Mohon tunggu...
Reni Dwi Lestari
Reni Dwi Lestari Mohon Tunggu... -

MULIALAH BERSAMA TULISANMU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pro Kontra: Pentingkah Pendidikan Anak Usia Dini?

7 April 2019   17:14 Diperbarui: 7 April 2019   17:20 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mediaxplore.com/apa-yang-sangat-penting-tentang-pendidikan-anak-usia-dini/

Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan yang diberikan kepada anak sampai usia 6 tahun sebelum  memasuki pendidikan dasar. Pendidikan ini untuk memberikan pembinaan kepada anak dalam menyusun kesiapan anak sampai ia memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan PAUD memiliki bentuk pembelajaran formal, maupun informal. Semuanya bertujuan untuk merangsang atau memberikan stimulus pada  jasmanai dan rohani anak, dalam mengenali lingkungan, bermain, memiliki banyak teman, atau agar anak tumbuh dengan pembekalan ilmu yang banyak.

Terdapat kontroversial mengenai pentingnya pendidikan PAUD bagi anak. Salah satu bentuk kontra tersampaikan oleh dokter bernama Jiemi Ardian, yang akrab disapa dr. Jiemi. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan yang terjadi pada anak pada usia 4-6 tahun atau dalam istilah pendidikan anak usia dini bukanlah termasuk pendidikan, melainkan hanyalah sumber yang dijadikan bisnis dengan mengatasnamakan sebuah pendidikan anak usia dini.

Menurut beliau, anak mendapatkan pendidikan harusnya di usia yang tepat. PAUD atau lembaga yang serupa hanyalah bisnis untuk mewujudkan keinginan orang tua yang lebih mengharapkan anaknya siap dalam menghadapi pendidikan berikutnya. Artinya, melalui PAUD, orang tua berharap anak memiliki mental dan jiwa yang siap sebelum ia memasuki pendidikan dasar atau pendidikan selanjutnya. Benarkah demikian?

USIA BERMAIN

Dalam sosial media, twitter salah satunya, dr. Jiemi menjelaskan alasan mengapa pada usia dini, anak tidak seharusnya mengenal sekolah. Pada teori perkembangan kognitif piaget, anak dapat berfikir konkrit yaitu pada usia 7 tahun. Pada usia tersebut, anak mampu memahami sebuah konsep, belajar bagaimana bersikap tanggung jawab, disiplin, dan mengerti sebuah kondisi. Sedangkan pada usia yang masih dini, anak seharusnya menikmati masa-masa bermainnya, bukan mulai untuk mengenal tentang sekolah. Menurut dr. Jiemi pula, taman atau tempat bermain yang terbaik bagi anak adalah keluarga.

Lingkungan keluarga adalah pendidikan pertama bagi anak. Oleh karena itu, lingkungan yang sangat dekat dan anak kenali, adalah lingkungan keluarga. Disana, keluarga harusnya memberikan banyak waktu untuk sang anak. Keluarga atau orang tua tidak seharunya memberikan pendidikan luar untuk anak usia dini, dan orang tua harusnya mampu menahan ego pada dirinya untuk menyekolahkan anaknya dengan tujuan agar sang anak menjadi anak yang cerdas, dikarenakan telah mampu menjawab perhitungan, menguasai baca dan tulis, dan lain sebagainya.

Akan tetapi pemaparan tersebut juga memberikan unsur penolakan, salah satunya Prof. Lydia Freyani Hawadi. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional RI periode 2012-2014. Menurut beliau, anak pada usia 2-6 tahun seharusnya mulai diikutkan pada pendidikan anak usia dini (PAUD), dengan alasan bahwa PAUD memberikan banyak sekali pembinaan dalam hal bermain, belajar, serta mengenal lingkungannya yang sesuai dengan perkembangan si anak. Hal tersebut sesuai dengan esensi dari PAUD sendiri dalam memberikan rangsangan atau stimulus yang terbaik bagi pendidikan yang sesuai dengan usia anak melalui belajar sambil bermain.

Dengan adanya PAUD, anak akan memiliki pengalaman sebelum ia memasuki pendidikan selanjutnya. Anak akan mulai terbiasa berfikir, bahkan anak akan merasa tertantang untuk menumbuhkan ide dalam pikirannya sekalipun melalui permainanan. Hal tersebut akan menghasilkan dampak positif sekaligus memberikan kesiapan pada anak apada pendidikan berikutnya.

BIAYA PENDIDIKAN

Pada penjelasan sebelumnya, dr. Jiemi menyebutkan bahwa PAUD merupakan bisnis yang mengatasnamakan pendidikan untuk anak, hal tersebut di latar belakangi oleh adanya keharusan bagi orang tua dalam mengeluarkan biaya untuk pendidikan anaknya di PAUD, sebelumnya pendidikan dasar.

Prof. Lydia pun sepakat akan hal tersebut, beliau memaparkan bahwa dengan adanya biaya pendidikan pada PAUD, akan memberikan keraguan bagi para orang tua untuk memasukkan anaknya ke lembaga tersebut. Padahal PAUD sendiri dapat dilaksanakan secara informal, semisal di masjid, taman bermain, atau posyandu.

SYARAT MEMILIH PAUD

Berdasarkan penjelasan di atas, terjadi pro kontra tentang pentingnya PAUD bagi anak, tentu dengan persepsi masing-masing dan alasan yang jelas. Namun, apabila orang tua ingin memasukkan anak pada PAUD, setidaknya mempertimbangkan hal-hal yang akan mempengaruhi pada anak, yaitu:

1.Lokasi PAUD
PAUD yang hendak diikuti oleh anak, harusnya tidak jauh dari rumah. Dengan tujuan agar orang tua mampu memberikan pengawasan kepada anak.

2.Guru
Orang tua harus mengetahui siapa guru bagi anak. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan usia anak.

3.Kurikulum
Kurikulum dalam PAUD, harus diketahui juga oleh orang tua, agar orang tua mampu mengetahui tahapan-tahapan yang akan dilalui anak dalam pendidikan tersebut.

Berdasarkan hal-hal diatas, diharapkan orang tua mampu memikirkan dampak baik buruknya ketika memutuskan untuk memasukkan anaknya dalam PAUD, pun begitu yang memilih untuk tidak memasukkannnya. Dengan brgitu, anak dalam menghadapin masa pertumbuhan dan perkembangannya dapat dilaluinya dengan baik. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun