Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ulos dan Mangulosi pada Masyarakat Batak Toba (Sebuah telaah Filosofis Kekayaan Kebudayaan Masyarakat)

18 Oktober 2021   09:41 Diperbarui: 18 Oktober 2021   09:47 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi Makan (Dok.Pri)

         Penulis menilai nilai-nilai luhur masyarakat Batak yang diekspresikan lewat ulos itu sendiri kini perlahan luntur dalam praktek kehidupan harian. Nilai luhur berupa kasih sayang dan perhatian kepada sesama dalam kenyataanya juga memang telah mengendur. Perlahan tuntutan pemenuhan kebutuhan sendiri, dan kemandirian yang dihayati dengan kurang tepat menggantikan nilai sosial. Bahkan hubungan keharmonisan dengan para kerabat sebagai salah satu faktor yang menentukan kebahagiaan dan kepenuhan seorang manusia Batak sudah tidak lagi kentara. Seorang manusia Batak tidak lagi dapat berharap banyak pada relasi dengan kerabat. Nilai keharmonisan itu terganjal individualime dan egoisme yang merambat setiap manusia.

         Seperti telah diuraikan sebelumnya, sesungguhnya ulos sebagai salah satu ekspresi kepribadian Batak memiliki nilai-nilai luhur yang sangat baik. Sebagai manusia sosial, keharmoniasan relasi dengan sesama memang layak untuk diperhatikan. Curahan kasih sayang dan perhatian pada sesama yang juga diwakilkan lewat ulos tentulah sangat baik.

        Ulos yang kini dikembangkan menjadi berbagai karya tekstil yang unik dan memiliki nilai seni dan ekonomi yang tinggi seharusnya mampu menjadi benteng agar nilai-nilai luhur tadi dapat dipertahankan dari gerusan jaman, bukan malah menghilangkannya.  Karena itu usaha untuk mempertahankan serta  memperkenalkan ulos kepada dunia, adalah usaha yang sangat baik dan positif. 

Namun penulis berpendapat bahwa hendaknya pengenalan akan ulos tidak hanya menyangkut ulos secara fisik. Pengenalan akan ulos hendaklah juga menyentuh nilai-nilai filosofis yang luhur yang ada pada ulos. Sebab ulos pada hakekatnya bukanlah hanya sebuah kain penghangat tubuh namun juga penghangat jiwa. Ulos bukanlah terutama kain yang memiliki nilai estetika dan ekonomi ataupun suatu instrumen yang wajib ada dalam acara adat, namun lebih merupakan curahan kepribadian dari kebudayaan masyarakat Batak.

7. Kepustakaan/Catatan Kaki

[1] TM. Sihombing, Filsafat Batak: tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 42.

[2] Humalak Simanjuntak SH, Kekristenan dan Adat Budaya Batak dalam Perbincangan, (Jakarta: Kerukunan Masyarakat Batak, 2001) hlm. 37.

[3]TM. Sihombing, Filsafat Batak..., hlm. 44.

[4] Jaulahan Situmorang, Penuntun Adat Praktis. (Pemantangsiantar: (tanpa penerbit), 1965.) hlm. 56.

[5]TM. Sihombing, Filsafat Batak..., hlm. 47.

[6] Jaulahan Situmorang, Penuntun Adat..., hlm. 56.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun