Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergulatan Hidup Menjadi Imam dalam Era Digital

12 November 2021   19:14 Diperbarui: 13 November 2021   00:27 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaman Milenial (Dok.Pri)

         Kemajuan teknologi pada era digital ini telah mengubah pola pikir manusia termasuk dalam hal kehidupan agamanya. Sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang mau belajar dari pengajaran orang tua, guru, atau imam. 

Generasi digital lebih suka belajar sendiri. Mereka jauh lebih memilih belajar dengan cara mencari sendiri konten-konten di dunia digital. 

Melalui perangkat teknologi digital, mereka jauh lebih menunjukkan siapa diri mereka dan terkadang memanipulasi informasi dalam mengekspresikan dirinya sendiri. 

Dengan demikian, hal ini sangat berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Tidak hanya demikian, pergeseran akan kesadaran jati dirinya pun akan mengubah cara berpikir, perilaku, bahasa dan pilihan-pilihan nilai dalam hidupnya. 

Dengan demikian, saya sebagai (calon) imam dituntut untuk memiliki kompetensi digital, yaitu kemampuan untuk membaca, memahami dan menganalisa berbagai sumber digital.

Pada zaman sekarang ini (zaman milenial), saya sebagai (calon) imam dituntut untuk memiliki sikap dan kemampuan menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi internet secara konstruktif sehingga saya dapat membangun pengetahuan baru, membangun jaringan komunikasi-informasi yang lebih luas dan efektif, serta membangun akses untuk dapat berpartisipasi secara efektif dalam karya pastoral di tengah-tengah umat beriman. 

Melihat perkembangan dan kemajuan zaman sekarang ini, sebagai (calon) imam, teknologi digital harus menjadi pendukung kedekatan saya dengan Tuhan dan dapat membantu saya dalam karya pastoral nanti. Karena dengan teknologi digital, seorang imam dapat mengembangkan pastoral "web".

         

Zaman Milenial (Dok.Pri)
Zaman Milenial (Dok.Pri)
Bagi saya yang menjadi keuntungan dalam kemampuan digital adalah:

Pertama, saya dapat mengenal dunia dan umat Tuhan lebih baik dan lebih komprehensif, serta dengan mudah mengetahui dan memahami kebutuhan dan aspirasi umat Tuhan, karena di dunia digital tersedia segala informasi-informasi tentang mereka. 

Melalui berbagai aplikasi teknologi digital seperti facebook, instagram, twetter, blog, whatsApp dan sebagainya orang lebih mudah mengekspresikan diri, menunjukkan identitas dan menceritakan aspirasinya. 

Kedua, dengan adanya berbagai aplikasi teknologi digital dapat saya (orang lain) gunakan sebagai sumber belajar, sumber infromasi dan sebagai inspirasi bagi saya (orang lain). Karena saat ini isi Alkitab, doa-doa, renungan, lagu-lagu ibadah dan sebagainya dapat diunduh dalam handphone (HP). 

Ketiga, dengan adanya teknologi digital ini dapat memudahkan saya dalam karya pastoral seperti menyapa umat dan bahkan dapat menjalankan ibadah lewat media sosial. 

Hal ini saya renungkan selama masa pandemi Covid-19, di mana segala bentuk doa-doa bersama, sharing-sharing atau bahkan Perayaan Ekaristi diadakan secara live streaming atau via zoom. 

Keempat, dengan adanya teknologi digital ini dapat membantu umat untuk mencari informasi dan input rohani yang terbaik bagi dirinya.

Kemajuan teknologi digital saat ini tidak semata-mata hanya mengarah pada kebaikan dan kesempurnaan saja dalam mengemban tugas pelayanan pastoral, tetapi juga dapat menjadi tantangan dalam tugas pelayanan pastoral. 

Dan inilah yang menjadi pergulatan hidup panggilan saya saat ini. Maka, cara untuk mengatasinya adalah ikut ambil bagian dalam teknologi digital ini, karena mustahil saya sebagai imam (kelak) tidak terlibat dalam menghadapi tantangan dan peluang dari kemajuan teknologi digital ini. 

Walaupun demikian, saya harus tetap mengandalkan Yesus Kristus dalam memanfaatkan teknologi digital dan tidak mengandalkan teknologi secara berlebihan sehingga menggantikan Kristus dalam hidup saya. Di sini saya (calon) imam (kelak) tetap setia mendengar Sabda Allah dan merayakan Sakramen Ekaristi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun