Mohon tunggu...
Renimaldini Putri
Renimaldini Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya ingin menulis, dan berharap suatu saat nanti bisa mencicipi stadion San Siro, berjumpa dengan seluruh punggawa AC Milan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhir Pekan (Sebuah Kekacauan) di Norwegia

25 Juli 2011   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dikutip dari detik.com Senin (25/7), Ivor Gaber, profesor jurnalisme politik di City University, London, melihat ada sebuah fenomena 'kemalasan' dan 'kedengkian' di kalangan media. Hal ini bisa dipengaruhi oleh insiden tertentu yang terjadi pada masa lalu dan untuk menyebarkan ketakutan.

"Kita menciptakan kepanikan moral karena media populer menebarkan ketakutan dari luar," ujarnya. "Yang paling populer sekarang adalah teroris Islam, jadi itu hal yang cepat diangkat," sambungnya.

Hari Minggu (24/7) Norwegia berduka cita atas peristiwa terorisme, penembakan massal dan bom yang menewaskan setidaknya 93 orang. Para petinggi Norwegia, termasuk Raja Harald V dan Ratu Sonja serta pemimpin bangsa lainnya sedih dan bahkan meneteskan air mata.

Peringatan duka cita bagi para korban teroris itu digelar di Katedral Oslo, dan dihadiri ribuan pelayat yang sebagian besar mengenakan pakaian hitam. Tampak Raja Norwegia, Harald V yang meneteskan air mata didampingi Ratu Sonja yang bermuka murung, seperti dilansir dari AFP, Minggu (24/7/2011).

Seperti yang diwartakan detik.com, Perdana Menteri Jens Stoltenberg dalam sambutannya mengatakan skala kejahatan di Norwegia telah muncul. Stoltenberg pun menyebutkan sejumlah nama korban. Sementara itu, foto-foto korban juga dipajang di katedral itu, tak terkecuali pemuda-pemuda yang tewas pada acara perkemahan yang digelar Partai Buruh.

"Kita adalah negara kecil namun kita adalah warga yang punya kebanggaan, Norwegia tak akan melepaskan nilai-nilai itu," ujar Stoltenberg.

"Setiap orang yang hilang dan kehilangan adalah tragedi," tuturnya.

Stoltenberg pun lantas mengusapkan sapu tangan ke wajahnya dan dengan lantang berjanji setelah tragedi ini Norwegia akan menjadi, "lebih demokrasi, keterbukaan, kemanusiaan namun tanpa kenaifan".

Pemimpin kelompok pemuda Partai Buruh, Eskil Pedersen, bahkan terlihat sesenggukan saat kegiatan perkemahan musim panas di Pulau Otoeya yang ia pimpin itu hancur berantakan akibat penembakan yang membabi buta dan tiba-tiba.

"Kami berkumpul dengan duka cita dan harapan," kata Uskup Oslo, Ole Christian Kvarme.

Ratusan orang berkumpul di luar katedral, di mana terdapat altar yang dikelilingi bunga-bunga duka cita bagi para korban.  Stoltenberg dan Pedersen pun ikut menaruh bunga mawar putih di sekitar altar itu.

Catatan renimaldini: seharusnya peristiwa ini tidak terjadi di Norwegia, dan juga negara-negara lain di dunia. Apalagi, jika peristiwa ini dikaitkan dengan islam dan agama apapun. Karena kita yakin, setiap kita pasti menginginkan kedamaian dan tidak ada perang di atas bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun