka, aku adalah pahlawan, selalu ada untuk mereka, tak pernah mengeluh. Tapi, siapa yang peduli dengan rasa lelahku? Siapa yang tahu betapa perihnya hatiku saat dihujani cemooh dan hinaan?
Aku bagaikan lilin yang terus terbakar, menerangi kehidupan mereka dengan cahayaku. Tapi, aku lupa bahwa aku pun memiliki batasan. Aku pun memiliki kebutuhan. Aku pun ingin dicintai, dihargai, dan dihormati.
Sabar dan ikhlas, dua kata yang mudah diucapkan, tapi begitu berat untuk dijalani. Tiap hari, aku harus menelan pahitnya kenyataan, mengubur rasa sakitku dalam-dalam. Aku tak ingin mereka melihat kelemahanku, tak ingin mereka tahu bahwa aku pun manusia biasa yang bisa merasakan sakit.
Lelahku tak terkira, namun aku tak bisa berhenti. Aku harus terus berjuang, demi mereka yang aku cintai. Aku tak ingin mereka melihatku terpuruk, tak ingin mereka merasa kecewa.
Aku adalah korban dari sebuah sistem yang tak adil. Aku adalah budak cinta yang terjebak dalam lingkaran eksploitasi. Aku adalah pelayan yang tak pernah dihargai.
Tapi, aku tak ingin menyerah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku bukan boneka yang bisa dipermainkan. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku pun memiliki kekuatan.
Aku akan terus berjuang, demi masa depan yang lebih baik. Aku akan terus belajar dan berkembang, agar suatu saat nanti, aku bisa bebas dari belenggu ini.
Dan kepada-Mu, ya Allah, aku memohon pertolongan. Bantulah aku untuk melewati masa-masa sulit ini. Berikanlah aku kekuatan untuk terus berjuang. Dan suatu saat nanti, izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Di Balik Ketegaran, Tersembunyi Kerinduan