NEGARA Norwegia, menjadi pusat perhatian dunia, sejak akhir pekan lalu. Ledakan bom, pembantaian menjadikan negara yang dikenal aman, dan tentram ini kacau balau. Padahal, kalau saya tidak salah, kota ini merupakan tempat penyelenggaraan Nobel perdamaian dunia.
Seperti yang diberitakan seluruh media, sedikitnya 93 tewas dibalik aksi pengemoman dan penembakan di Norwegia. Hmm, sebuah aksi sangat-sangat brutal. Ketika terjadi pengeboman, media-media Barat banyak yang menyebutkan bahwa, dibalik aksi yang disebut terorisme adalah kaum muslim.
Diberitakan Reuters, Senin (25/7) yang dikutip dari detik.com, ketika peristiwa itu baru saja terjadi, sejumlah media sempat membuat spekulasi siapa pelaku tindakan keji yang menewaskan 93 orang tersebut. Di beberapa headline dan tajuk, tudingan pun mengarah pada kaum muslim, terutama kelompok garis keras Al-Qaeda.
Belakangan, pelakunya diketahui seorang fundamentalis Kristen bernama Anders Behring Breivik. Dia seorang pembenci muslim dan menganggap dirinya sebagai tentara perang salib yang besar. Dia mengaku memiliki misi untuk menyelamatkan orang-orang Kristen Eropa dari gelombang pengaruh Islam.
Nah, sebelum si pembantai itu ditangkap, media-media besar seperti The Sun sudah menuding muslim di balik peristiwa tersebut. Bahkan, media milik Rupert Murdoch itu sudah jelas-jelas menulis Al Qaeda di headline.
”Pembantaian Al Qaeda: Norwegia 9/11” judul banner media tersebut pada Sabtu, 23 Juli 2011.
Meskipun pelaku kemudian diketahui memakai seragam polisi dan berambut pirang, koran tersebut tetap menulis tersangka sebagai 'Islam fanatik' dan sang pembunuh diduga sebagai 'orang yang berubah menjadi Al-Qaeda'.
Editorial Wall Street Journal juga ikut menulis: "Ketika kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad muncul di surat kabar Denmark pada musim gugur 2005 dan memicu kampanye besar-besaran jihad melawan Denmark, maka Perdana Menteri Anders Fogh Rasmussen menanggapi dengan pernyataan, "Kami merasa seperti kita Denmark telah ditempatkan dalam sebuah adegan dalam film yang salah" kepada mingguan Jerman Der Spiegel."
Yang paling kontroversial adalah editorial media Amerika Serikat The Washington Post yang ditulis oleh kolumnis Jennifer Rubin, yang mengutip The Weekly Standard:
"Kita tidak tahu apakah Al Qaeda bertanggung jawab langsung untuk peristiwa hari ini, tetapi dalam semua kemungkinan, serangan diluncurkan oleh beberapa 'ular naga' jihad. Jihadis terkemuka telah meminta agar garis serangan ditujukan pada partisipasi Norwegia dalam perang di Afghanistan," tulisnya.
Dia juga menambahkan, dalam analisis pribadinya: "Selain itu, ada hubungan jihad di sini: "Hanya sembilan hari lalu, pemerintah Norwegia mengajukan tuntutan terhadap Mullah Krekar, seorang yang berafiliasi dengan Al Qaeda, yang dengan bantuan dari Osama bin Laden, mendirikan Ansar al Islam - sebuah cabang dari Al Qaeda di Irak utara pada akhir 2001," sambungnya.
Kritikan pun bermunculan dari kalangan jurnalis. Terutama yang memandang tulisan-tulisan di atas sebagai sebuah penghakiman prematur.
"Istilah 'tak bersalah sampai terbukti bersalah' telah digantikan 'bersalah sampai terbukti tak bersalah' ketika menyangkut kaum muslim," kata komentator Inggris kelahiran Irak, Adnan Al Daini, di www.huffingtonpost.com.
"Media yang bertanggung jawab harus berusaha untuk berbuat lebih baik. Nyawa tak berdosa mungkin tergantung padanya," sambungnya.