Mohon tunggu...
Kms Rendi Wellysandi
Kms Rendi Wellysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Uin Jakarta yang suka bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih di Dunia Islam

8 Juli 2023   22:33 Diperbarui: 8 Juli 2023   22:35 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai negara yang kuat, Konstantinopel terletak di wilayah Byzantium. Upaya untuk merebut wilayah ini dilakukan oleh kerajaan Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmani. Penaklukan itu mungkin terjadi pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih, Sultan ketujuh Kekaisaran Utsmani dengan Muslim merebut Konstantinopel dan mengantarkan periode pencerahan (renaissance) di seluruh Eropa.

Konstantinopel adalah markas besar administrasi Byzantium dan inti dari hubungan komersial Eropa dan Asia. Yang berbentuk agama Kristen, Yunani, dan budaya. Sehingga memberikan penghalang yang tidak bisa ditembus terhadap invasi darat dan laut. Selama beberapa abad, itu adalah benteng paling signifikan bagi pihak Kristen untuk berbaris melawan Islam. Karena letaknya yang strategis, bangsa-bangsa khususnya umat Islam tertarik untuk menguasainya. Penaklukan Konstantinopel oleh Turki, secara tegas berbicara tentang Muslim, memiliki pengaruh pada peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia.

Bangsa-bangsa Barat merendahkan orang-orang Muslim dengan mengklaim bahwa mereka adalah individu-individu bodoh dan terbelakang yang tidak layak untuk memimpin masyarakat. Pendekatan dan sikap mereka tidak berhenti di situ; mereka juga mempromosikan budaya yang menghancurkan agama. Seperti budaya minum, judi, pergaulan bebas, dan pembentukan kasta di semua kelas sosial. Dunia Islam tidak hanya terbagi, tetapi juga tunduk pada politik dan ekonomi. Bangsa-bangsa Barat telah melumpuhkan peradaban Muslim, membekukan pemikiran, dan mengubur keagungan Islam sebelumnya. Umat Islam telah menjadi bodoh, terbelakang, dan miskin. Maka dari itu nilai pendidikan dan dakwah dari ketokohan Muhammad Al-Fatih yang penting kita contoh diantaranya sangat cinta kepada syariat Islam, amalan Al-qur’an dan sunah, semangat jihad yang kuat, kuat mental, tidak putus asa, ikhlas, selalu berdo’a, dekat dengan Allah (Ridwan & Bakhtiar, 2020)

Ketika Eropa terjebak ketika menjadi raja lautan dan dunia, sebuah perubahan besar terjadi dalam sejarah umat Islam. Alhasil, kemajuan Barat saat ini sangat erat kaitannya dengan kebangkitan peradaban di dunia Islam beberapa abad silam, baik ketika Islam mencapai puncak kemegahannya di Eropa maupun di Bagdad.

Dalam hal positif, kita dapat meniru dan belajar dari sifat-sifat yang bermanfaat seperti memperluas pengetahuan kita, melihat ke depan, dan tidak pernah kehilangan semangat. Sebaliknya, dengan kata negatif, kita dapat menemukan dan menyelesaikan suatu masalah sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti pada masa lalu. Setiap objek di dunia ini harus memiliki fungsi atau akan hancur di tengah perjalanan. Untuk mengetahui kronologi perkembangan Barat setelah direbutnya Konstantinopel. untuk menyadari dampak imperialisme Barat di dunia Islam. Penaklukan Konstantinopel menyadarkan Barat akan keterbelakangannya, yang berujung pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman modern; Oleh karena itu, para peneliti membagi periodisasi perkembangan Barat menjadi beberapa bagian, antara lain: zaman renaissance yang merupakan awal kebangkitan bagi bangsa-bangsa barat, zaman revolusi ilmu pengetahuan yang menggunakan akalnya untuk menyelidiki peristiwa-peristiwa di alam, sehingga menimbulkan penemuan-penemuan dan era pencerahan (Suminar, 2022).

Imperialisme Barat memiliki kekuatan yang cukup besar di dunia Islam, terlihat dari fakta bahwa ekonomi mereka mengeksploitasi, memonopoli, dan menguras sumber daya alam dan manusia di negara-negara jajahan yang berpenduduk Muslim. Dalam sistem politik, negara-negara Barat menggunakan sistem politik seperti splitting et empire (membelah dan kerajaan) untuk memungkinkan pengelolaan koloni, selain memiliki militer yang kuat. Mereka melumpuhkan masyarakat muslim, membekukan pemikiran, menyinggung dan menyebarluaskan budaya yang dilarang oleh Islam dalam sistem agama dan budaya.

Muhammad Al Fatih atau Mehmed II dikenal sebagai Sultan Turki Ottoman yang menaklukkan Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki). Muhammad Al Fatih naik takhta di usia muda, yakni ketika masih berusia 12 tahun. Meski pemerintahannya sempat dikembalikan kepada sang ayah dan baru berkuasa lagi di usia 19 tahun, beliau tercatat sebagai penakluk Konstantinopel di usia 21 tahun. Di usianya yang terbilang sangat muda, banyak sikap Muhammad Al Fatih yang dapat diteladani. Dari sejarah Muhammad Al Fatih, perilaku utama yang perlu diambil pelajaran dari keberhasilannya adalah sebagai berikut.

Muhammad Al Fatih, sering dikenal sebagai Mehmed II, adalah Sultan Turki Utsmani yang merebut Konstantinopel (Istanbul, Turki). Muhammad Al Fatih naik takhta ketika dia baru berusia 12 tahun. Meski kerajaannya dikembalikan ke tangan ayahnya dan baru beliau kuasai pada usia 19 tahun, beliau tercatat sebagai penakluk Konstantinopel pada usia 21 tahun. Banyak pandangan Muhammad Al Fatih yang bisa ditiru sejak usia dini. Berikut nilai-nilai penting yang harus dipelajari dari prestasi Muhammad Al Fatih, di antara lain adalah:


Sosok yang pemberani 

Muhammad Al Fatih, setelah naik takhta dengan keberanian yang luar biasa, bertekad untuk memperluas angkatan laut Utsmaniyah dan merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Romawi Timur. Keberanian Muhammad Al Fatih ditunjukkan ketika dia memerintahkan penaklukan Konstantinopel dalam waktu yang sangat singkat.

Paham banyak bahasa

Selain keberaniannya, Muhammad Al Fatih dikenal sebagai sultan muda yang fasih setidaknya dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Persia, dan Turki. Pada usia 21 tahun, beliau telah mahir dalam bahasa Yunani, Latin, dan empat bahasa lainnya. Muhammad Al Fatih yang cerdas memperoleh pendidikan yang baik dari orang tuanya sejak usia dini.

Meninggalkan banyak warisan 

Muhammad Al Fatih memerintah selama hampir tiga dekade. Selama pemerintahannya, beliau  mendirikan sekitar 30 masjid, 57 sekolah, dan 59 pemandian di seluruh Kekaisaran Ottoman. Masjid Fatih dan Masjid Jami' Abu Ayyub Al-Ansari di Turki adalah dua peninggalan Muhammad Al Fatih yang paling terkenal.

 

 

Daftar Pustaka

Ridwan, M., & Bakhtiar, N. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Dan Dakwah Muhammad Al-Fatih Sebagai Penakluk Konstantinopel. Wardah, 21(1), 50–65. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article/view/5824

Suminar, K. R. (2022). IMPLIKASI PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL TERHADAP IMPERIALISME BARAT DI DUNIA ISLAM. NIHAIYYAT: Journal of Islamic Interdisciplinary Studies, 1(3), 273–282. https://ejournal.tmial-amien.sch.id/index.php/nihaiyyat/article/view/30

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun