Tempat ini dibangun dengan sistem gali uruk (sanitary landfill). Metode ini dipilih karena lahan seluas 15,3 hektar tersebut dulunya merupakan tempat pembuangan sampah. Setelah sekian kali dilakukan gali uruk terbentuklah hamparan yang luas, bahkan bau busuk yang semula dikeluhkan warga hilang dengan banyaknya tanaman produktif yang ditanam di Hutan Kota Srengseng.
Keanekaragaman Hayati
Dalam kawasan ini tumbuh 65 spesies pohon besar dari berbagai jenis dan tipe. Yang dominan terlihat diantaranya pohon-pohon akasia, ketapang, flamboyan dan jati, juga terlihat pohon mahoni.
Selain pohon-pohon bertajuk tinggi, terdapat juga pohon-pohon yang lebih pendek seperti perdu dan tanaman merambat. Pohon-pohon ini membentuk hutan berstrata banyak, yang terdiri dari pohon bertajuk tinggi, menegah, tanaman permukaan tanah dan tanaman merambat.
Menurut pengelola, di Hutan Kota Srengseng kepadatan rata-rata tumbuhnya mencapai 2570 spesies perhektar. Pohon-pohon di kawasan ini terdiri dari pohon buah dan bunga yang bisa mendatangkan serangga. Sehingga mengundang kawanan burung untuk tinggal dan menetap.
Hutan Kota Srengseng juga menjadi habitat berbagai satwa liar. Diantaranya jenis burung, tikus, reptil seperti ular, biawak dan kadal. Burung yang sering ditemukan di kawasan ini adalah burung raja udang dan burung emprit.
Â
Sumber :
-Â Â Â Â Â Â Â Â Â wikipedia
-Â Â Â Â Â Â Â Â Â www.jurnalbumi.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H