Mohon tunggu...
Rendy Cahya Perdana
Rendy Cahya Perdana Mohon Tunggu... -

Failure is not falling down but refusing to get up. If you believe in yourself anything is possible. You are the creator of your own destiny

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Curahan Hati Calon Menantu Terhadap Mertuanya, Mengharukan !!!

18 Oktober 2015   06:16 Diperbarui: 18 Oktober 2015   06:16 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kepada Calon Ibu Mertuaku, dari Gadis yang Nantinya Akan Mendampingi Putramu. (inspirasi kisah nyata)

Ibu sebentar lagi anakmu akan bertambah satu. Bukan karena Ibu akan melahirkan untuk kesekian kalinya, namun karena putra ibu yang sudah dewasa akan segera mempesunting seorang wanita.

“Aku bersyukur bahwa wanita itu adalah aku. Akulah yang akan menjadi anak ibu yang baru”
“Terima kasih, ibu. Karena ibu sudah mempercayakan putramu kepadaku”.
“Terima Kasih, Karena sudah merawat dan membesarkanya dari kecil hingga dewasa”.
“kini giliranku yang akan mendampinginya. Terima kasih, Bu, telah merelakanya”.

Aku tidak akan bisa menyaingimu sebagai wanita. Penerimaanmu padaku adalah anugerah yang tak terkira.

Ibu, terima kasih karena mau membuka hati dan menerimaku ke dalam lingkar keluargamu. Tahukah ibu betapa jantungku berdegup kegirangan ketika ibu mau menyambutku dengan tangan terbuka? Ya, aku tak pernah mengira jika tanggapan ibu kepadaku akan begitu hangatnya. Apalagi karena aku gadis yang biasa biasa saja.

Aku ingat ketika kali pertama aku diajak berkunjung ke rumah ibu pada 07 januari 2014. Aku gugup luar biasa, takut jika nantinya ibu menolakku. Namun nyatanya ketakutan hanya ada dalam lingkar kepalaku saja.

Saat pertama kali ku tiba di terminal aku di jemput bapak dan anak kesayanganmu, ketika itu hatiku sangat berdegup tetapi setelah tiba ternyata ibu begitu hangatnya menyambutku dengan tangan terbuka. Ibulah yang membuka obrolan, memahamiku yang saat itu sedang dilanda kegugupan.

Di kunjungan berikutnya walaupun tidak ditemani anak kesayanganmu, ibu tak pernah alpha untuk duduk bersamaku. Bahkan dengan repotnya ibu menawariku sebuh perhiasan yang ku tak menyangka juga akan digunakan ketika lamaranku dengan anakmu. Ibu begitu repotnya membuatkanku bermacam macam makanan untuk kubawa pulang walaupun saat itu ibu dalam keadaan sakit.

“sekali lagi terima kasih Bu, sudah mau menerima gadis biasa saja seperti aku masuk ke dalan lingkar keluargamu”

Aku memang gadis biasa-biasa saja. Terima kasih, Bu karena sudah percaya bahwa cinta lebih bernilai dibandingkn keluarga dan rupa.

Harus kuakui, Bu. Aku memang gadis yang biasa saja. Aku tak pandai memulas bedak dan make up. Selera pakaianku juga tak terlalu istimewa dan hanya pakaian yang sederhana. Untuk urusan dapur, aku juga tak begitu lihai. Masakan kesukaan anakmu yang bisa ku buat hanya tempe goreng dan tumis kangkung (padahal aku tak begitu suka sayur). Maafkan aku jikalu belum bias menyiapkan santapan lezat sarat gizi yang biasa kau sediakan untuk putramu.

Jika dibandingkan dengan gadis lainya, aku memang kalah menawan. Namun, ibu tidak usah meragukan kadar cintaku kepada putramu. Ya, aku mencintainya dari lipatan hatiku yang paling dalam. Aku berjanji pada ibu bahwa dengan segala kekurangan yang kumiliki aku akan membahagiakan putra kesayanganmu.

“Aku siap menjadi wanita teladan dan ibu yang sepertimu bagi anak keturunan putramu. Semoga ibu mau membimbingku menjadi istri yang istimewa”.

Ibu, dibalik kekurangan yang kumiliki, aku selalu ingin belajar. Ya, aku ingin menjadi istri yang istimewa bagi calon suamiku. Aku mulai belajar mengenal ragam rempah rempah dan membiasakan belajar meracik bumbu dapur. Bersediakah ibu membagi resep makanan favorit putramu? Aku ingin suamiku nanti bisa makan dengan lahap ketika menyantap masakan buatanku.

Aku juga ingin ibu tahu bahwa ada banyak hal dari ibu yang ingin aku tiru. Ya, aku ingin tangguh dan serba bisa seperti ibu.
Terima kasih Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun