Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selayang Pandang dan Isi Ringkas Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit

23 November 2021   18:15 Diperbarui: 23 November 2021   18:17 2726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seruan Apostolik Pascasinode Christus Vivit merupakan Seruan Apostolik ketiga yang ditulis dan dipromulgasikan oleh Paus Fransiskus. Seruan ini dirumuskan dalam 111 halaman, 299 nomor dan sembilan bab. Ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada tanggal 25 Maret 2019, bertepatan dengan Hari Raya Kabar Sukacita.

Pada bab pertama, Paus Fransiskus memberikan contoh-contoh kisah dalam Perjanjian Lama di mana kehadiran orang muda diperhitungkan Allah. Allah memandang orang muda dengan cara yang berbeda, seperti pada kisah Yusuf (Kej: 37-47), Gideon (Kej: 37-47), Samuel (1 Sam 9:2), Raja Daud (1 Sam 16:6-13), Salomo (Yer 1:8) dan Ruth (Rut 1:1-18). Selain itu, diceritakan pula kisah-kisah pada Perjanjian Baru, menekankan pesan Yesus yang senantiasa muda. Yesus muda ingin memberi orang muda hati yang selalu muda untuk memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kemudaan yang sejati ada pada hati yang mampu mengasihi.

Pada bab kedua, Paus menghadirkan sosok Yesus yang memulai misi publik dan misteri penyelamatan-Nya di masa muda. Yesus adalah contoh nyata dari kemudaan yang sejati dalam hidup ini. Gereja yang muda akan membiarkan dirinya diperbarui. Gereja menjadi dirinya sendiri dan memperoleh kekuatan untuk menjadi selalu baru dari Sabda Tuhan, Ekaristi, kehadiran Kristus dan kekuatan Roh Kudus. 

Paus Fransiskus juga memberikan Bunda Maria sebagai teladan Gereja, terutama kekuatan perkataan "ya" dari Maria yang mengungkapkan "Aku ini hamba Tuhan" (Luk 1:38). Maria adalah model teladan iman untuk mendekatkan diri pada Allah! Bab ini juga mencantumkan kisah-kisah orang muda yang menjadi orang kudus, seperti kisah Santo Sebastianus, Santo Fransiskus dari Asisi dan orang-orang kudus muda yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Pada bab tiga, Paus Fransiskus menegaskan bahwa orang muda adalah masa depan dunia. Mereka adalah masa kini yang turut berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam pengembangan Gereja dan dunia. Dalam Sinode, diakui bahwa Gereja tidak selalu mendengarkan orang muda dengan penuh perhatian. Gereja cenderung memberikan jawaban siap saji, bersikap kaku dan tidak membuka dirinya. Namun kenyataannya, orang muda memiliki peran dalam berbagai komunitas untuk memberi kepekaan baru lewat berbagai pertanyaan baru.

Di bab empat, Paus Fransiskus menyebutkan tiga kebenaran agung kepada orang muda. Pertama: "Allah mengasihi kamu" dengan kasih yang tanpa batas dan dipenuhi dengan sukacita sejati. Kedua; "Kristus menyelamatkanmu" Ia telah memberikan diri-Nya sampai akhir. Ia rela di salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya. 

Apapun yang dilakukan oleh manusia, Ia akan tetap mengasihi dan menyelamatkan mereka. Ketiga, kebenaran yang tidak dapat dipisahkan dari kedua kebenaran sebelumnya yakni "Kristus hidup", Ia benar-benar hadir dalam hidup diri orang muda di setiap waktu, seperti sabda-Nya: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20). Melalui kebenaran ini, Kristus ingin menyampaikan bahwa kebaikan dapat berhasil dalam hidup sehari-hari.

Pada bab lima, Paus Fransiskus menggambarkan masa muda sebagai karunia Allah. Menjadi muda adalah sebuah rahmat dan berkat. Masa muda adalah sebuah masa yang penuh dengan sukacita dan harapan. Kasih Allah tidak menghalangi orang untuk bermimpi, tetapi justru memacu mereka menuju hidup yang lebih baik dan indah. 

Namun, banyak orang muda merasa gelisah, terutama karena dalam masa muda mereka harus mengambil banyak keputusan mandiri dan melewati berbagai tantangan dan rintangan yang terkadang membuat adanya godaan untuk mengeluh dan menyerah. Maka, Paus Fransiskus kembali mengingatkan bahwa orang harus bertekun pada mimpi-mimpi mereka, karena mimpi akan tercapai apabila di dalamnya ada harapan, kesabaran, komitmen dan tanpa tergesa-gesa.

Pada bab enam, Paus Fransiskus mengundang orang muda untuk bersikap bijaksana di era globalisasi ini, yaitu dengan mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak lupa akan diri dari mana mereka berasal, terutama dalam menjaga hubungan dengan orang tua, keluarga dan orang yang sudah lanjut usia, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari pengalaman mereka. 

Orang muda akan memperoleh warisan yang tidak terbatas oleh waktu. Mereka dapat saling melengkapi dengan menjalin hubungan yang kuat, mereka dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dari cerita-cerita dari orang tua, keluarga, maupun yang sudah lanjut usia. Mereka juga dapat saling belajar, memberikan inspirasi dan kekuatan baru untuk berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun