Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berani Memberi Diri demi Sesama

19 Januari 2021   20:17 Diperbarui: 17 September 2021   16:17 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Pada hari Minggu ke empat saya pergi ambulation ke Pajak Parluasan sekedar untuk refresing dan sekaligus membeli perlengkapan pribadi seperti: pakaian, sandal dan peralatan mandi. Dipajak Parluasan, saya mengelilingi berbagai lorong sambil membeli apa yang menjadi perlengkapan pribadi saya. 

Sesudah saya selesai belanja, saya melihat kondisi uang saya ternyata tinggal Rp. 4000, lagi. Segera saya kembali ke Seminari. Ditengah perjalanan tepat pada pukul 16:00 WIB Sore, hujan turun lebat dan dihiasi dengan petir yang saling sambar-menyambar di atas kepala saya. 

Didalam angkot saya melihat seorang gadis tengah duduk didekat pintu sambil mencari perlindungan dari serangan hujan yang ingin membasahi seluruh tubuhnya. 

Tanpa banyak pikiran, saya mencoba meminta untuk berganti tempat duduk dengannya. Melihat reaksinya, dia merasa malu dan enggan melihat saya, mungkin karena saya memperhatikannya sejak naik.

Di dekat SMA N 5, angkot yang saya naiki mogok tepat di air yang meluap. Sekejab mata saya melirik kebelakang. Waow,,, begitu banyak kendaraan yang mogok!. Semua orang yang ada disitu sibuk mendorong kendaraannya masing-masing. Sementara supir angkot yang saya naiki itu sibuk memperbaiki kemogokannya. 

Pak supir bingung mau berbuat apa sementara mesin angkot tidak bisa menyala karena kabulatornya sudah basah dan angkot itupun harus didorong ke tempat yang tidak digenang air. Pak Supir mencoba mencari bantuan kepada orang-orang yang ada di sekitar situ, namun ia tidak mendapat satu orang pun. Ia mencoba mendorongnya sendiri, akan tetapi ia tidak mampu. 

Melihat kondisi Pak Supir dan para penumpang yang sedang cemas dan gelisah, saya tergerak untuk membantu mereka dan menjauhkan perasaan cemas mereka itu. Saya menyuruh Pak Supir agar tetap saja menyetir sementara saya akan mendorong angkot. Pak Supir sangat senang dan bangga atas tindakan saya.

Ketika mau turun, saya kaget melihat air yang semakin meluap dan air itu setinggi lutut saya. Dengan perasaan bimbang saya takut tambah kedinginan dan juga takut pada petir yang selalu tak henti-hentinya berkilat diatas kepala saya dan sambil mengeluarkan suara yang keras seperti baru terjadi peperangan. 'Huuh... sungguh suara yang sangat menakutkan'. 

Rasa inisiatif muncul kembali untuk membantu Pak Supir. Saya mendorong angkot ketempat yang tidak digenang air. Dengan kekuatan yang saya miliki ketika mendorong angkot itu, banyak orang yang memperhatikan saya sehingga seorang Bapak datang menghampiri saya meminta bangtuan untuk mendorong mobilnya. Sikap rendah hati muncul kembali dari hati saya untuk membantu Bapak itu. 

Mobilnya adalah Mobil Pick Up L300, yang bermuatan barang-barang perlengkapan dapur. Ketika mendorong mobil itu, tenaga saya terkuras habis dibandingkan mendorong angkot yang tadi. Sesudah itu, Bapak itu memberi saya uang sebesar Rp. 5000 sebagai ucapan terimakasih. 

Memang nilai uang ini pada zaman sekarang cukup kecil namun bagi saya nilainya sangat tinggi. 'Karena saya tidak punya uang lagi,,, hehehhe'. Memang saya sama sekali tidak mengharapkan uang itu namun bagaimana saya untuk menanggapi ucapan terimakasihnya. 

Selama ditempat kejadian, saya menghabiskan waktu cukup lama untuk mendorong mobil ataupun angkot lain demi membantu orang lain disaat mengalami kesulitan.

Arloji saya sudah menunjukkan pukul 17:30 WIB. Saya harus mencari angkot secepatnya untuk kembali ke Seminari sebab pukul 18:00 WIB saya harus tiba. Maka saya harus berganti angkot bukan naik CRJ itu lagi namun Sepakat karena mesin angkot CRJ itu masih belum bisa menyala. 

Sebelum saya naik angkot Sepakat terlebih dahulu saya membayar ongkos ke Pak Supir CRJ tadi, walaupun masih belum sampai ke tempat tujuan. Namun Pak Supir menolak ongkos saya, katanya, 'tidak usah nak, saya sangat berterimakasih kepadamu yang telah membantu saya untuk mendorong angkot ini'. Terimakasih banyak, Pak, jawabku dengan gugup. Begitu juga terhadap para penumpang yang lainnya bahwa Pak Supir tidak menerima ongkos dari mereka. 

Pak Supir hanya berkata, 'kalau mau membayar ongkos berikanlah kepada anak itu, sebab dia telah membantu saya dari kesulitan ini', sambil mengarahkan matanya kepada saya. 

Para penumpang pun segera memberikan uang ongkosnya kepada saya dengan mengucapkan 'terimakasih, nak, kamu pasti sudah capek, ini untuk membeli air minummu'. Saya sangat berterimakasih juga kepada Pak Supir dan para penumpang atas uang yang telah diberikan kepada saya tanpa saya sadari dan harapkan.

Kemudian saya naik angkot Sepakat kembali ke Asrama. Sampai di simpang Jl. Gotong Royong, Pasar Baru, saya turun dan membayar ongkos dengan tarif yang biasa. Tadi uang saya tinggal Rp. 4000 lagi. Namun sekarang saya mempunyai uang diatas Rp. 4000. Emmm......Memang hari ini sungguh membahagiakan hidup saya.

Ketika saya sampai di gerbang Seminari St. Petrus, terdengar bunyi Lonceng Angelus, pertanda sudah Pukul 18:00 WIB. Segera saya membuat Tanda Salib dan bersyukur kepada Tuhan, atas rahmat dan kekuatan yang diberikan kepada saya. Sehingga saya bisa memberikan diri demi membantu orang lain dalam kesulitan.

#Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara

#Angkot CRJ (Citra Ria Jaya)

#Angkot Sepakat

#Asrama Seminari Tinggi St. Petrus (Tempat calon-calon Pastor - Frater)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun