Â
Kemajuan teknologi pada era digital ini telah mengubah pola pikir manusia termasuk dalam hal kehidupan agamanya. Sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang mau belajar dari pengajaran orang tua, guru, atau imam.ÂGenerasi digital lebih suka belajar sendiri. Mereka jauh lebih memilih belajar dengan cara mencari sendiri konten-konten di dunia digital.Â
Melalui perangkat teknologi digital, mereka jauh lebih menunjukkan siapa diri mereka dan terkadang memanipulasi informasi dalam mengekspresikan dirinya sendiri.Â
Dengan demikian, hal ini sangat berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Tidak hanya demikian, pergeseran akan kesadaran jati dirinya pun akan mengubah cara berpikir, perilaku, bahasa dan pilihan-pilihan nilai dalam hidupnya.Â
Dengan demikian, saya sebagai (calon) imam dituntut untuk memiliki kompetensi digital, yaitu kemampuan untuk membaca, memahami dan menganalisa berbagai sumber digital.
Pada zaman sekarang ini (zaman milenial), saya sebagai (calon) imam dituntut untuk memiliki sikap dan kemampuan menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi internet secara konstruktif sehingga saya dapat membangun pengetahuan baru, membangun jaringan komunikasi-informasi yang lebih luas dan efektif, serta membangun akses untuk dapat berpartisipasi secara efektif dalam karya pastoral di tengah-tengah umat beriman.Â
Melihat perkembangan dan kemajuan zaman sekarang ini, sebagai (calon) imam, teknologi digital harus menjadi pendukung kedekatan saya dengan Tuhan dan dapat membantu saya dalam karya pastoral nanti. Karena dengan teknologi digital, seorang imam dapat mengembangkan pastoral "web".
    Â
Bagi saya yang menjadi keuntungan dalam kemampuan digital adalah:Pertama, saya dapat mengenal dunia dan umat Tuhan lebih baik dan lebih komprehensif, serta dengan mudah mengetahui dan memahami kebutuhan dan aspirasi umat Tuhan, karena di dunia digital tersedia segala informasi-informasi tentang mereka.Â
Melalui berbagai aplikasi teknologi digital seperti facebook, instagram, twetter, blog, whatsApp dan sebagainya orang lebih mudah mengekspresikan diri, menunjukkan identitas dan menceritakan aspirasinya.Â
Kedua, dengan adanya berbagai aplikasi teknologi digital dapat saya (orang lain) gunakan sebagai sumber belajar, sumber infromasi dan sebagai inspirasi bagi saya (orang lain). Karena saat ini isi Alkitab, doa-doa, renungan, lagu-lagu ibadah dan sebagainya dapat diunduh dalam handphone (HP).Â
Ketiga, dengan adanya teknologi digital ini dapat memudahkan saya dalam karya pastoral seperti menyapa umat dan bahkan dapat menjalankan ibadah lewat media sosial.Â
Hal ini saya renungkan selama masa pandemi Covid-19, di mana segala bentuk doa-doa bersama, sharing-sharing atau bahkan Perayaan Ekaristi diadakan secara live streaming atau via zoom.Â
Keempat, dengan adanya teknologi digital ini dapat membantu umat untuk mencari informasi dan input rohani yang terbaik bagi dirinya.
Kemajuan teknologi digital saat ini tidak semata-mata hanya mengarah pada kebaikan dan kesempurnaan saja dalam mengemban tugas pelayanan pastoral, tetapi juga dapat menjadi tantangan dalam tugas pelayanan pastoral.Â
Dan inilah yang menjadi pergulatan hidup panggilan saya saat ini. Maka, cara untuk mengatasinya adalah ikut ambil bagian dalam teknologi digital ini, karena mustahil saya sebagai imam (kelak) tidak terlibat dalam menghadapi tantangan dan peluang dari kemajuan teknologi digital ini.Â
Walaupun demikian, saya harus tetap mengandalkan Yesus Kristus dalam memanfaatkan teknologi digital dan tidak mengandalkan teknologi secara berlebihan sehingga menggantikan Kristus dalam hidup saya. Di sini saya (calon) imam (kelak) tetap setia mendengar Sabda Allah dan merayakan Sakramen Ekaristi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H