Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Kehidupan Yesus di Usia Muda-Nya? [Part 1]

24 November 2021   08:48 Diperbarui: 24 November 2021   08:54 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan memperlihatkan kewibawaan dan kekuatan karya Allah dalam diri Yesus putera-Nya. Pada saat itu juga, Dia dipenuhi oleh Roh Kudus dan Roh Kudus inilah yang menuntun-Nya ke padang gurununtuk mempersiapkan diri sebelum memulai karya pewartaan-Nya di hadapan umum.

Di padang gurun, Yesus merenungkan misi Bapa yang harus diwujudkan-Nya di masa muda-Nya. Dia pun menegaskan keputusan-Nya untuk setia dan taat kepada kehendak Bapa-Nya. Dia akan memenuhi dan menyempurkan misi Bapa-Nya untuk mewartakan, membebaskan, menyembuhkan dan menyelamatkan. Puncak misi-Nya adalah penyerahan diri-Nya di salib yang hina ketika Dia masih berusia tiga puluh tiga tahun.

Peristiwa pembaptisan Yesus dan ketaatan-Nya dalam melakukan pekerjaan Bapa-Nya di usia muda menyatakan kepada orang muda bahwa mereka adalah "Putra Allah Terkasih" serta mengajak mereka melaksanakan misi mereka di dunia yang sesuai dengan kehendak Allah Bapa seperti ditunjukkan Yesus sendiri. Orang muda harus menerima dan mengimani bahwa Yesus adalah seorang pemuda. 

Dia menyerahkan kemudaan-Nya demi cinta dan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya dan demi keselamatan manusia. Dalam menjalankan misi-Nya di dunia ini, Yesus setia membangun relasi dengan Bapa-Nya. Yesus selalu berkomunikasi dengan Bapa-Nya, setia mendengarkan kehendak Bapa serta taat melaksanakan kehendak Bapa-Nya dalam misi perutusan-Nya.

Sikap Yesus ini mengajarkan orang muda untuk mengenal diri mereka sebagai ciptaan Allah dan anak yang dicintai dan dikasihi oleh Allah, Sang Pencipta sendiri. Orang muda harus mengenal status dan martabat dirinya sebagai ciptaan yang harus menyambungkan diri dan kehidupannya dengan Allah. Hidup yang dianugerahkan Allah kepada orang muda merupakan sebuah rahmat yang berlimpah dan menuntut mereka untuk menemukan jati diri dalam terang kasih-Nya. Dalam kasih-Nya yang utuh, Dia hadir untuk memberikan harapan serta sukacita bagi mereka yang menyambungkan hidup dengan Allah.

Orang muda juga harus mengenal panggilan mereka untuk bersatu dengan Allah Pencipta serta perutusannya untuk membawa misi Allah di dunia. Jalan panggilan yang dipercayakan Allah kepada orang muda hanya bisa diwujudkan dalam kesetiaan dan ketaatan apabila orang muda membiarkan diri dituntun oleh Roh Allah sendiri. 

Teladan kesetiaan dan ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya mengajarkan orang muda untuk tidak pernah meragukan cinta Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Allah tidak pernah meninggalkan orang muda, kendati orang muda menjauhkan diri dari pelukan kasih-Nya. Allah selalu hadir dan mendukung mereka dengan cinta-Nya yang tulus dan sempurna.

Cinta Allah dialami nyata dalam cinta orang tua yang merawat, menjaga dan bermain dengan anak-anaknya: "Aku menerangi mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. 

Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka" (Hos 11:4). Kadang-kadang Dia dihadirkan sebagai seorang ibu yang mengasihi anak-anaknya dengan kasih yang tulus, cinta yang mendalam dan tidak menelantarkan atau melupakan mereka (bdk. Yes 49:15). Harus diakui bahwa kehadiran semua orang muda di dunia ini bukanlah sebuah kebetulan, karena sebelum orang muda ada mereka telah masuk dalam rencana kasih-Nya.

Paus Fransiskus menegaskan, bahwa orang muda adalah perpanjangan tangan Allah. Dia senantiasa mengingat orang muda dalam perjalanan hidup mereka. Ingatan-Nya kepada mereka bukanlah sebuah hard disk yang mengarsipkan kesalahan atau kekurangan mereka. Melainkan sebuah hati yang penuh belas kasih yang bersukacita. Kasih-Nya sungguh membebaskan mereka dari segala kelemahan dan kerapuhan. Dia adalah sumber kasih tanpa batas mengasihi orang muda dalam perjalan hidup mereka.

Atas dasar kasih Allah ini, Paus Fransiskus memberi pesan kepada seluruh orang muda bahwa: "Kasih Allah adalah sebuah kasih yang tidak membebani atau menindas, sebuah kasih yang tidak meminggirkan dan tidak membungkam dan tidak diam, sebuah kasih yang tidak merendahkan atau memperhamba. Itulah kasih dari Tuhan, cinta kasih sehari-hari, bijaksana, menghargai, kasih yang bebas dan membebaskan, kasih yang menyembuhkan dan memajukan. Inilah adalah kasih Tuhan, yang lebih banyak tahu membangkitkan daripada melarang, memberi kesempatan baru daripada menyalahkan, lebih tahu masa depan daripada masa lalu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun