Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selayang Pandang dan Isi Ringkas Ensiklik Deus Caritas Est

15 November 2021   10:45 Diperbarui: 15 November 2021   10:58 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deus Caritas Est (slideplayer.it)

1. Latar Belakang Ensiklik Deus Caritas Est

Paus Benediktus XVI memandang bahwa dunia dewasa ini sedang dilanda krisis iman yang mendalam. Krisis ini berakar pada penyangkalan kebenaran akan Allah yang didasarkan pada krisis kristologis. Kristus tidak diimani secara benar dan dikenali secara salah.  Pribadi Yesus disamakan dengan tokoh-tokoh moral atau politik yang hanya memberikan pencerahan, bukan sebagai pusat dan dasar kehidupan umat kristiani. Ajaran Yesus hanya diterima sebagai gambaran ideal bagi upaya pembebasan, dibentuk demi kepentingan pribadi. Krisis iman yang demikian membuat manusia tidak mampu menemukan jati dirinya sebagai citra Allah di dunia. Akibatnya sesama dipandang sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Paus juga menyoroti perkembangan pemikiran relativisme, positivisme, fundamentalisme dan nihilisme. Pemikiran-pemikiran ini melahirkan religiositas yang tidak tepat, sikap menyalahkan Allah, budaya konsumtif, menutup mata pada ketidakadilan, penyangkalan akan realitas transendental dan gagasan metafisik, dan pemisahan antara yang jasmani dan rohani. 

Paus juga melihat bahwa kehidupan zaman ini diliputi oleh kesenjangan, ketidakadilan, konflik dan perang. Manusia lebih menekankan ego dan kepentingan pribadi. Hal ini menyebabkan manusia memalingkan diri dari sesama dan buta terhadap kehadiran Allah. Menurutnya akar dari semua permasalahan tersebut adalah pemahaman yang tidak tepat akan perintah kasih (Mrk 12:30-31). Pemahaman yang tidak tepat akan kasih mempengaruhi pemahaman dan pengenalan akan Allah.

Bertolak dari krisis yang ditemui dalam realitas kehidupan zaman ini, Paus menilai bahwa perintah kasih menjadi inti kehidupan orang beriman. Perintah kasih memampukan setiap umat beriman kristiani untuk menyatukan seluruh kehidupannya dengan Allah dan sesama. Paus mengungkapkan bahwa barangsiapa tidak mengasihi Allah dan menjauhkan diri dari Allah akan buta dan memalingkan diri dari sesama. Maka kasih Kristiani menjadi perintah yang pertama dan utama dalam kehidupan kristiani. Kasih Kristiani senantiasa hidup dalam setiap orang beriman kristiani. Dengan demikian, untuk mewujudkan itu semua Paus menerbitkan Ensiklik Deus Caritas Est.

2. Tujuan dan Alamat Ensiklik Deus Caritas Est

Paus Benediktus XVI dalam Deus Caritas Est menyampaikan ajaran yang berakar pada realitas sosial. Paus bermaksud menjernihkan beberapa pokok tentang misteri kasih dan menciptakan gambaran Allah yang benar, yakni Allah adalah kasih. Paus juga ingin menunjukkan intrinstik kasih Allah dengan realitas kasih kristiani dan mengajak umat beriman untuk kembali membangun keutuhan kehidupan di dunia. Sebab realitas kehidupan manusia di dunia saat ini seringkali menggambarkan Allah sebagai yang melakukan balas dendam, kebencian dan kekerasan.

Dokumen Deus Caritas Est dialamatkan kepada semua umat beriman, yaitu para uskup, para imam, para diakon, para pengemban hidup bakti yang mendasarkan hidupnya pada kasih Allah. Melalui ensiklik ini, Paus berbicara kepada semua anggota Gereja untuk menghidupi iman akan Yesus Kristus sebagai sumber kasih. Kasih itu mendorong Gereja untuk berbuat kasih kepada sesamanya terutama melalui karya-karya karitatif Gereja.

3. Isi Ringkas Ensiklik Deus Caritas Est

Paus Benediktus XVI menguraikan isi ensiklik Deus Caritas Est dalam empat bagian. Setiap bagiannya diberikan penegasan-penegasan tentang kasih. Kasih sebagai bagian dari diri manusia pertama-tama dipahami secara baru yang selanjutnya diaktualisasikan dalam hidup harian orang kristiani. Paus mengawali pengajarannya dengan sebuah pengantar yang melukiskan kepercayaan kepada Allah sebagai buah dari perjumpaan dengan Yesus Kristus. Pada bagian ini, Paus Benediktus XVI juga menyatakan maksud dikeluarkannya ensiklik tersebut.

Bagian pertama ensiklik Deus Caritas Est diberi judul, "Kesatuan Kasih dalam Tata Penciptaan dan Sejarah Keselamatan". Pada bagian ini dijelaskan mengenai cakupan semantik arti dari kata cinta. Menurutnya banyak pengertian tentang cinta berdasarkan berbagai pemahaman. Akan tetapi dari berbagai pemahaman akan cinta, banyak orang seringkali memberikan perhatian pada cinta pria dan wanita. 

Untuk itu, Paus menjelaskan mengenai pemahaman kasih yang sejati. Kasih sejati berakar dari dimensi eros dan agape yang tidak terpisahkan. Kesatuan kasih yang demikian secara utuh dinyatakan oleh Allah yang terungkap secara nyata melalui pribadi Yesus Kristus. Di sini juga Paus menyampaikan pengajaran tentang kasih secara teoritis.

Bagian kedua menguraikan pelayanan kasih Gereja sebagai suatu persekutuan kasih. Dalam hal ini Paus menandaskan kasih sebagai landasan dari pelayanan Gereja. Pelayanan adalah tugas yang tidak dapat terpisah dari jati diri Gereja. Paus mengingatkan kembali akan kewajiban utama Gereja sebagai pelayan kasih. Model utama pelayanan kasih Gereja yaitu Yesus Kristus sendiri. Bagian ini secara lebih konkrit memuat praksis gerejawi atas perintah kasih akan sesama. Pada bagian penutup, Paus menunjukkan bahwa Gereja tidak pernah kekurangan teladan kasih. 

Gereja memiliki banyak orang kudus yang hidupnya senantiasa memancarkan kasih. Paus memberi contoh beberapa orang kudus yang semasa hidupnya memberi kesaksian kasih bagi sesamanya seperti: Gregorius Agung, Diakon Laurentius, Ambrosius Agung, dan sebagainya serta Paus menyebut Bunda Maria sebagai teladan utama dari semua orang kudus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun