Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pewahyuan Diri Debata Mulajadi Nabolon Dalam Budaya Batak Toba

18 November 2020   11:39 Diperbarui: 29 April 2021   15:33 4008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pewahyuan Diri Debata Mulajadi Nabolon Dalam Budaya Batak Toba (legendaris indonesia)

Orang menjadi kaya, sangat terhormat dan berkenan kepada Allah. Pada pihak lain, terkait pemerintahan ciptaan, Mulajadi Nabolon berkata: “Kayangan tingkat ketujuh adalah tempat mukimku, yang mengatasi segala sesuatu. Dari sana aku mengendalikan segala sesuatu”. Oleh karena itu, Soripada adalah cerminan dan personifikasi tindak pemerintahan Mulajadi Nabolon. Inti dari doa-doa Dewata Soripada adalah bertanggungjawab atas hidup manusia yang tercipta di Benua Tengah. Memberi kemakmuran dan keselamatan, agar berbahagia dan sehat-sehat, tercapai cita-cita dan usaha berkesampaian.

3.3  Mangala Bulan dan Kuasa Menetapkan

Mangala Bulan adalah pribadi ketiga dari Dewata Trimurti, menyandang ciri yang sangat khas. Di satu pihak, orang berdoa kepadanya memohon berkat, kekayaan, kesejahteraan dan usia lanjut. Pada pihal lain, ia sungguh adalah ‘pemantik pertengkaran’ dan ditakuti karena kepahlawanan yang tak beradab dan ia melalap buku-buku kayu serta meminum darah mentah sembari ia bersifat kebal. Kalau manusia memohon berkat dan perlindungan kepada Batara Guru dan Soripada, Mangala Bulan dipuja untuk hal-hal baik dan buruk. Orang-orang bersalah dan pelanggar hukum dihukumnya dengan kehancuran yang tak terampuni dan kematian.

Ide menghakimi dan menghukum para pelanggar hukum Tuhan pastilah disandang oleh Mulajadi Nabolon. Namun orang-orang yang menaati hukumnya dan menyesal atas pelanggaran akan mendapat belaskasihan. Hanya orang-orang yang keras kepala dan angkuh saja akan dihukum tanpa ampun. Allah bukan saja Tuhan yang berbelaskasih, tetapi juga hakim yang tegas. Tuhan dialami bukan hanya sebagai sumber penyelamatan dan penghiburan, tetapi juga pengadilan dan penghukuman. 

Pengadilan dari Mulajadi Nabolon yang mencakup berkat, ganjaran, belaskasih dan juga penghukuman, dihadirkan dan dicerminkan oleh Mangala Bulan. Mangala Bulan adalah personifikasi dari tindak pengadilan dari Mulajadi Nabolon. Inti doa-doa kepada Dewata Mangala Bulan adalah tanggungjawab atas segala hukuman terhadap semua orang tercipta di Benua Tengah. Menghukum semua penjahat dan penipu, penyebab penyakit dan bala, kesusahan dan marabahaya di atas bumi.

4.  Transendensi dan Imanensi Debata Mulajadi Nabolon

4.1  Transendensi

Transendensi Allah Tinggi diindikasikan oleh keabadiannya, sebab ia menjadikan ciptaan dalam waktu. Alam ciptaan tergantung pada-Nya secara transendental, sebab Dia adalah Sang Pencipta yang mahakuasa. Juga istilah Ompung mengindikasikan transendensi Allah Tinggi, justru karena menunjukkan penundukan kepada kuasa dan kewibawaan Allah Tinggi. Selain kemenciptaan Allah Tinggi, paham mengenai Tuhan kayangan dan karakter pribadinya tergolong unsur-unsur tangguh transendensi. Gelar-gelar pribadi Allah Tinggi menunjukkan adanya pengada lain yang bukan termasuk pribadi itu, dan yang bergantung kepada pribadi Tuhan.

Hubungan transenden antara Allah Tinggi dengan Pohon Penciptaan ditunjukkan oleh teks yang mencatat bahwa Allah Tinggi menciptanya. Juga Dewata Trimurti dicipta oleh Allah Tinggi. Dewa-dewi lainnya juga, yang lebih rendah dari Dewata Trimurti, tentulah dicipta oleh Mulajadi Nabolon. Hubungan Tuhan dengan alam ciptaan dicirikan oleh ungkapan “Allah mencipta langit dan bumi dan segala isinya”. 

Penegasan ini tidak sangsi dikenakan kepada Benua Atas dan Benua Tengah, kendati kepada Benua Bawah dapat diperdebatkan. Bagaimanapun, Allah Tinggi selalu mengungguli kekuatan Benua Bawah, sebagaimana ditunjukkan oleh kemenangan berulang pada setiap pertabrakan antara keduanya, Mulajadi Nabolon, seturut paham Vergote, terindikasikan sebagai Sang Transenden. Hambanya Si Boru Deang Parujar, para dayang, alam semesta, dan bahkan Naga Padoha sendiri harus tunduk kepada kewibawaan Allah Tinggi.

Juga manusia bergantung secara transenden pada Allah Tinggi, justru karena merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Kemahakuasaan Tuhan diindikasikan dalam mempersiapkan paradis bahari manusia perdana, dalam kejatuhannya dan keberdosaan serta derita hukumannya. Selain itu, penentuan nasibnya, ketundukannya kepada musibah, kemampuannya yang terbatas, dan kematiannya menunjuk kepada paham transendensi yang sama dari Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun