Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selayang Pandang dan Isi Ringkas Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit

23 November 2021   18:15 Diperbarui: 23 November 2021   18:17 2726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Latar Belakang Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit

Christus Vivit adalah Seruan Apostolik Pascasinode yang dipromulgasikan oleh Paus Fransiskus pada tanggal 25 Maret 2019, bertepatan dengan Hari Raya Kabar Sukacita. Dokumen ini merupakan buah permenungan Paus Fransiskus atas Sinode Para Uskup tentang Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan, pada 27 Oktober 2018. 

Paus Fransiskus merasa prihatin terhadap orang muda di zaman modern ini yang gelisah karena tidak didengarkan akibat modernisasi lingkungan, keegoisan, budaya konsumerisme dan individualisme. Banyak dari mereka yang dipengaruhi oleh ideologi, diperalat dan digunakan sebagai sebuah kekuatan untuk mengejek, mengintimidasi, mencurigai bahkan memusuhi sesamanya. Akibatnya, banyak orang muda yang tergoda untuk membuat kekacauan dan beberapa hal negatif yang tidak diharapkan oleh pihak Gereja maupun masyarakat.

Paus Fransiskus bersama para Bapa Sinode mengakui bahwa, umat Allah bersama Gereja terkadang tidak mendengarkan orang muda. Seringkali mereka hanya menyediakan jawaban yang sudah siap saji (instan) demi memberi kepuasan terhadap orang muda. Hal seperti inilah yang mengakibatkan mereka kadang tidak diperhitungkan bahkan tidak diakui eksistensinya.

Melalui Seruan Apostolik Pascasinode ini, Paus mengundang semua kaum Kristiani untuk mengakui dan memberikan perhatian kepada orang muda. Perhatian itu tampak dalam pemberian diri untuk mendengarkan, mendampingi, mengakui eksistensi mereka sebagai bagian dari umat Allah.

Orang muda merupakan masa kini Gereja yang senantiasa hidup melalui kasih, tanggung jawab, keterlibatan mereka dalam karya pewartaan Injil bagi sesama. Kehadiran mereka ditengah-tengah Gereja dan masyarakat merupakan suatu harapan baru, karena di dalam diri mereka Allah turut bekerja dalam kasih-Nya demi menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia yang semakin maju.

2. Alamat dan Tujuan Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit

Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit dialamatkan kepada orang muda Kristiani, para pastor dan semua umat Allah. Seruan Apostolik Pascasinode ini sekaligus mengudang orang muda untuk kembali kepada keyakinan iman Kristiani dan mendorong mereka untuk menghidupi panggilan dasar mereka sebagai masa kini Allah di tengah dunia dewasa ini.

Berkenaan dengan Seruan Apostolik Pascasinode ini, Paus Fransiskus menyapa secara langsung orang muda dan menyampaikan tentang Kristus yang senantiasa muda. Paus menegaskan bahwa: "Kristus Hidup"."Dia adalah harapan kita dan kemudaan yang paling indah di dunia ini. Apapun yang disentuh oleh-Nya menjadi muda, menjadi baru, dipenuhi hidup. Maka kata-kata pertama yang ingin saya sampaikan kepada semua orang muda Kristiani adalah: Dia hidup dan ingin agar engkau hidup".

Seruan Apostolik ini mengajak orang muda dan semua kaum Kristiani untuk menyadari kebaruan dan kemudaan Kristus dan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari.

3. Isi Ringkasan Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit

Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit merupakan Seruan Apostolik ketiga yang ditulis dan dipromulgasikan oleh Paus Fransiskus. Seruan ini dirumuskan dalam 111 halaman, 299 nomor dan sembilan bab. Ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada tanggal 25 Maret 2019, bertepatan dengan Hari Raya Kabar Sukacita.

