Sebagian siswa menganggap PR (Pekerjaan Rumah) adalah beban bagi mereka. Bagaimana tidak, siswa telah menghabiskan banyak waktunya di sekolah untuk mendalami banyak materi dan perhitungan.Â
Harapannya, ia memiliki waktu juga untuk bermain dan istirahat. Pun begitu yang orang tua rasakan. Ia menginginkan anaknya agar memiliki waktu untuk bermain, bercengkrama dengan keluarga, atau sekedar untuk bersantai-santai ketika di rumah.
Baca juga : Libur Sekolah Tiba, Saatnya Anak Belajar Pekerjaan Rumah
"Aduh, PR matematika banyak banget, sih"
"Belum lagi, IPA"
"Sebel, ah"
Siswa merasa menanggung banyak beban dan tidak menikmati dalam pengerjaan PR. Sehingga, tak sedikit yang memilih jalan akhir melalui menyontek.
Padahal, maksud dan tujuan guru memberikan PR kepada siswa adalah untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah di ajarkan selama di kelas.Â
Baca juga : Orangtua Mengerjakan PR Anak, Salahkah?
Tentu salah satunya mengukur tingkat kefokusan sang anak. Karena PR yang diberikan tidak lepas dan tidak jauh-jauh dari materi yang sudah di ajarkan, guna agar siswa merasa seperti mengulang pelajaran yang sudah di sampaikan, hanya menganalisa dan mengingat kembali untuk dapat mengerjakan PR tersebut.Â
Selain itu, pemberian PR dilatarbelakangi oleh adanya maraknya siswa yang mulai kecanduan dengan tekhnologi. Salah satunya media komunikasi, handphone. Siswa meraa lebih menikmati untuk memainkan handphone tersebut dari pada untuk membaca buku-buku pelajaran. Siswa lebih asyik untuk bermain game, sosial media, dan lain sebagainya.Â
Baca juga : Membuat PR Anak Sekolahan Jadi Lebih Berfaedah
Hal ini berdampak siswa menjadi malas untuk melakukan aktivitas lainnya. Lebih dari itu, siswa menganggap belajar adalah sesuatu yang tidak penting lagi, dikarenakan siswa mulai merasa sangan senang dengan handphone yang sering dimaiinnya.Â
Untuk mengatasi hal tersebut, guru berinisiatif untuk memberikan PR kepada siswa, agar siswa selain memiliki tanggung jawab adalah untuk mengurangi rasa candu terhadap tekhnologi tersebut. Dengan adanya PR, siswa akan merasa belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Jadi, anak akan mampu mengimbangi kapan waktu untuk bermain dan kapan waktu untuk belajar.
Oleh karena itu, dampak adanya PR memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan intelektualitas dan kreatifitas siswa. Meski, orang tua merasa anaknya kurang memiliki waktu yang cukup banyak untuk di habisikan bersantai selama di rumah.Â
PR adalah untuk menguji dan mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan, selain adalah untuk menepis kecanduan tekhnologi yang dirasakan dan di alami oleh kebanayakn siswa pada saat ini. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H