"Selamat ya sayang ya, semoga kalian dipersatukan dalam kebaikan, dalam keberkahan, dan dalam sakinah, mawadah, warahmah..." ucap ibuku.
"Aamiin...insyaAllah bu, semoga ini pernikahan terakhir Anggun ya bu..."
"Iya anakku..."
Ihsan mengucap ijab qabul dengan lancar, bapakku sendiri yang menikahkan kami, air mataku menetes saat petugas dari KUA mengucapkan kata "Sah".
Aku bahagia sekali akhirnya aku menikah lagi dengan seorang imam yang selalu membuat hatiku bergetar, entahlah apakah karena cinta sehingga tiap aku bertemu dan bertatapan dengannya selalu membuat hatiku bergetar.
**********
Sekarang aku dan Ihsan membuka toko yang menjual sembako dan kebutuhan sehari-hari, Ihsan yang melayani pembeli sedangkan aku menerima jahitan. Kemarin saat di Hongkong aku kursus menjahit, dan dengan tabungan suamiku aku dibelikannya mesin jahit lengkap dengan mesin obrasnya.
Memang banyak orang yang lebih memilih membeli baju di pasar atau toko baju, akan tetapi masih ada juga yang menjahitkan untuk model baju muslim, baju kebaya, yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Hampir tidak ada waktu kami terpisah, karena bahan makanan atau sembako sudah ada yang menyetornya, suamiku tidak perlu repot-repot ke pasar induk untuk membeli bahan-bahan tersebut.
Sedangkan ibu mas Darma aku menyuruhnya untuk tinggal bersama kami, agar kami lebih mudah menjaganya. Dia sudah menerima suamiku sebagai anaknya sendiri, begitupun dengan diriku.
Aku sering memasak berdua dengannya, kami saling membantu aku memanggilnya Bunda Ami, karena namanya Aminah. Aku memanggilnya bunda karena aku sendiri memanggil ibu kandungku dengan sebutan ibu.