Pada bab pertama, Paus Fransiskus memberikan contoh-contoh kisah dalam Perjanjian Lama di mana kehadiran orang muda diperhitungkan Allah. Allah memandang orang muda dengan cara yang berbeda, seperti pada kisah Yusuf (Kej: 37-47), Gideon (Kej: 37-47), Samuel (1 Sam 9:2), Raja Daud (1 Sam 16:6-13), Salomo (Yer 1:8) dan Ruth (Rut 1:1-18). Selain itu, diceritakan pula kisah-kisah pada Perjanjian Baru, menekankan pesan Yesus yang senantiasa muda. Yesus muda ingin memberi orang muda hati yang selalu muda untuk memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kemudaan yang sejati ada pada hati yang mampu mengasihi.

Pada bab kedua, Paus menghadirkan sosok Yesus yang memulai misi publik dan misteri penyelamatan-Nya di masa muda. Yesus adalah contoh nyata dari kemudaan yang sejati dalam hidup ini. Gereja yang muda akan membiarkan dirinya diperbarui. Gereja menjadi dirinya sendiri dan memperoleh kekuatan untuk menjadi selalu baru dari Sabda Tuhan, Ekaristi, kehadiran Kristus dan kekuatan Roh Kudus. 

Paus Fransiskus juga memberikan Bunda Maria sebagai teladan Gereja, terutama kekuatan perkataan "ya" dari Maria yang mengungkapkan "Aku ini hamba Tuhan" (Luk 1:38). Maria adalah model teladan iman untuk mendekatkan diri pada Allah! Bab ini juga mencantumkan kisah-kisah orang muda yang menjadi orang kudus, seperti kisah Santo Sebastianus, Santo Fransiskus dari Asisi dan orang-orang kudus muda yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Pada bab tiga, Paus Fransiskus menegaskan bahwa orang muda adalah masa depan dunia. Mereka adalah masa kini yang turut berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam pengembangan Gereja dan dunia. Dalam Sinode, diakui bahwa Gereja tidak selalu mendengarkan orang muda dengan penuh perhatian. Gereja cenderung memberikan jawaban siap saji, bersikap kaku dan tidak membuka dirinya. Namun kenyataannya, orang muda memiliki peran dalam berbagai komunitas untuk memberi kepekaan baru lewat berbagai pertanyaan baru.

Di bab empat, Paus Fransiskus menyebutkan tiga kebenaran agung kepada orang muda. Pertama: "Allah mengasihi kamu" dengan kasih yang tanpa batas dan dipenuhi dengan sukacita sejati. Kedua; "Kristus menyelamatkanmu" Ia telah memberikan diri-Nya sampai akhir. Ia rela di salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya. 

Apapun yang dilakukan oleh manusia, Ia akan tetap mengasihi dan menyelamatkan mereka. Ketiga, kebenaran yang tidak dapat dipisahkan dari kedua kebenaran sebelumnya yakni "Kristus hidup", Ia benar-benar hadir dalam hidup diri orang muda di setiap waktu, seperti sabda-Nya: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20). Melalui kebenaran ini, Kristus ingin menyampaikan bahwa kebaikan dapat berhasil dalam hidup sehari-hari.

Pada bab lima, Paus Fransiskus menggambarkan masa muda sebagai karunia Allah. Menjadi muda adalah sebuah rahmat dan berkat. Masa muda adalah sebuah masa yang penuh dengan sukacita dan harapan. Kasih Allah tidak menghalangi orang untuk bermimpi, tetapi justru memacu mereka menuju hidup yang lebih baik dan indah. 

Namun, banyak orang muda merasa gelisah, terutama karena dalam masa muda mereka harus mengambil banyak keputusan mandiri dan melewati berbagai tantangan dan rintangan yang terkadang membuat adanya godaan untuk mengeluh dan menyerah. Maka, Paus Fransiskus kembali mengingatkan bahwa orang harus bertekun pada mimpi-mimpi mereka, karena mimpi akan tercapai apabila di dalamnya ada harapan, kesabaran, komitmen dan tanpa tergesa-gesa.

