Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Status Hidup Selibat Para Imam

26 Januari 2022   18:24 Diperbarui: 26 Januari 2022   18:28 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum yang mengharuskan selibat para imam di Gereja Barat tidak didasarkan pada keperluan absolut. Konsili vatikan II mengingatkan tarak sempurna tidak diharuskan oleh kodrat imamat. 

Alasan yang sangat fundamental mengapa selibat bukan syarat mutlak adalah bahwa di dalam Kristus imamat tidak mewajibkan selibat sebagai prasyarat yang amat diperlukan. Akan tetapi, misi imamat Kristus selaras dengan prinsip penolakan berkeluarga.

Dalam keselarasan ini terdapat alasan mengapa selibat sesuai dengan imamat yang dilaksanakan atas nama Kristus. KV II menekankan keseluruhan ini dengan menyoroti berbagai aspek. 

Selibat memungkinkan imam mengaktualisasikan lebih baik konsentrasinya kepada Kristus dengan cinta yang tak terbagi. Itu memberikan kebebasan yang lebih besar dan kesiapsediaan untuk melayani kerajaan-Nya dan mempraktekkan cinta yang sempurna kepada semua yang ada.

 Itu memberi kesaksian perkawinan misterius antara Kristus dan Gereja, dan dedikasi yang memberi semangat orang-orang Kristen mempertunangkan diri dengan satu pria (bdk. 2Kor 11:2). 

Selibat memungkinkan imam memberikan sumbangan efektif kepada karya kelahiran kembali yang berasal dari atas. Mereka menjadi lambang hidup di dunia yang akan datang, tetapi sekarang sudah hadir melalui imam dan cinta kasih: di situ putra-putri kebangkitan tidak menikah dan dinikahkan (PO 16; OT 10).

Keserasian selibat sebaiknya dipahami dengan mendasarkannya pada karakter imamat. Karakter itu adalah konsekrasi dan komformitas dengan Kristus. Konsekrasi memperkaya kedalaman kodrat personal, itu menghendaki suatu ungkapan diri dalam cara hidup pribadi. Konsekrasi mengkonkretkan cara hidup ini dengan membiarkan Allah menguasai hidup seorang imam. 

Dengan mewajibkan hidup selibat konsekrasi mengontrol hati dan aktivitas imam. Konformitas menjadikan imam lebih sempurna, karena dengan itu ia mensharingkan misi Kristus sebagai gembala dengan cinta universal. Normalnya, selibat memungkinkan imam menghadirkan gambaran Kristus dan pertarakan-Nya.

Tentu saja masih benar bahwa fungsi imamat dalam dirinya dilihat tidak menuntut selibat sebagai suatu kondisi yang diwajibkan. Isu selibat sering ditekankan dari perspektif ini. Misalnya, dikatakan bahwa seorang laki-laki yang kawin dapat memimpin Ekaristi sebaik seorang imam selibat. 

Tetapi cara pandang ini terlalu sempit, karena melihat imamat hanya sebagai fungsi. Imamat adalah suatu misi. Ini memerlukan keterlibatan seluruh eksistensi. Jikalau demikian, kita merasa bahwa selibat sungguh serasi dengan imamat.

Dewasa ini terjadi krisis, yakni fakta bahawa imamat telah bergeser kembali ke pusat perdebatan mendorong kita untuk menyelidiki alasan-alasan yang mendalam yang mendasari kebenaran selibat imamat. 

Terlalu banyak imam menghidupi selibat mereka secara instingtif. Atau selibat telah dijaga seolah-olah itu hanya suatu hukum yang mengharuskan hidup murni, sementara selibat semestinya merupakan suatu pilihan yang dengannya seorang komit dengan pribadinya sambil berusaha memahami lebih baik apa artinya dipanggil dan menjawab "ya".

Sinode para uskup 1971 menetapkan agar para calon imam harus dari awal pendidikan memperhatikan alasan-alasan positif untuk memilih selibat, tanpa terganggu oleh keberatan-keberatan, tekanan yang menumpuk dan terus menerus, yang hanya merupakan pertanda bahwa nilai asli selibat itu sendirilah yang dipersoalkan. 

Di antara alasan-alasan positif ini, sinode mencatat wahyu kehadiran Allah, tanda eskatologis kesetiaan manusia kepada yang absolut dan tanda kelahiran spiritual, serta komitmen untuk membangun Gereja.

Kendatipun keuntungan-keuntungan bagi pelayanan Gereja diharapkan berasal dari klerikus yang menikah, kita harus mempertahankan bahwa selibat memungkinkan imam lebih siap sedia demi Kerajaan. 

Ini memberikan kemungkinan untuk mengabdikan seluruh waktu dan energi untuk pelayanan. Itu memberikan kebebasan hati yang lebih besar dan keterbukaan yang lebih universal. Perkawinan tidak dapat menjadi suatu komitmen lebih kecil dalam kehidupan seseorang. 

Oleh kodratnya, imam didorong untuk memilih: memelihara keluarganya atau melayani komunitas. Bukan tanpa alasan bahwa Yesus memilih selibat dan memanggil para Rasul-Nya untuk meninggalkan perkawinan karena Kerajaan Allah. Sehubungan dengan selibat ini juga, pantaslah diingat penetapan Konsili Trente bahwa status keperawanan atau selibat adalah "lebih baik dan lebih terberkati".

Dalam hubungan dengan keluarga-keluarga Kristen, selibat cenderung memberikan kepada imam suatu kapasitas yang lebih besar untuk memahami dan menolong secara efektif. Kebebasan efektif dan mental yang lahir dari selibat memungkinkan imam untuk bersimpati lebih besar dengan semua situasi manusiawi dan membawa bantuan yang diberikan oleh Allah kepada umat.

Semua pengandaian ini diorientasikan pada praktek cinta kasih yang lebih luas. Inilah maksud selibat, sebagaimana Kristus menginginkan bagi para murid-Nya. Pada abad-abad yang lalu imamat tidak ditunjukkan secara memadai mengenai aspek cinta kasih ini. Dewasa ini kita menekankan poin ini.

Perluasan kasih ini secara selaras menjawab keberatan yang menggagalkan selibat imamat karena merintangi perkembangan personal. Benar, selibat meminta pencabutan hak personal, menciptakan masalah keseimbangan kepribadian. Tetapi masalah ini dipecahkan dengan membangun kasih yang lebih kuat yang membuat seseorang membuka diri lebih besar. Dengan selibat seseorang komit dengan dirinya pada cinta yang lebih dalam dan lebih universal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun