Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sekilas tentang Dokumen "Gaudete et Exsultate" [Paus Fransiskus]

9 November 2021   11:02 Diperbarui: 9 November 2021   11:38 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate adalah salah satu dokumen yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus.

1. Latar Belakang Dokumen Gaudete et Exsultate

Gaudete et Exsultate, seruan apostolik dari Paus Fransiskus diterbitkan pada tanggal 9 April 2018, bertepatan dengan Hari Raya Kabar Sukacita. Seruan ini merupakan panduan bagi kaum kristiani abad ini untuk menanggapi panggilan kepada kekudusan di dunia saat ini. Isi seruan apostolik ini terinspirasi dari Sabda Bahagia Yesus (Matius 5:12), "bersukacita dan begembiralah" bagi orang yang dianiaya demi Allah dan kebenaran-Nya. Dengan bahasa yang sederhana dan lugas, dia menjelaskan arti menjadi kudus: menjadi kudus berarti hidup sederhana, mengutamakan Tuhan, percaya pada-Nya, bukan mengutamakan kekayaan dan kekuasaan duniawi; bersikap rendah hati, berduka cita dan menghibur yang lain, penuh belas kasihan dan memaafkan, bekerja untuk keadilan dan mencari perdamaian dengan sesama.

Melalui seruan apostolik ini, dia meneruskan dan melengkapi ajaran Konsili Vatikan II yang tertuang dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (LG) dan ajaran Paus Yohanes Paulus II dalam Novo Millennio Ineunte tentang kekudusan. Dia menjelaskan bahwa Tuhan memanggil semua orang Kristen menjadi orang suci dengan menyediakan waktu berdoa, menunjukkan perhatian penuh kasih kepada orang lain dengan tindakan yang paling sederhana dan melakukan pekerjaan harian dengan semangat kasih. Kaum kristiani tidak perlu takut pada kekudusan sebab panggilan kepada kekudusan tidak akan menghilangkan energi, vitalitas dan kegembiraan.

Panggilan kepada kekudusan adalah panggilan pribadi. Karena itu, Allah membutuhkan tanggapan pribadi dari semua manusia, ciptaan-Nya melalui iman dan tindakan kasih kepada-Nya dan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Jalan kepada kekudusan hanya mungkin ditelusuri apabila setiap pribadi mengikuti jalan Yesus, bersatu dengan-Nya dan menyatukan diri dengan wafat dan kebangkitan-Nya.

2. Alamat dan Tujuan Dokumen Gaudete et Exsultate

Seruan apostolik yang berisikan permenungan mengenai panggilan kepada kekudusan ini ditujukan kepada semua kaum kristiani Katolik (para uskup, imam, biarawan- biarawati maupun umat awam) agar mampu menanggapi panggilan ini dalam situasi dunia zaman ini. Seruan ini bukanlah risalah mengenai kekudusan yang memuat definisi dan rincian ilmiah mengenai kekudusan, melainkan menerangkan inti panggilan kepada kekudusan dengan cara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Wawasan iman dalam wujud praktis ini akan menjadi pedoman hidup yang relevan untuk mewujudkan kekudusan dalam pekerjaan dan setiap gerak hidup harian. Landasan iman panggilan ini adalah: manusia berasal dari Allah yang kudus dan Allah menggerakkan semua manusia dengan rahmat-Nya "supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya dalam kasih" (Ef 1: 4).

3. Isi Ringkas Dokumen Gaudete et Exsultate

         Seruan apostolik Gaudete et Exultate merupakan seruan apostolik ketiga yang ditulis dan dipromulgasikan oleh Paus Fransiskus. Seruan yang dirumuskan dalam 81 halaman dan terdiri dari lima bab ini ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada tanggal 19 Maret 2018 (bertepatan dengan Pesta Santo Joseph) dan diumumkan di Vatikan pada hari Senin, tanggal 9 April 2018. Seruan ini bersumber dari Sabda Yesus dalam Khotbah di Bukit sebagaimana ditegaskan dalam Injil Matius 5:12 "Bersukacitalah dan bergembiralah". Melalui seruan apostolik ini, Paus Fransiskus memusatkan permenungannya pada panggilan setiap pribadi kepada kekudusan. Sebagai ciptaan Allah, setiap manusia harus menaggapi panggilan Allah ini dalam kasih.

Pada bab pertama, Paus Fransiskus menjelaskan perihal inti panggilan kepada kekudusan. Semua umat beriman dipanggil kepada kekudusan, apapun status dan perannya dengan menjalani hidup dalam semangat kasih. Kekudusan tidak membuat umat beriman kurang manusiawi, karena kekudusan adalah perjumpaan antara kelemahan manusiawi dan kekuatan anugerah Allah. Namun, umat beriman tetap membutuhkan saat-saat penting untuk berdiam di hadapan Allah dan membiarkan Allah masuk dan bertindak dalam dirinya.

Pada bab dua, Paus Fransiskus mengingatkan umat beriman akan dua musuh kekudusan, yaitu Gnostisisme dan Pelagianisme masa kini. Gnostisisme dan Pelagianisme adalah dua "bentuk kesucian palsu" yang sudah ada sejarah Gereja awal. Kaum gnostik tidak mengakui bahwa kesempurnaan manusia tidak ditakar berdasarkan informasi atau pengetahuan. Mereka memisahkan intelek dari daging, mengubah ajaran Yesus menjadi logika yang dingin dan kasar serta berusaha mendominasi segalanya. Namun doktrin yang mereka ajarkan "bukan sistem tertutup, tanpa kapasitas dinamis untuk mengajukan pertanyaan, keraguan, pertanyaan". Namun, Paus Fransiskus menegaskan bahwa pengalaman Kristen bukanlah perangkat latihan intelektual dan kebijaksanaan Kristen sejati tidak akan pernah bisa dipisahkan dari belas kasihan.

Pada bab tiga, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Sabda Bahagia merupakan perwujudan dari arti kekudusan dan menjadi kudus yang sesungguhnya. Konsekuensinya, apabila Sabda Bahagia menjelaskan kepada kita apa artinya kekudusan, Injil juga menunjukkan kepada kita syarat untuk dihakimi apabila tidak menghidupi Sabda Bahagia Yesus di Bukit:

 "Aku lapar dan kamu memberi Aku makanan ... Aku haus dan kamu memberi      Aku minum ... Aku orang asing dan kamu menyambut Aku ... Aku telanjang dan kamu memberi Aku pakaian ... Aku sakit dan kamu merawat Aku... Aku berada      dalam penjara dan kamu mengunjungi Aku".

Pada bab empat, Paus Fransiskus menjelaskan perihal aspek-aspek utama yang harus dihidupi untuk menjawab panggilan Allah kepada kekudusan, yaitu: ketekunan, kesabaran dan kelemahlembutan; sukacita dan rasa humor; keberanian dan kegairahan; dimensi bersama dari kekudusan; doa yang terus menerus.

Pada bab lima, Paus Fransiskus menegaskan mengenai pentingnya memiliki daya juang dan kewaspadaan, menghidupi karunia kearifan dalam dunia yang cenderung menggoda kita untuk "tidak mendengarkan suara Allah". Kearifan merupakan karunia Roh Kudus dan harus dikembangkan dalam doa, permenungan, membaca Kitab Suci dan mencari nasihat dari pembimbing rohani yang terpercaya. Keutamaan lain yang harus dimiliki adalah pemeriksaan hati nurani dengan semangat yang tulus sebab kekudusan menuntut adanya perjuangan melawan semua godaan hidup harian.

Di akhir dokumen ini, Paus Fransiskus menyampaikan harapannya agar dokumen ini bermanfaat bagi semua umat beriman serta memberdayakan Gereja mempromosikan inti panggilan Allah kepada kekudusan. Paus juga mengajak umat beriman untuk meminta Roh Kudus agar menggerakkan kerinduan yang kuat untuk menjadi orang-orang kudus demi kemuliaan Allah yang lebih besar, dan mendorong satu sama lain dalam upaya ini. Dengan cara ini, umat beriman akan berbagi kebahagiaan yang tidak akan dapat diambil kembali oleh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun