1. Arti itu Injil ?
Kata Injil berasal dari bahasa Arab = injilum yang diturunkan dari bahasa Yunani "euaggelion". Â Kata euaggelion merupakan kata majemuk dari eu yang berarti baik atau upah dan anggelion yang berarti kabar. Secara sederhana euaggelion berarti kabar baik yang dibawa oleh seorang utusan.Â
Kata injil (euaggelion) kemudian dipakai oleh jemaat Kristen yang berbahasa Yunani dalam Perjanjian Baru. Kata euaggelion diterjemahkan dalam bahasa Latin menjadi evangelium. Dalam bahasa Inggris, kata euaggelion tidak digunakan, tetapi menggunakan kata "gospel" (aslinya: godspell) yang berarti kisah mengenai atau dari seorang yang Ilahi. Sementara kata kerja meng-injil adalah euaggelesthai yang berarti mewartakan kabar baik atau hal-hal yang mengembirakan.
Kata injil (euaggelion) atau meng-injil (euaggelesthai) dipakai oleh jemaat Kristen yang berbahasa Yunani dalam Perjanjian Baru. Penggunaan kata inijl dalam Perjanjian Baru selalu bermakna kabar baik, namun melulu dalam khasanah religius, bebas dari nuansa perang atau lingkup militer.Â
Selanjutnya, iniil juga mengandung makna sebagai pewartaan para rasul tentang Yesus. Bagi para rasul, pewartaan Yesus sungguh merupakan berita Kerajaan Allah yang sudah mendekat dan menjadi kebahagiaan bagi umat manusia. Maka, Injil dapat dikatakan sebagai Injil Allah (1 Tes 2:2) maupun Injil Yesus Kristus (1 Kor 9:12). Injil Allah berarti kabar baik dari dan mengenai Allah sedangkan Injil Yesus Kristus berarti kabar baik dari dan mengenai Yesus Kristus. Pewartaan baik tersebut berpangkal pada Allah melalui Sang Utusan yakni Yesus Kristus.
Pada abad kedua kata injil mulai dipakai untuk menyebut tulisan yang berisi pewartaan kabar baik, yakni kabar baik mengenai  hidup dan karya Yesus.
2. Terbentuknya Injil
Pembentukan Injil mengalami proses yang panjang. Yesus, Sang Utusan Allah mewartakan kabar baik. Selama berkarya di depan publik, Dia berjuang untuk mewujudkan Kerajaan Allah yang sungguh menjadi berita gembira bagi banyak orang. Karya dan perjuangan hidup Yesus diteruskan oleh para murid dalam terang iman akan kebangkitan.Â
Semua kisah akan Yesus dan Karya-Nya, serta iman para murid terhadap Yesus secara perlahan terbentuk menjadi tradisi yang lebih baku, dan akhirnya ditulisakan oleh para penulis yang peduli dengan pewartaan dan perjuangan Yesus.
3. Disalurkan melaui Tradisi
Kabar baik, Injil, yang berpangkal pada dan berisikan Yesus Kristus pertama-tama diteruskan melalui tradisi lisan. Bekas pengikut-pengikut Yesus secara lisan menyampaikan kepada orang lain tentang apa yang mereka dengar dari Yesus dan apa yang mereka alami dengan Yesus. Dan mereka memberitakan semuanya itu sejauh mana mereka sendiri menangkapnya. Mereka yang menjadi percaya, meneruskan apa yang mereka dengar dan diterima.
Isi pewartaan itu tidak hanya ucapan dan ajaran Yesus, tetapi juga hal ihwal Yesus seperti yang dialami para pengikut-Nya. Karena itu sebagian besar pewartaan itu berupa "berita", cerita mengenai apa yang dialami, dibuat dan dikatakan Yesus dahulu.
Bahan yang membentuk "Kabar Baik" bukan bahan yang rapi tersusun dan bahan baku yang dihafalkan dan diulang saja. Tentu saja "hafalan" yang mempunyai peranannya, tetapi para pewarta Injil bukan mirip dengan piringan hitam atau "tape" yang diputar-putar saja. Khusunya ucapan-ucapan Yesus dihafalkan dan diulang-ulang sebaik-baiknya.Â
Apabila kita bandingkan dengan Mat 5:3-12 dengan Luk 6:20-26, atau Mrk 8:38 dengan Mat 10:33; Mat 5:13b dengan Luk 14:34-35. Dengan demikian terjadi bahwa ucapan-ucapan Yesus beredar pada jemaat Kristen dalam pelbagai bentuk. Oleh sementara orang percaya (nabi-nabi), yang merasa diri diinspirasikan oleh Tuhan dan Juru bicara-Nya, dibentuk dan dikarang ucapan dan wejangan baru, yang diedarkan seolah-olah ucapan dan wejangan Yesus sendiri. Sebab menurut mereka, ucapan dan wejangan itu berasal dari Tuhan yang sama dan berwibawa juga.
Bahan yang berupa ceritera tentang Yesus diolah, disadurkan dan disesuaikan dengan leluasa. Keadaan dan keperluan serta masalah jemaat-jemaat turut berbicara. Cerita itu dipakai dalam ibadat jemaat, dimanfaatkan untuk mengajar orang yang baru masuk guna untuk memecahkan berbagai soal baru yang timbul. Karena itu beredarlah pelbagai ceritera tentang hal yang sama. Malah diciptakan ceritera-ceritera yang sama sekali baru. Boleh jadi salah satu ucapan Yesus beredar dan orang tidak tahu kapan dan dalam situasi apa ucapan itu disampaikan Yesus.Â
Dengan pelbagai cara, berita itu dikembangkan menjadi ceritera lengkap. Orang tidak terlalu mengambil pusing tentang kapan persis suatu pengalaman terjadi, sebelum atau setelah Yesus wafat. Lalu semuanya diceriterakan seolah-olah terjadi selama Yesus masih hidup di dunia. Tradisi umat Kristen bukanlah tradisi mati melainkan hidup, atau di lain pihak tradisi itu tidaklah buta dan liar melainkan terarah.Â
Semua yang disampaikan selalu merupakan "Kabar Baik"Â yang sama, yakni kabar tentang Yesus dan keselamamtan yang dikerjakan Allah melalui Dia. Kabar tersebut selalu yang disesuaikan dengan situasi riil. Yesus yang diwartakan itu tetap berarti dan bermakna bagi jemaat dan orang percaya dalam macam-macam situasi. Sebab apa yang paling penting bukan ajaran atau perbuatan Yesus dahulu, melainkan Yesus sendiri.
Lama kelamaan ada orang yang mulai mengumpulkan dan mencatat bahan bermacam-macam yang beredar pada jemaat. Ada orang atau kelompok yang mengumpulkan ucapan-ucapan Yesus. Ucapan-ucapan itu dipakai sebagai semacam pedoman hidup untuk kelompok tertentu ataupun sebagai bahan "pelajaran agama".Â
Dan ada juga orang lain mengumpulkan ceritera-ceritera tentang Yesus tentang mukjizat yang dikerjakan-Nya dan pengusiran roh-roh jahat. Tentu saja kumpulan-kumpulan semacam itu tidak memuat segala apa yang beredar dan tidak mematikan tradisi lisan. Tradisi itu berjalan terus. Catatan-catatan semacam itu hanya "pegangan", bukan pengganti tradisi. Sementara itu, terjadilah sesuatu yang paling penting sekali.Â
Tradisi yang berisikan "Kabar Baik" pindah dari negeri Palestina dan orang Yahudi serta bahasa Aram ke luar negeri. Dengan itu, tradisi masuk ke dalam dunia dan alam pikiran Yunani dan ke dalam bahasa Yunani. Khusunya ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa Aram yang dialihbahasakan, boleh jadi dengan pelbagai cara dan tidak selalu dengan tepat.Â
Pengalaman-pengalaman baru tidak sedikit mendorong untuk menjernihkan pikiran, mempertajam tangkapan dan memperdalam penghayatan iman. Dibuat juga rumusan-rumusan pendek dan padat mengenai pokok-pokok utama iman kepercayaan umat Kristen tentang Yesus serta arti dan makna karya-Nya. Rumusan-rumusan semacam itu dipakai dalam ibadat, dalam pelajaran agama dan pewartaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H