Pada bab enam, Paus Fransiskus mengundang orang muda untuk bersikap bijaksana di era globalisasi ini, yaitu dengan mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak lupa akan diri dari mana mereka berasal, terutama dalam menjaga hubungan dengan orang tua, keluarga dan orang yang sudah lanjut usia, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari pengalaman mereka. 

Orang muda akan memperoleh warisan yang tidak terbatas oleh waktu. Mereka dapat saling melengkapi dengan menjalin hubungan yang kuat, mereka dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dari cerita-cerita dari orang tua, keluarga, maupun yang sudah lanjut usia. Mereka juga dapat saling belajar, memberikan inspirasi dan kekuatan baru untuk berkarya.

Pada bab tujuh, Paus Fransiskus menegaskan bahwa orang-orang mudalah pelaku atau reksa pastoral dalam Gereja, yang perlu didampingi dan dibimbing namun memiliki kebebasan untuk menemukan jalan baru lewat kreativitas dan keberanian mereka. Paus Fransiskus menyebutkan dua garis besar tindakan reksa pastoral. Pertama penjangkauan, ajakan, panggilan yang menarik perhatian orang muda kepada pengalaman akan Tuhan (pendalaman kerygma). 

Kedua, pertumbuhan dalam kasih persaudaraan. Pendampingan orang muda memerlukan pendekatan baru yang dilakukan melalui acara di mana orang muda dapat saling berjumpa, berbagi musik, aktivitas rekreatif, olahraga, maupun refleksi dan doa. Lembaga pendidikan seperti sekolah, maupun lembaga di bidang pelayanan memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan keterbukaan kepada iman dan cinta kasih orang muda.

Pada bab delapan, Paus Fransiskus menyinggung mengenai panggilan. Panggilan dapat dipahami sebagai panggilan Allah. Panggilan ini mencakup panggilan kepada hidup, panggilan kepada persahabatan dengan Dia, maupun panggilan kepada kekudusan. Secara khusus, panggilan berarti pelayanan misioner untuk orang lain, dan perutusan ke tengah-tengah umat. Orang muda dapat dipanggil untuk membangun keluarga melalui perkawinan yang kudus. 

Ada juga yang terpanggil untuk bekerja di berbagai bidang kesehatan, sosial-masyarakat, maupun profesi lainnya. Orang-orang muda juga dapat memperoleh panggilan kepada pembaktian atau pengabdian khusus, yaitu panggilan kepada imamat dan hidup religius. Sering kali Paus Fransiskus menemukan banyak orang muda yang menolak kemungkinan untuk mengabdikan diri mereka kepada Tuhan namun beberapa tahun kemudian mereka masuk ke seminari.

Pada bab sembilan, Paus Fransiskus menyebutkan bahwa penegasan rohani adalah upaya untuk menemukan panggilan pribadi. Maka, diperlukan ruang kesendirian dan keheningan karena hal ini menyangkut keputusan yang sangat personal, yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Tuhan berbicara kepada orang muda dengan berbagai cara. Untuk berjumpa dengan Tuhan, orang muda memerlukan keheningan doa untuk menenangkan kegelisahan mereka dan menyatukan keberadaan mereka dalam terang Tuhan. Para imam, religius, umat awam, para ahli dan orang muda berkualitas dapat mendampingi orang muda dalam penegasan iman, yaitu dengan cara mendengarkan. 

Ada tiga langkah dalam mendengarkan. Kepekaan pertama diarahkan kepada pribadi, yaitu mendengarkan orang lain melalui kata-kata lewat waktu yang diberikan kepada orang lain (mendengarkan secara aktif). Kepekaan kedua adalah penegasan rohani (discernment), yaitu memahami acuan yang benar untuk memilah antara rahmat dan cobaan. Sementara kepekaan ketiga adalah mendengarkan secara mendalam terhadap arah atau tujuan dan keinginan dari orang lain tersebut.

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengajak orang muda untuk terus berlari meraih mimpi dan membawa perubahan di dunia karena Gereja sangat membutuhkan orang muda sebagai pemeran utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun