"Maaf aku tidak busa cuti dik." suara mas Dwi di sebrang sana saat aku interlokal meneleponnya.
Aku mengambil nafas panjang, menyesal karena terlalu berharap pada orang yang belum tentu menjadikan aku pasangan hidupnya.
"Ya sudah tidak apa-apa, kita tidak perlu berisi keras memaksa bertemu, biarlah waktu yang menjawabnya." ucapku sambil menutup sambungan telepon tanpa mengucap salam penutup terlebih dahulu.
Hari itu tiba, tanggal 30 Desember aku kembali ke Indonesia, kembali menikmati suasana kampung halaman,merasakan tahun baru berkumpul dengan keluarga.
Malam tahun baru aku keluar untuk jalan-jalan, di sepanjang jalan banyak orang menjual trompet dan petasan, anak kecil berlarian dan bermain sesuka hati mereka tanpa peduli pada masalah yang dihadapi orang dewasa.
Aku berjalan di sepanjang jalan kampungku, Lisa menarik tanganku dengan paksa.
"Hey mau kemana?"
"Ra di sana ada akrobat nonton yuukkk?"
"Ga ah seperti anak kecil aja."
"Yee... Ga papa lagi kamu kan masih imut walaupun sudah seperempat abad."
"Bisa aja...! Ucapku.
"Maksutnya itu mukamu kaya marmut... Hahahah..."
"Dasar lu..." ucapku sambil menjitak kepala Lisa.
"Buuukkkkk..." tiba-tiba tubuhku terpental dan jatuh.
"Aduuuhhhhh...." keluhku sambil mencoba bangun, tapi ada tangan seseorang menarikku.
"Kamu tidak apa-apakan?" ucapnya.
"Tidak, lain kali kalau jalan pakek mata dunk..." ucapku ketus, padahal kalau diingat aku yang bersalah menabraknya terlebih dahulu karena Lisa menarik paksa tanganku.
"Ya maklum ada yang terburu-buru jadinya main tabrak aja nih." sindir orang itu.
"Eee... Tunggu, sepertinya kita pernah bertemu." ucapku saat melihat raut wajah orang itu.
"Sudah ingat?" tanya orang itu.
"Siapa ya, mmmm.... Siapa sih kamu?" tanyaku malas berfikir.
"Dik Zahra, masa lupa sih, ayo diingat-ingat dunk?"
"Siapa Zahra?" tanya Lisa bingung.
Seketika hatiku berdebar aku ingat dia lelaki yang selama ini aku kenal melalui jejaring sosil facebook.
"Mas Dwi ya?" tebakku dengan lantang.
Dia mengangguk pelan sambil merentangkan kedua tangannya, aku berlari mendekapnya. Dan lima menit kemudian terdengar suara petasan, terompet dan kembang api yang mewarnai langit.
"Maukah kau jadi istriku?" bisiknya di telingaku, aku mengangguk pelan.
"Katanya ga bisa cuti?" tanyaku kesal.
"Kan kejutan."
Aku mendekapnya lebih mesra, kekasih mayaku datang mengajakku untuk menikah, dunia maya tidak juga identik dengan kepalsuan, aku mengenal mas Dwi dari dunia maya, akhirnya di bulan Januari kami menikah.
Berseminya cinta saat saling memberi perhatian, memberi dukungan, memberi dorongan semangat dan akhirnya saling berbagi hal apapun, lalu pertemuan dan tumbuhlah cinta, cinta dipenghujung tahun, dan mengikat janji sehidup semati.
End...
Selamat Tahun Baru 2012...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H